Menceritakan sosok bernama Badra Gentala. Pria yang begitu terobsesi pada keponakanya sendiri.
°°°°°
" Uurghhh ... "
" Aakkrhhh ... "
Lenguhan panjang Badra merasakan pelepasan yang begitu nikmat, dia rasakan saat ini. Ini pertama kalinya dia melakukan penyatuan dengan sosok gadis yang sangat ia inginkan sejak dulu.
Tubuh besarnya ambruk di atas tubuh kecil Gistara. Ya, gadis yang di maksud Badra adalah Gistara. Wajah memerah dan hidung, begitu juga dengan matanya yang terlihat sangatlah sembab.
Walaupun tak memungkiri dia juga ikut menikmati penyatuan barusan. Namun, rasanya tetap saja rasa sakit di sekujur tubuhnya, maupun di area intimnya yang masih menyatu dengan milik Badra. Tak sesakit hatinya saat ini.
Bagaimana mungkin dia akan masih merasa baik - baik saja setelah ini? Menurutnya hidupnya ini telah hancur lebur. Tak tersisa apapun yang bisa membuatnya untuk bertahan.
Gistara mengingat percakapanya dengan Badra, sebelum kejadian pemaksaan yang di lakukan Badra pada dirinya.
°°°°
" Menikahlah denganku?"
Ucapan Badra barusan mampu membuat Gistara terpaku di tempatnya. Wajah terkejut sekali terlihat dari gadis itu. Belum lagi mulut yang sedikit terbuka, menandakan bahwa gadis itu tak menyangka akan permintaan tak masuk akal dan tak wajar dari Badra barusan.
" Ma-maksud Paman apa?" Ujar Gistara terbata, masih dengan rasa kagetnya.
" Ya, menikahlah denganku maka hidupmu selamanya akan baik - baik saja, dan semuanya akan terjamin"
" Mana mungkin kita bisa menikah, Paman? Kita ini saudara dan aku ini adalah anak dari kakak Paman. Keponakan Paman sendiri"
Gistara menggelengkan kepalanya kuat, dia benar - benar tak habis pikir dengan ajakan menikah dari Badra. Menurutnya Pamanya itu sudah gila, karena mengajaknya untuk menikah.
" Cih! "
Badra berdecih sembari menatap sinis setelah mendengar ucapan Gistara. Pria itu sangat benci saat Gistara malah mengungkit statusnya itu. Yang dia inginkan saat ini hanya menikah dengan Gistara dan bisa memiliki gadis itu sepenuhnya.
" Kau tidak bisa menolakku, bahkan untuk sekedar berpikir ingin pergi dari sisiku saja kau tak akan bisa!" Jelas Badra menatap tajam ke arah Gistara.
Gistara kembali menggeleng, dia tetap akan menolak dan tak akan melakukan dosa menikah dengan Pamanya sendiri. Itu tak akan mungkin terjadi.
" Tidak, Paman. Aku menolak menikah dengan Paman. Bagaimana pun Paman sudah aku anggap sebagai pengganti kedua orang tuaku yang sudah tiada" jawabnya tak kalah tegas.
Badra terkekeh pelan, dia tersenyum remeh pada Gistara. Menurutnya gadis kecil seperti Gistara tak akan bisa melawanya. Dia tak akan membiarkan gadis yang sudah lama dia sukai itu menolak keinginanya barusan.
" Jika kau menolaknya, kau bisa pergi dari sini!"
DEG!
Gistara tak percaya jika Pamanya secara terang - terangan malah mengusirnya seperti ini.
" Paman memgusirku?" Tanya Gistara memastikan.
" Ya, jika kau menolak menikah denganku. Maka pergilah dari sini dan hiduplah sendiri di luar sana" sahutnya datar.
Badra begitu yakin jika Gistara tak akan mungkin mau hidup sendiri di luaran sana. Apalagi selama ini dialah tempat bergantung Gistara, setelah kedua orang tua gadis itu meninggal.
Badralah yang merawat dan mencukupi semua kebutuhan Gistara. Bahkan memberikan perhatian dan juga kasih sayang. Semuanya Badra lakukan agar bisa mengikat hidup Gistara selamanya bergantung padanya.
" Kenapa Paman tega padaku?"
Gistara menatap Badra berkaca - kaca, dia merasa sedih sekali di perlakukan seperti ini oleh Pamanya. Ini pertama kalinya dia di buat menangis. Selama ini Badra selalu membuatnya bahagia, dan tak sekali pun membuatnya bersedih.
Badra menaikan sebelah alisanya. Dia sama sekali tak terpengaruh dengan raut wajah bersedih yang di perlihatkan Gistara padanya. Baginya saat ini, adalah membuat gadis itu tunduk dan takluk. Dia harus membuat Gistara mau menuruti keinginanya.
" Menikahlah denganku, atau aku akan melakukan sesuatu yang tak pernah kau pikirkan sebelumnya!" Ancamnya.
Setelah mengatakan itu, Badra lalu pergi keluar dari dalam kamar Gistara. Membiarkan gadis itu berpikir tentang ucapanya barusan. Tanpa Gistara sadari, Badra juga mengunci pintu kamarnya. Membuatnya terkurung di dalam sana.
Gistara pikir, Badra hanya mengancamnya saja. Namun, ternyata sesuatu yang buruk akan tetap terjadi begitu cepat dan tak pernah Gistara bayangkan sebelumnya. Hidupnya sebentar lagi akan berubah setelah kejadian ini.
Sudah di kurung beberapa hari di dalam kamarnya, lantas tak membuat Gistara menyutujui kenginan Badra, yang memintanya menikah denganya. Justru sebaliknya dia tetap menolak mentah - mentah keingan Pamanya itu.
Sampai akhirnya terjadilah tragedi, dimana Badra merenggut paksa kehormatanya. Dengan kejam menyetubuhinya, meski dia sudah memohon dan menangis meminta Badra agar tak melalukan hal tak senonoh itu.
Namun ternyata, pria itu tak menggubrisnya sama sekali. Sampai terjadilah mimpi buruk yang mungkin tak akan pernah atau pun Gistara lupakan dalam hidupnya.
°°°
Setelah puas melampiaskan hasratnya pada Gistara. Badra meninggalkan gadis yang kini tak berdaya sama sekali di atas ranjang. Tubuh polosnya hanya mampu dia tutupi menggunakan selimut.
Isakan tangis terdengar jelas di dalam kamar tersebut. Yah, Gistara kembali menangis lagi dia benar - benar masih tak percaya, jika Pamanya telah memperkosanya. Merenggut kesucianya sebagai seorang perempuan, yang seharusnya dia jaga untuk suaminya kelak.
" Ibu ... Ayah ... aku hancur"
Gumammya di sela tangisnya saat ini.
Tubuhnya ikut bergetat seiring tangsianya yang mulai mengeras. Dia tak tahu jika Badra bsia melakukn hal seburuk ini padanya.
Bayangan Badra penyelamat dan orang baik baginya. Kini hilang tak tersisa rasa apapun dalam hati Gistara. Hanya ada rasa benci yang mulai terpupuk di dalam diri gadis itu.
Di dalam kamarnya Badra masuk ke dalam kamar mandi. Di bawah guyuran air shower, pria itu memejamkan matanya membiarkan air mengalir membasahi seluruh tubuhnya.
Bayangan bagaimana dia menikmati tubuh gadis, yang sudah bertahun - tahun dia rawat memenuhi isi kepalanya.
Bagaimana nikmatnya menyatu dengan milik Gistara itu. Sempit dan membuat betap Badra frustasi sampai kembali merasa tegang di buatnya.
Harusnya dia menikah lebih dulu dengan gadisnya. Bukan malah merenggut paksa menyetubuhi Gistara.
Tapi semuanya sudah terjadi. Dan bahkan Badra sama sekali tak menyesal melakukan semua itu pada Gistara. Baginya yang terpenting saat ini, gadis itu sudah dia miliki sepenuhnya.
Salahkan saja Gistata sendiri, yang malah menolaknya mentah - mentah. Meski dirinya sudah memberikan waktu yang cukup untuk gadis itu berpikir.
Nyatanya Gistara lebih memilih kekerasan dari pada kelembutan seperti biasanya yang Badra berikan pada gadis itu.
" Gistara, you are man!" Desisnya masih memejamkan matanya.
" Aaarghhh ..." erangnya, karena elusan tanganya di bawah sana.
°°°°
Bab 1 Di renggut paksa
01/06/2024
Buku lain oleh Viie_96
Selebihnya