/0/22565/coverbig.jpg?v=20250408192403&imageMogr2/format/webp)
Alina Darya adalah seorang gadis muda yang telah kehilangan kedua orang tuanya dalam sebuah kecelakaan tragis. Kini, ia hidup bersama neneknya yang renta di sebuah desa terpencil. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, Alina bekerja keras menjajakan kue-kue buatan neneknya di kampus tempatnya kuliah. Namun, takdir memisahkan jalan hidupnya ketika ia bertemu dengan Rayan Syahmir, seorang pria tampan yang memiliki segalanya, namun terbebani oleh ego dan harga diri yang tinggi. Pertemuan mereka tak sengaja, namun begitu mendalam. Rayan, yang merasa dipermalukan oleh Alina dalam sebuah pertemuan tak terduga, merencanakan balas dendam untuk menghancurkan hidup gadis itu. Ia menjebaknya dalam pernikahan yang dipaksakan, menghancurkan masa depan Alina yang penuh harapan. Dalam kesendirian dan keputusasaannya, Alina berdoa setiap malam, memohon agar hidupnya yang penuh penderitaan berubah menjadi kebahagiaan. Rayan, yang awalnya hanya melihat Alina sebagai alat balas dendam, mulai merasakan ketertarikan yang tak terduga. Namun, hati Alina yang terluka oleh pernikahan tanpa cinta menambah kompleksitas hubungan mereka. Apakah Rayan akan jatuh cinta pada sosok sederhana seperti Alina, yang meski terluka tetap memiliki kekuatan untuk bertahan? Bisakah mereka menjalani kehidupan pernikahan yang penuh ketegangan tanpa cinta, atau justru perasaan yang tersembunyi akan mengubah takdir mereka?
Alina Darya duduk di sudut kantin kampus, matanya menatap secangkir teh hangat yang hampir habis, tangan gemetar memegang sendok plastik yang tergeletak di meja. Tentu saja, hidupnya tidak pernah sesederhana ini. Setiap pagi, dia bangun lebih awal untuk menyiapkan kue-kue buatan neneknya, sebelum membawa mereka ke kampus untuk dijual. Tidak ada pilihan lain. Tanpa orang tua, tanpa banyak dukungan, dia hanya memiliki nenek yang semakin rapuh dan masa depan yang penuh ketidakpastian.
Di luar jendela kantin, terlihat keramaian mahasiswa yang sedang menikmati istirahat sejenak. Mereka tertawa, berbicara tentang ujian, tentang tugas-tugas yang tidak pernah selesai. Namun bagi Alina, semua itu terasa jauh, seperti dunia lain yang tidak pernah bisa dia jangkau. Hidupnya penuh dengan perasaan kesepian yang dalam, sebuah keheningan yang menghimpit dada.
Tiba-tiba, sebuah suara baritone yang tajam dan penuh kuasa menginterupsi pikirannya. "Hei, kamu di sana. Itu kue apa yang kamu jual?" Alina menoleh, matanya terfokus pada sosok pria yang baru saja menghampirinya. Rayan Syahmir. Dia tidak asing di kampus ini-pria tampan dengan wajah yang sering muncul di media sosial dan acara-acara kampus. Namun ada sesuatu yang tajam dalam pandangannya, seolah-olah ia datang bukan hanya untuk membeli kue, melainkan untuk mencari sesuatu yang lebih.
Alina tersenyum kecil, berusaha untuk tidak menunjukkan kecemasannya. "Kue cubir," jawabnya pelan, "kue tradisional buatan nenek saya."
Rayan mengangguk, tetapi ekspresinya tetap dingin, seolah-olah dia sedang menilai lebih dari sekadar kue itu. "Tidak pernah dengar. Tapi apapun, aku akan coba."
Dia mengambil kue itu tanpa bertanya lebih lanjut, seperti mengambil sesuatu yang tidak berarti. Tidak ada senyuman, tidak ada rasa ingin tahu. Hanya perasaan angkuh yang memancar dari dirinya. Alina merasa sedikit terganggu, tapi dia mencoba menahannya. Sambil menunggu, dia kembali menatap langit-langit kantin, berharap Rayan segera pergi.
Namun, tak lama kemudian, pria itu kembali mendekat dengan ekspresi yang lebih serius. "Kue ini... payah," katanya dengan suara datar yang tidak mengandung belas kasihan. "Bisa dibilang ini salah satu kue terburuk yang pernah aku coba. Bagaimana bisa kau menjual ini di sini?"
Alina terkejut. Kata-katanya menusuk jauh, jauh lebih dalam daripada yang bisa dia bayangkan. Mata Rayan tajam, penuh perhitungan, seolah ia sedang memandang sesuatu yang tidak layak untuk dihargai.
"Maaf," Alina berkata dengan suara pelan, berusaha menahan air mata yang mulai menggenang. "Saya hanya mencoba yang terbaik."
"Tebakanmu salah," ujar Rayan, menyeringai sedikit, seolah menikmati penderitaan kecil yang ia sebabkan. "Cobalah sesuatu yang lebih baik. Jangan berharap orang akan membeli barang murahan seperti ini."
Alina tidak bisa berkata apa-apa lagi. Hatinya hancur, seperti ditabrak batu besar. Apa yang sebenarnya dia harapkan? Perlakuan baik? Simpati? Semua itu seolah menjadi ilusi, tergilas oleh kata-kata tajam dari seorang pria yang tidak peduli sedikit pun.
Rayan berbalik dan berjalan pergi, meninggalkan Alina yang masih terdiam di tempatnya, merasa sangat kecil. Namun, saat langkahnya semakin menjauh, ia mendengar suara tawa kecil di belakangnya. Tidak jelas apakah itu ditujukan pada dirinya atau bukan, tapi Alina merasa dihina lebih dari sebelumnya.
Di tengah kekosongan hatinya, sebuah perasaan baru muncul-sesuatu yang jauh lebih gelap dan lebih kuat dari sebelumnya. Kegagalan yang memalukan. Kehidupan yang seakan tidak pernah memberi kesempatan untuk sukses. Semua hal itu menghimpitnya dalam keputusasaan yang tidak terhingga.
Di luar, hari semakin gelap. Kejadian ini adalah bagian kecil dari sebuah hari yang buruk, namun Alina merasakannya seperti kehancuran. Kekuatan dan harapan dalam dirinya perlahan terkikis, hingga yang tersisa hanya kekosongan.
Namun, apa yang Alina tidak tahu adalah bahwa ini bukanlah akhir dari segalanya. Kejadian ini akan mengubah hidupnya dengan cara yang lebih dalam lagi, mengarah pada pertemuan tak terduga yang akan menghancurkan hidupnya lebih jauh, namun juga memberi kesempatan untuk mengubah takdir yang kelam menjadi kebahagiaan yang mungkin tidak pernah ia duga.
Rayan Syahmir, dengan segala egonya, baru saja memulai rencananya. Sebuah pernikahan terpaksa akan menjadi harga yang harus dibayar, dan Alina tidak tahu bahwa hidupnya sudah diputuskan tanpa izin darinya.
Bab 1 Tidak ada pilihan lain
08/02/2025
Bab 2 kepala yang masih berdenyut
08/02/2025
Bab 3 Pernikahan yang dipaksakan
08/02/2025
Bab 4 Dua minggu berlalu
08/02/2025
Bab 5 Hari pernikahan itu akhirnya tiba
08/02/2025
Bab 6 Malam setelah pernikahan
08/02/2025
Bab 7 Rayan semakin sering terlibat dalam urusan bisnis
08/02/2025
Bab 8 tak kunjung reda
08/02/2025
Bab 9 perubahan halus yang tak bisa disangkal
08/02/2025
Bab 10 Pesan yang diterimanya
08/02/2025
Bab 11 pikirannya tak henti-hentinya berputar
08/02/2025
Bab 12 mencari-cari ekspresi yang bisa membimbingnya
08/02/2025
Bab 13 berdiri di tempat yang sama
08/02/2025
Bab 14 berjalan cepat tanpa tujuan yang jelas
08/02/2025
Bab 15 langkahnya penuh ketegasan
08/02/2025
Bab 16 jalanan yang ia lewati
08/02/2025
Bab 17 lebih ringan dari sebelumnya
08/02/2025
Bab 18 Perpisahannya dengan William
08/02/2025
Bab 19 mengakhiri semua keterikatannya
08/02/2025
Bab 20 Alina mulai merasa sedikit lebih tenang
08/02/2025
Bab 21 Tuhan memberinya kesempatan
08/02/2025
Bab 22 hidup Alina mulai terasa lebih stabil
08/02/2025
Bab 23 Menatap Masa Depan
08/02/2025
Bab 24 Pekerjaan di perusahaan besar
08/02/2025
Bab 25 Keputusan yang Tertunda
08/02/2025
Bab 26 Menghadapi Kenyataan
08/02/2025
Bab 27 wanita misterius
08/02/2025
Bab 28 Semua yang ia percayai tentang Kian
08/02/2025
Bab 29 berdiri di dekat jendela apartemennya
08/02/2025
Bab 30 Ponselnya masih tergeletak
08/02/2025
Buku lain oleh Sri Ati
Selebihnya