CINTA SEJATI SANG PESULAP

CINTA SEJATI SANG PESULAP

aileenblack

5.0
Komentar
576
Penayangan
32
Bab

Jaime, seorang pelayan di restoran cepat saji memiliki kemampuan sulap tersembunyi. Walaupun sebenarnya dia dapat menaklukkan dunia dan segala kejayaan dengan bakatnya, namun itu tidak dilakukannya. Semata-mata demi wanita yang dicintainya, yang memiliki mimpi yang sama dengannya. Berjuang dan mengorbankan segalanya demi wanita yang dicintainya sampai dia menemukan takdirnya sendiri. Sesuatu yang besar melampaui batas ruang dan waktu. Saat dia sudah mencapai puncak tertinggi dalam kehidupannya, dia tetap mencoba menggapai cintanya. Tidak peduli resiko apapun, dia berani mengorbankan kehidupannya. Dia sampai tidak menyadari, ada satu hati yang hangat bersedia menerima dirinya apa adanya. Menunggu dan menunggu...

Bab 1 PROLOG

Aku tidak tahu apa artinya hidup seperti ini lagi...

Seorang pria muda, dengan mata penuh kesedihan dan rasa sakit, menatap langit sore dengan awan gelap bergulung-gulung di atasnya. Pria itu memakai sebuah topeng hitam sederhana yang menutupi wajah dan jas hitam yang terbuka menyambar-nyambar tertarik oleh angin. Seluruh tubuhnya terasa dingin oleh hembusan angin dan hatinya merasakan kehampaan yang teramat dalam hingga terasa menyakitkan.

Matanya menerawang jauh ke ujung langit. Ia berdiri di samping sebuah tiang penangkal petir yang terdapat di atas sebuah gedung tertinggi di kota. Ketinggian tiang penangkal petir itu mencapai ratusan meter dari atas permukaan tanah. Tubuhnya berdiri tegak melawan angin keras yang berhembus mencoba menerbangkannya dan tangannya mencengkram kuat pada tiang logam penangkal listrik yang menjulang tinggi menembus langit.

Angin kencang terus berhembus semakin dingin dan awan gelap beserta petir terus menyambar-nyambar memenuhi langit gelap sejauh yang dapat dipandang oleh mata. Terdengar suara-suara ledakan halilintar yang saling memecah dan berlompatan di dalam awan hitam bergulung-gulung.

Sebuah petir mendadak menyambar di dekat penangkal petir dan meledak di depan wajah pria itu dengan suara yang teramat keras, menggetarkan seluruh tubuhnya. Wajah pria itu seketika menunjukkan kegembiraan yang teramat sangat. Sejak kecil ia selalu menyukai petir dan merasa bergairah setiap kali mendengarkan ledakannya yang mengguncang. Matanya kemudian menatap ke bawah, di mana ribuan orang sedang melihat ke arahnya.

Salah seorang reporter dari puluhan stasiun televisi yang berkumpul di bawah gedung mulai melaporkan untuk para penonton, "Di sini, kita akan menyaksikan langsung pertunjukan terbaru Calvici. Pesulap muda berbakat yang pernah memenangkan kontes raja pesulap seluruh dunia ini, adalah pesulap terkaya dan paling populer dalam dua tahun terakhir.

Pertunjukan-pertunjukannya yang tidak biasa selalu membuat para penonton terperangah dan takjub. Sebagian orang menjulukinya dan bahkan mempercayainya sebagai "Nabi" karena semua yang dilakukannya hampir seperti sebuah mukjizat. Terakhir kali ia melakukan pertunjukan di jalanan, ia memilih dua puluhan orang pejalan kaki, tua dan muda yang kebetulan lewat untuk terbang bersama dirinya menembus langit."

Reporter itu kemudian memaksa kameramennya menyorot para penonton yang begitu antusias berkerumun di bawah bangunan tempat Calvici berada.

"Calvici, Calvici, Calivici...!!!" teriakan-teriakan keras dari para penonton di bawah gedung terdengar begitu heboh. Beberapa dari mereka membawa spanduk yang bertuliskan nama Calvici dan berbagai kata-kata yang ingin mereka sampaikan pada idola mereka. Ada beberapa wanita cantik yang membawa spanduk bertuliskan 'Calvici, bawa serta aku.' 'Jadikan aku istrimu.' dan sebagainya.

Sebuah spanduk yang tidak lazim adalah spanduk yang bertuliskan 'Calvici bagi uangmu untuk masa depan kami.' yang dibawa oleh anak-anak.

Reporter itu kembali melanjutkan, "Pada pertunjukan kali ini, Calvici akan membiarkan dirinya disambar oleh petir. Dia mengklaim akan dapat merebut senjata Dewa Zeus yang berupa petir dan mengendalikannya. Apakah dia akan berhasil dengan pertunjukannya kali ini?"

Kamera tersembunyi pada bagian atas gedung, segera memperlihatkan Calvici yang sedang berdiri di atas bagian tengah tiang penangkal listrik sambil memegang bagian tiang dari logam itu dan sekitar empat meter dibawahnya, terlihat kolam api yang menyala berkobar dengan bantuan gas. Jika ia tersambar petir dan terjatuh, dapat dipastikan ia akan terbakar hangus.

Petir menyambar lagi begitu dekat dengan Calvici dan ratusan penonton di bawah gedung berlantai empat puluh kembali menjerit-jerit histeris. Calvici segera memandang pada petir yang baru meledakkan cahayanya di dalam awan gelap dan berteriak dengan sekuat tenaganya, "Berikan aku kebebasan!!!"

Calvici merasa marah dan bergerak memanjat tiang penangkal petir itu. Angin di ketinggian berhembus semakin keras menarik-narik pakaiannya dan air hujan mulai turun. Saat itu suara petir menggelegar dan sebuah pilar cahaya terang, terlihat menyambar langsung pada tiang penangkal petir serta Calvici di atasnya. Di dalam petir, terlihat tangan Calvici bergerak ke atas seolah-olah hendak mencuri petir tersebut.

Seluruh penonton berteriak histeris.

"Duarrrr!!!!!!" sebuah suara ledakan keras terdengar dan tubuh Calvici segera terlempar jatuh ke dalam kolam kobaran api dengan cepat. Kamera memperlihatkan tubuh Calvici yang terlihat meronta-ronta di dalam kobaran api. Kedua tangan pesulap muda itu terlihat bergerak liar dengan petir yang masih menyambar-nyambar dari jari-jarinya dan kedua kakinya terlihat berjuang keras untuk keluar dari kolam api yang sedang membakar seluruh tubuhnya.

Puluhan petugas pemadam api yang menunggu di samping kolam api segera berteriak-teriak cemas.

"Matikan gasnya, segera ambil tabung pemadam kebakaran."

"Kunci katup penutup saluran gasnya rusak," sahut seorang teknisi sistem pembakaran pada kolam api, wajahnya terlihat pucat dan tangannya tidak dapat memutar katup penutup gas pada kolam api. Katup itu tampak sudah dirusak seseorang.

Dengan terburu-buru, mereka berlarian mengambil tabung gas pemadam kebakaran yang tersusun rapi dan mengarahkan corong pemadam pada kolam api. Jari-jari mereka dengan cepat menekan kunci-kunci tabung pemadam.

Namun, setelah berusaha menekan mati-matian, tidak ada terlihat sepotong gas putih pun yang keluar dari puluhan moncong tabung gas pemadam kebakaran yang terarah pada kobaran api itu. Calvici terlihat meronta-ronta dalam kobaran api yang diikuti dengan teriakan menyayat hati dari mulutnya.

Semua orang dari atas kolam hanya dapat melihat dengan wajah cemas dan tidak mampu melakukan apapun. Sebelum ia berhasil keluar dari kolam api, tubuh itu jatuh dan tak dapat bergerak lagi sama sekali. Terlihat sesosok tubuh yang hitam terpanggang dalam kobaran api.

Jerit ketakutan para penonton terdengar keras.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh aileenblack

Selebihnya

Buku serupa

Gairah Liar Ayah Mertua

Gairah Liar Ayah Mertua

Gemoy
5.0

Aku melihat di selangkangan ayah mertuaku ada yang mulai bergerak dan mengeras. Ayahku sedang mengenakan sarung saat itu. Maka sangat mudah sekali untuk terlihat jelas. Sepertinya ayahku sedang ngaceng. Entah kenapa tiba-tiba aku jadi deg-degan. Aku juga bingung apa yang harus aku lakukan. Untuk menenangkan perasaanku, maka aku mengambil air yang ada di meja. Kulihat ayah tiba-tiba langsung menaruh piringnya. Dia sadar kalo aku tahu apa yang terjadi di selangkangannya. Secara mengejutkan, sesuatu yang tak pernah aku bayangkan terjadi. Ayah langsung bangkit dan memilih duduk di pinggiran kasur. Tangannya juga tiba-tiba meraih tanganku dan membawa ke selangkangannya. Aku benar-benar tidak percaya ayah senekat dan seberani ini. Dia memberi isyarat padaku untuk menggenggam sesuatu yang ada di selangkangannya. Mungkin karena kaget atau aku juga menyimpan hasrat seksual pada ayah, tidak ada penolakan dariku terhadap kelakuan ayahku itu. Aku hanya diam saja sambil menuruti kemauan ayah. Kini aku bisa merasakan bagaimana sesungguhnya ukuran tongkol ayah. Ternyata ukurannya memang seperti yang aku bayangkan. Jauh berbeda dengan milik suamiku. tongkol ayah benar-benar berukuran besar. Baru kali ini aku memegang tongkol sebesar itu. Mungkin ukurannya seperti orang-orang bule. Mungkin karena tak ada penolakan dariku, ayah semakin memberanikan diri. Ia menyingkap sarungnya dan menyuruhku masuk ke dalam sarung itu. Astaga. Ayah semakin berani saja. Kini aku menyentuh langsung tongkol yang sering ada di fantasiku itu. Ukurannya benar-benar membuatku makin bergairah. Aku hanya melihat ke arah ayah dengan pandangan bertanya-tanya: kenapa ayah melakukan ini padaku?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku