Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
I WAS NEVER YOURS

I WAS NEVER YOURS

Rose Marberry

4.9
Komentar
21.9K
Penayangan
76
Bab

Memilikinya tabu bagiku, mencintainya membuatku kian terluka dalam!

Bab 1 Insiden Tytyd

Pernahkah kalian mengalami masalah dalam hidup? Yeah, semua orang pasti pernah merasakan masalah dalam hidup. Berbagai macam masalah datang menghampiri kita silih berganti.

Ini masalah cinta Cheryl Anastasia. yang dialami selama 19 Tahun hidupnya. Ia hanya seorang mahasiswi manis, yang salah atau tidak mencintai senior tampan itu.

Cheryl mencintainya, dia lelaki asing yang hanya berpapasan sekali. Tetapi sosok itu seolah tidak pernah sirna dari bayangan dan khayalan liar.

Disatu sisi dia hanyalah seorang senior Universitas P. Di sisi lain, ia memiliki ketampanan luar biasa seperti para artis.

Siang itu, Cheryl sedang print tugas. Dan seperti biasa antrean panjang yang selalu menjadi pemandangan yang memanjakan mata, tapi justru pemandangan mata ini yang membuat para pengantre hanya bisa mengehela napas panjang, saking panjangnya bisa sepanjang usus manusia.

Di kampus P, hanya ada satu spot untuk print semua tugas, foto copy, jilid dan tetek bengeknya.

Cheryl sedang print tugas yang deadline-nya minggu kemarin, tetapi baru dikerjakannya. Berharap saja, tidak di buang hasil jerih payah ia menyontek itu.

Siang hari yang panas, beserta antrean panjang. Membuat perut Cheryl mendadak mules. Ia gelisah, seperti cacing kepanasan. Maju mundur tapi tidak cantik.

Handphone Cheryl bergetar. Cheryl berusaha mengapai ponsel miliknya yang berada di belakang. Namun, ia merasakan memegang sesuatu yang lembek dan keras. Benda itu terasa mengembung. Cheryl berbalik, dan baru menyadari ia salah memegang masa depan milik orang.

Cheryl menelan ludahnya kasar.

"Arghhh." Pekiknya, ketika ia sadar masih memegang benda itu. Demi Kak Ros yang tak pernah baik sama Upin-Ipin, tangan Cheryl yang polos langsung tercemar.

"Tanggung jawab dek. Pusaka abang, mati."

"Alamak!" Cheryl menutup matanya. Sungguh sangat memalukan.

"Maaf bang. Maap."

Cheryl menatap korbannya. Dan ia baru menyadari, ia memegang benda pusaka milik malaikat. Begitu tampan.

"Abang ganteng kali." Kata Cheryl polos.

Lelaki itu hanya tersenyum. "Itu air liurnya netes dek."

Cheryl buru-buru menyeka iar liurnya. Air liur pengkhianat!

"Maaf ya bang, nggak sengaja." Cheryl langsung berlari. Sungguh berdouble-double ia malu.

Cheryl langsung menutup wajahnya dengan tas. Wajahnya pasti sudah semerah tomat busuk.

Cheryl masih berlari sekencang cheetah. Dan naasnya, jarak antara tempat print ke Fakultas Sastra begitu jauh. Harus melewati setidaknya 3 fakultas.

"Anjir... udah nggak perawan tangan gue." Kata Cheryl pada dirinya sendiri.

Masih gemetaran, Cheryl memeriksa tangannya, dan bodohnya lagi, ia mencium tangannya. Dan, tidak ada bau yang aneh-aneh.

"Anjir... malu parah. Bisa-bisanya, salah megang. Untung nggak putus, tuh barang." Cheryl masih mengayur napasnya, dan megelus dadanya.

"Untung juga, dia nggak minta tanggung jawab, nikahin dia misalnya." Cheryl menggelang, ini kasus yang terbalik. Ia melecahkan, laki-laki. Parah!

Cheryl masih tak habis pikir, kenapa dia sesial ini. Sebelum menuju fakultasnya, Cheryl duduk sebentar di bawah pohon cemara, yang sepoi-sepoi. Ia duduk di fakultas teknik.

Cheryl masih menenangkan hati dan pikirannya dari peristiwa tadi.

"Anjir.... anjir... anjir..."

"Apa dia kasih tahu kawan-kawannya, kalau dia udah dilecehkan? Alamak! Nanti dikiranya, aku penjahat kelamin lagi." Cheryl menggigit bibirnya. Bagaimana, kalau ia dicap seperti itu?

"Dih, amit-amitlah. Orang, gue pacaran aja kagak pernah, dan mendadak jadi penjahat kelamin? Duh.. dedek akan rajin sedekah mulai sekarang." Teriknya matahari, tidak membuat pikiran buruk Cheryl meredup. Malah, semakin menyala.

Cheryl mengambil ranting kering di sekililingnya, dan mulai mencoret-coret tanah seperti anak kecil.

"Ala, lupa. Harusnya, aku tanya siapa namanya. Kan bisa, tebus kesalahan dengan jadi pacarnya." Cheryl tersenyum geli sendiri. Ia menepuk pipinya. Tak pernah jatuh cinta, dan mendadak hatinya, ingin merasakan hal itu.

"Sadar ya Cher. Dia setampan malaikat, dan loe tampang upik abu. Loe hanya bisa, jadi keset kakinya doang."

Cheryl merasa seperti orang gila. Ponsel Cheryl bergetar. Ya, Cheryl langsung menyumpahi benda pipih tak ada nyawa tersebut. "Gara-gara kau HP. Kan sial jadinya." Cheryl mengomel sendiri.

Cheryl melihat nama 'Mawar' terpampang disana.

"Mawar... arghhh." Cheryl merasa ada sesuatu yang dingin menempel di pipinya. "Sia--- si ganteng." Kata Cheryl refleks.

Lelaki yang sudah ia lecehkan, memberi teh rasa apel padanya. Lelaki itu tersenyum, membuat Cheryl lebih tertarik pada senyuman itu, daripada minuman dingin yang terasa surga saat udara panas seperti ini.

Cheryl mengulurkan tangannya, ingin mengambil botol minuman yang ditawarkan. Malah tangan Cheryl disambut, "siapa namanya?"

"Cheryl."

"Cherry blossom." Komentar lelaki tampan di depannya.

Cheryl tersipu, dengan menyampirkan rambutnya ke belakang, layaknya wanita anggun di drama Korea. Cheryl merasa sudah secantik Bae Suzy dan lawan di depannya setampan Lee Min Ho.

"Tahu Cherry blossom apa?"

"Parfum." Jawab Cheryl cepat.

"Bukannya abang nawarin minuman?" Tanya Cheryl menunjuk botol berwarna ungu yang masih dipegang itu.

"Mau?" Cheryl mengangguk.

"Jawab dulu yang benar, cherry blossom itu apa. Masak, nama sendiri tak tahu." Dengan polosnya, Cheryl mengeluarkan ponselnya. Ponsel dengan soft case berwarna pink tersebut, mulai di pakai.

Cheryl melihat banyak pesan dan telpon dari Mawar.

"Hehehe. Lupa bang, habis paket." Cheryl nyegir.

Lelaki itu mengeluarkan ponselnya dari saku celana. Ponsel mahal, berwarna hitam.

Cheryl mulai mengetik seperti yang diperintahkan. "Hah, kok yang keluar bunga sakura?"

"Baca keterangannya."

"Bunga sakura, berasal dari bahasa Jepang, kata 'saku' yang artinya bunga."

"Udah nampak gambarnya?" Cheryl mengangguk. "Cantik bukan?"

"Jika kamu disandingkan dengan bunga itu, tetap saja kamu yang tercantik diantara mereka." Cheryl menatap lawannya. Dia bersumpah, detik ini juga, Cheryl jatuh cinta pada lelaki bijak di depannya.

"Mau jadi pacarku nggak?" Tawar Cheryl.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh Rose Marberry

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku