Novel ini menceritakan mengenai tekanan batin Bian, seorang suami yang memiliki istri dengan usia yang jauh, beda tingkat pendidikan dan latar belakang keluarga. bian kerap merasa geram dengan sikap Wiiwt, itrinya yang boros dan hobi arisan. namun, ia sendiri lebih menyimpan kekesalan hatinya sendiri agar tak perang mulut. suatu hari, ia berkunjung ke cabang toko laptopnya di kota lain dan bertemu dengan Alma yang merupakan gadis dari masa lalunya yang belum usai. apa yang terjadi kemudian? Appaka
" Tarraaa,,,pagi Ayah, ,bunda bawakan teh manis special dan roti bakar coklat bikinan Mbok Tarmi, biar hari-hari ayah jadi segar dan bugar. Silakan dinikmati!" celoteh istriku, Laswita atau panggilannya Wiwit begitu memasuki ruang kerjaku di lantai dua.
"Terima kasih Bunsay, tapi lain kali bisa nggak sebelum masuk ucapkan salam dulu, jangan langsung buka pintu"
Padahal aku sudah menempel stiker bertuliskan ucapkan salam sebelum masuk, tapi istri dan bocil-bocilku masih sering membuka pintu dan langsung menerobos masuk.
"Yaa kan bunda mau kasih surprise buat suami tercinta" lihat, dia malah ngeles.
"Yah, bunda boleh minta tambahan dana bulanan?. Soalnya uang belanja yang ayah kasih awal bulan tinggal sisa Rp. 200.000 mana bisa sampai tanggal 30" pinta istriku sambil menyandarkan kepalanya di bahuku, padahal aku sedang sibuk mengecek laporan penjualan melalui laptopku.
Mendengar permintaanya yang tidak biasa , aku bertanya "Lho Bunda, bulan-bulan lalu uang Rp. 4.000.000 kan selalu cukup. Kenapa sekarang baru tanggal 20 sudah hampir habis semuanya?" suaraku meninggi.
Bagaimana tidak bulan lalu uang belanja empat juta rupiah selalu cukup, untuk Tabungan keluarga , aku sebagai keluarga yang menanggungnya. Kuserahkan ATM kepada Wiwit agar ia dapat menggunakannya untuk keperluan rumah tangga.
Bibir Wiwit yang tipis dan pink alami itu menekuk, jujur, ia lebih seksi kalau sudah begitu.
"Ayah kan nggak tau aja kalo sekarang nilai duit hampir nggak ada. Beli barang kebutuhan pokok saja sudah nguras duit. Apalagi beli susu untuk Nizam yang baru disapih, keperluan sekolah untuk Nilam dan Sofie plus asupan gizi mereka. Aku nggak mau mereka tumbuh jadi anak yang pertumbuhannya terhambat atau stunting yah". Tandas istriku".
Hmmmh stunting? Bukan hanya sekali itu dia fasih mengucapkan kata-kata Bahasa Inggris. Ia juga pernah mengatakan branded bag, lux, please, latest fashion, work from home, healing, shopping, vacation . Darimana dia tau istilah Bahasa Inggris itu, kukira dari media social dan ibu-ibu sosialita penghuni komplek perumahan kami yang juga sering arisan bersama Wiwit. Istriku menikah ketika berusia delapan belas tahun, tepat ketika baru menerima ijazah SMAnya. Aku yang sudah berusia 27 tahun dengan mantap meminangnya setelah berpacaran selama dua tahun.
Namun dunia pacaran tentu saja berbeda jauuuhh dengan dunia rumah tangga. Awal-awal berumah tangga, Wiwit yang berasal dari keluarga sederhana nampak sekali gagap dalam mengatur keuangan keluarga. Ia boros tepatnya. Sebulan ia membeli baju tiga kali. Belum lagi ia doyan sekali makanan-makanan tersier yang lumayan menguras kocek seperti aneka buah, roti, biskuit kaleng dan es krim. Walhasil ruang makan dan kulkas kami sudah seperti toko. Tapi karena waktu itu belum ada anak maka uang bulanan yang kuberikan masih cukup.
"Ya sudah, ayah transfer Rp. 1.000.000 ya, cukup kan sampai akhir bulan?" akhirnya aku mengalah karena bagaimanapun Istriku yang lebih paham harga pasaran barang.
"Terima kasih Ayahh,,, muaah,," ia mendaratkan bibirnya di pipi kananku kemudian melangkah pergi.
Huufftt, hanya sendirian di ruangan ini, pandanganku menghadap satu titik dimana terdapat foto keluarga. Foto keluarga Bahagia yang diambil setahun lalu, wajah istriku sangat cantik dan jelita ,, yaahhh zaman sekarang gambar foto dan bahkan adegan video bisa diedit, entah dengan aplikasi atau filter. Aslinya Wiwit tampak lebih tua dari usianya yang masih 27 tahun. Mata pandanya bercerita jujur tentang perjuangannya mengorbankan waktu tidur untuk menjaga si bungsu agar tidak rewel. Pipinya yang makin chubby karena harus menampung makanan para bocil yang kerap tidak habis.
"Assalamualaikum ayah", Nilam anak keduaku yang bulan lalu merayakan ulang tahun ke 6 mengucap salam. Hehehe dia memang sudah paham soal aturan. Meski baru belajar ngaji Al-Qur'an tiga bulan. Roman romannya dia calon wanita solehah karena dari sekarang sudah hafal doa makan, ke toilet, akan tidur dan bangun tidur, paham adab dalam rumah.
" Ya sayang,, mana kak Sofie? Nilam nggak main sama teman-teman kompleks minggu ini?"
Jawaban Nilam membuatku tercenung, Kak Sofie masih nginep di rumah Eyang. Nilam mau bersepeda dengan ayah keliling perumahan. Mumpung minggu dan ayah di rumah. Boleh? Nilam udah lama nggak keluar bareng ayah. Kangen! Nilam seolah memelas. Batinku tercubit prihatin.
Bahkan aku tak tahu Sofie menginap di rumah eyangnya dari kemarin. Aku memang bukan CEO atau manager sebuah Perusahaan multinasional, tapi aku pemilik tiga toko yang menyediakan hand phone dan laptop. Tiga toko itu berada di kabupaten yang berbeda. Siapa yang bisa menyangkal eksistensi dua benda pipih ajaib yang kini telah menjadi kebutuhan penting bagi masyarakat luas terutama siswa, mahasiswa dan kaum professional. Tapi tentu saja aku tak bisa tinggal diam santai tanpa mengecek laporan keuangan dan arus keluar masuk barang. Sabtu minggu yang biasa dipakai bersantai pun seringkali kuhabiskan mengecek tokoku di ibukota kabupaten lain yang letaknya berjauhan.
"Paa,,, temenin Nilam,,, bete di rumah sendiri" rengeknya
"Lho, Mama kemana memangnya" tanyaku.
"Mama pergi ke pasar sama Dik Nizam. Katanya mau beli buah dan sayur"
Aku langsung menepuk jidat, kenapa ia tak meminta izin dulu padaku. Hmm, setelah ku lihat HPku ternyata ia meminta izin via whatupp aplikasi.
"Lho kok Nilam nggak mau ikut?"
"Nggak mau ah Pa, habis mama suka nggak boleh kalo beli jajanan pasar. Katanya nggak sehat. Cepet basi" mata bundar itu sendu menatapku.
"Okay okay,, jangan sedih anak Papa yang cantik, yuk kita tamasya keliling kompleks" kataku menjawil pipi chubbynya.
Aku menutup laptopku meski sebenarnya pekerjaanku belum selesai. Biarlah demi buah hati.. lain kali saja kukerjakan.
Kukeluarkan sepeda sport yang nyaris berdebu dari dalam Gudang, begitupun Nilam yang mulai menaiki sepeda mini imut warna pink dengan keranjang di depannya. Kubiarkan Nilam mendahului dengan sepedanya melesat melalui rumah-rumah gedong yang berada di sekitar kompleks perumahan grand mulia Mandiri. Wow ternyata banyak rumah-rumah baru berdiri di lingkungan belakang tempat tinggalku, semoga saja nantinya rumah-rumah itu ada yang menempati tidak dibiarkan kosong tanpa penghuni karena pemiliknya hanya menjadikan rumahnya asset masa depan.
Meski baru enam tahun ternyata Nilam sangat gesit membawa sepeda mininya ,, huuft aku saja dibuat ngos-ngosan. Ketika dalam perjalanan pulang ke rumah, di sebuah persimpangan putriku melihat penjual mainan plastik sedang menjajakan barangnya bukan hanya itu Elan dan Fitria, anak kompleks sebaya Nilam juga tengah memilih-milih mainan untuk dibeli. " wah, gawat ini roman-romannya Nilam ingin beli mainan baru batinku.
Mereka serempak menyapa putriku ketika dilihatnya Nilam menghentikan sepeda dan ikut memilih-milih mainan. Waduhhh kacau mana aku tak membawa dompet lagi,, harusnya tadi sudah kularang ia mampir membeli mainan.
Bab 1 BOROSNYA ISTRIKU
03/02/2025
Bab 2 HARI MINGGU YANG RIBET
03/02/2025
Bab 3 SI RATU ARISAN
03/02/2025
Bab 4 PERTEMUAN YANG TAK DISANGKA-SANGKA
03/02/2025
Bab 5 TENTANG ALMALIA
03/02/2025
Bab 6 CINTA LAMA BERSEMI KEMBALI
03/02/2025
Bab 7 BERMAIN HATI DENGAN YANG LAIN
03/02/2025
Bab 8 MASA LALU WIWIT
03/02/2025
Bab 9 KERICUHAN DI DEPAN TOKO
03/02/2025
Bab 10 KEKECEWAAN MAMA
03/02/2025
Bab 11 BULAN MADU YANG TERTUNDA
03/02/2025
Bab 12 UJIAN PERNIKAHAN
03/02/2025
Bab 13 RUMPIAN IBU-IBU
03/02/2025
Bab 14 CINTA DATANG TERLAMBAT
03/02/2025
Bab 15 ADA HATI CEMBURU
03/02/2025
Bab 16 ANDI TERLANJUR KECEWA
03/02/2025
Bab 17 WIWIT MENGETAHUI PERNIKAHAN BIAN
03/02/2025
Bab 18 WIWIT PERGI DARI RUMAH
03/02/2025
Bab 19 RUMAH SEPI TANPA ISTRI
03/02/2025
Bab 20 BERTEMU IBU SAMBUNG
03/02/2025
Bab 21 RISAU SANG IBU SAMBUNG
10/02/2025
Bab 22 CURHAT BERUJUNG KECEWA
11/02/2025
Bab 23 HASUTAN MANTAN
12/02/2025
Bab 24 DISIDANG ORANG TUA
13/02/2025
Bab 25 YANG PANAS TAPI BUKAN API
14/02/2025
Bab 26 PENYUSUP DALAM RUMAH
15/02/2025
Bab 27 KALA RUMAH KACAU DAN PIKIRAN SUMPEK
16/02/2025
Bab 28 KERICUHAN DI RUMAH MERTUA
17/02/2025
Bab 29 MASALAH DEMI MASALAH ENGGAN MENJAUH
18/02/2025
Bab 30 INSIDEN JULID DI RUMAH SAKIT
19/02/2025
Bab 31 BERTEMU SI PENYEBAR AIB
Hari ini09:36
Buku lain oleh REE PRAS
Selebihnya