Bagaimana jika gadis tomboy bertemu dengan lelaki yang terobsesi menjadi perempuan? Diandra, si penggila sepeda motor yang selalu berpakaian dan bersikap seperti laki-laki, dijodohkan dengan Handoko--pria tampan kaya raya yang punya obsesi aneh; menjadi sosok anggun seperti ibunya. Handoko ingin berubah. Tetapi kehadiran Diandra ternyata tidak membuat segalanya berjalan dengan mulus. Bahkan, pertunangan mereka nyaris saja putus. Lalu saat benih cinta mulai tumbuh, mampukah keduanya bersatu?
Pukul sembilan malam, Rumah Hari Hutomo sudah nampak sepi. Hanya satu lampu kamar yang masih menyala terang.
Nampak seseorang memakai korset dengan lincah. Umumnya wanita sedikit kesulitan saat memakai korset. Tetapi tidak bagi seseorang yang sedang memakai korset itu.
Korset yang di pakainya sedikit berbeda dengan yang biasa terpajang di toko pakaian dalam. Pada bagian bawah korset, ada sebuah kain tambahan yang di kaitkan pada bagian belakang tubuh yang melewati celah kedua paha.
Selesai memakai korset kemudian memakai kaos oblong berwarna hitam dan celana jeans.
Kemudian mengambil sebuah ransel diatas tempat tidurnya. Memasukkan sepatu hak tinggi, rambut palsu, rok mini, atasan terbuka berwarna hitam, tas wanita, dompet, dua bungkus rokok, lipstik dan parfum.
"Oh ya, ponsel dan kunci belum. Ah itu dia," ucapnya, lalu meraih benda pipih itu dan sebuah kunci mobil.
Seseorang itu kembali memeriksa barang bawaannya. Setelah memastikan tidak ada yang tertinggal, dirinya segera memakai masker dan sepatu kets. Kemudian mengendap-endap menuju pintu utama rumahnya lalu segera keluar dan menuju mobilnya.
Setelah menghidupkan mesin mobilnya, seorang petugas keamanan rumah itu segera membuka pagar. Mobil pun segera berlalu meninggalkan rumah itu.
Lima belas menit kemudian, mobil itu memasuki area parkir sebuah diskotik ternama di kota itu. Nampak seseorang sedang mengganti pakaiannya di dalam mobil. Setelah selesai keluar dari mobilnya kemudian menekan tombol pengunci pada kunci.
Nampak seorang berpakaian rok mini dan atasan sangat terbuka berwarna hitam. Memakai sepatu hak tinggi berwarna merah dan mengenakan sebuah tas kecil berwarna senada dengan sepatunya.
Kini, wanita itu sudah sampai di area pub. Terdengar suara musik yang memekakkan telinga.
Wanita itu duduk dengan anggun, memesan segelas minuman lalu mulai menyulut api rokoknya.
Tak membutuhkan waktu lama, nampak seorang pria berbadan tambun menghampirinya.
"Halo baby, lama sekali. Aku sampai bosan menunggu," ujar lelaki bertubuh tambun sambil memeluk pinggang wanita itu.
"Masa menunggu sebentar saja mengeluh. Memangnya sudah menunggu berapa lama Sayang?" tanya wanita itu.
Kemudian lelaki itu menjawab bahwa dirinya sudah menunggu selama lima menit. Wanita itu pun mencubit gemas perut buncit lelaki itu.
Dua puluh menit kemudian, mereka sudah menikmati musik yang memekakkan telinga itu.
Mereka berpelukan dengan sangat mesra. Sesekali wanita itu menggoyangkan tubuhnya erotis, memancing gairah jantan seorang lelaki.
Satu jam setelahnya mereka berdua keluar dari tempat itu. Mereka menuju parkiran yang terhubung dengan pintu belakang sebuah hotel yang memang satu bangunan dengan diskotik itu.
Sesampainya di kamar, mereka berdua nampak mabuk. Lelaki tambun itu mulai menggerayangi tubuh wanita itu, lalu mencium dengan rakus.
Wanita itu mendorong tubuh lelaki itu dengan gerakan manja dan menggemaskan. Kemudian meminta lelaki itu untuk tetap di tempat tidur, lalu mengambil sebotol air mineral di atas meja di depan tempat tidur.
Tanpa di sadari, wanita itu memasukkan sesuatu kedalam air mineral itu mengguncangnya beberapa kali. Lalu menyerahkan kepada lelaki itu.
Lelaki itupun menerima air yang di berikan wanita itu, lalu menarik tubuh sang wanita ke dalam pelukannya. Wanita itupun mulai menggeliatkan tubuhnya, memancing gairah.
"Baby, uang jajan sudah di transfer. Mari kita bersenang-senang," ucapnya sambil mengigit kecil telinga wanita itu.
Tiba-tiba saja lelaki tambun itu ambruk, tertidur tepatnya. Wanita itu melucuti seluruh pakaian lelaki tambun itu lalu menyerakkannya di lantai. Seolah-olah sudah terjadi pergumulan panas.
Dua jam berlalu, wanita itu bangun dari tidurnya lalu mengguncang pelan bahu lelaki itu.
Lelaki tambun itu tidak merespon dan nampak masih terlelap. Wanita itu menuju kamar mandi, membersihkan tubuhnya.
"Waduh gawat. Sudah jam setengah empat subuh," ucapnya.
Bergegas dirinya memakai sepatunya dan tergesa-gesa menuju lift yang menuju ke area parkir itu.
Sesampainya dimobil, wanita itu memakai kembali pakaian yang sempat di tanggalkannya. Lalu menghapus lipstik dari bibirnya, mencopot bulu mata dan rambut palsunya kemudian menyusunnya di dalam tas ranselnya.
Di pastikan semua sudah rapi, wanita itu melajukan mobilnya. Menuju sebuah rumah yang nampak mewah itu.
Kembali seorang petugas membuka pintu pagar. Mobil itu berhenti sejenak, orang di balik kemudi memberikan dua lembar uang pecahan seratus ribu, kepada petugas keamanan rumahnya itu.
Dengan mengendap-endap, kembali menuju kamarnya. Tas ransel itu di sembunyikan di salah satu lemari dan menguncinya.
Kemudian menuju kamar mandi, membersihkan semua riasan diwajahnya. Hingga yang tersisa hanyalah seraut wajah tampan dengan kumis tipis menghias bibirnya yang sedikit tebal itu.
Lelaki itu mengganti pakaian dalamnya dengan pakaian layaknya lelaki. Lalu menyimpan korsetnya ke dalam lemari di mana ranselnya berada dan menguncinya kembali.
Dirinya kini memandang sekeliling kamarnya. Memastikan tidak ada yang tertinggal serta nampak mencurigakan. Setelah merasa aman, kemudian mematikan lampu lalu merebahkan tubuhnya yang lelah itu dan terlelap.
Terdengar suara pintu diketuk. Tidak ada jawaban, pintu kamar pun di buka perlahan. Nampak seorang wanita cantik berusia paruh baya masuk ke dalam kamar.
"Anak ini, sudah jam segini belum bangun juga. Mungkin dia termasuk bangun jam segitu kali ya," gumamnya.
Wanita itu pun mulai memandang berkeliling. Kamar itu nampak rapi dan bersih.
Beberapa pigura terpajang rapi. Kursi dan meja kecil di sudut ruangan pun nampak apik.
Tidak ada pakaian yang terletak sembarangan. Kaos oblong menggantung, bahkan handuk yang dilempar di sembarang tempat.
Seorang pelayan pun datang dari arah belakang wanita cantik yang penampilan elegan itu.
"Maaf Nyonya, Tuan sudah menunggu di meja makan," ujar wanita itu.
Wanita itu pun mengangguk pelan. Kemudian meminta pelayan itu untuk membangunkan anak lelakinya itu.
Wanita cantik itu pun keluar kamar. Pelayan wanita itu pun membangunkan majikannya itu dengan hati-hati.
Tak lama, tubuh lelaki itu menggeliat. Mengerjapkan matanya, lalu bangkit menuju kamar mandi dan membersihkan tubuhnya.
Tiga puluh menit kemudian, lelaki itu pun keluar kamar. Lalu berjalan menapaki anak tangga menuju lantai satu.
"Selamat pagi Ma, Pa," ucapnya riang.
Seorang lelaki berumur lima puluh tahun pun meliriknya, tidak menjawab sepatah katapun.
"Nyenyak sekali tidur mu Nak. Mama sampai tidak tega membangunkan. Kamu nampak lelah, padahal tidak melakukan aktivitas yang berat. Apa kamu sakit?" tanya wanita itu.
Handoko hanya menggelengkan kepala, lalu menjawab pertanyaan wanita yang sudah melahirkannya itu.
"Handoko baik-baik saja Ma, tenang saja," ujarnya menenangkan ibunya itu.
"Han, kakakmu Julia akan kembali dari luar negeri besok. Apakah kamu udah memikirkan tawaran Papa?" tanya Hari Hutomo, ayah Handoko.
"Han akan pikirkan Pa. Beri waktu tiga bulan, agar bisa memikirkan cara menyesuaikan diri," jawab Handoko.
Waktu sarapan pun usai. Handoko mengantar kedua orang tuanya sampai ke depan pintu. Tak lama, mobil yang dikendarai mereka pun menghilang dari pandangan.
Hari Utomo dan Willa Sartika adalah dewan direksi. Pemilik sebuah perusahaan yang bernama Boulevard. Mereka adalah sepasang suami istri yang disiplin serta pekerja keras.
Perusahaan yang memiliki nama besar. Yang berkembang dan memiliki banyak cabang itu adalah bukti kerja keras mereka. Mereka berdua bahu membahu merintis perusahaan itu dari nol.
Mereka memiliki dua orang anak. Yang pertama adalah Julia Utomo dan si bungsu mereka adalah Handoko Utomo.
"Bi Surti, gimana? Aman pakaianku? Apa Mama mulai curiga?" tanya Handoko kepada pelayannya itu.
"Aman, Den. Nyonya sepertinya sedikit mulai curiga. Apakah aden lupa kalau Nyonya itu cerdas?" jawab Bi Surti.
"Apa yang membuat Mama mulai curiga kepadamu?" tanya seorang wanita.
Suara itu, datang dari arah belakang mereka.
Bab 1 Mari senang-senang
08/06/2023
Bab 2 Kepulangan Julia
08/06/2023
Bab 3 Rencana
08/06/2023
Bab 4 Orkes di pagi hari
09/06/2023
Bab 5 Tunggu
09/06/2023
Bab 6 Rencana perjodohan
09/06/2023
Bab 7 Kalem, ladies
09/06/2023
Bab 8 Bertemu
09/06/2023
Bab 9 Diandra kecewa
10/06/2023
Bab 10 Memaksa kaya
10/06/2023
Bab 11 Handoko resah
10/06/2023
Bab 12 Rindu
10/06/2023
Bab 13 Mencari Diandra
20/06/2023
Bab 14 Sisy terharu
22/06/2023
Bab 15 Cemburu
23/06/2023
Bab 16 Kesempatan
24/06/2023
Bab 17 Kau adalah wanitaku
24/06/2023
Bab 18 Hari mulai curiga
24/06/2023
Bab 19 Salah paham
25/06/2023
Bab 20 Diandra pingsan
26/06/2023
Bab 21 Siuman
26/06/2023
Bab 22 Penyebab trauma
26/06/2023
Bab 23 Niat Leofrand
27/06/2023
Bab 24 Di luar Dugaan
28/06/2023
Bab 25 Terima kasih
28/06/2023
Bab 26 Serangan Balik
28/06/2023
Bab 27 Serangan Balik (2)
29/06/2023
Bab 28 Klarifikasi Leofrand
30/06/2023
Bab 29 Jatuh Sakit
02/07/2023
Bab 30 Kemarahan Handoko
03/07/2023
Bab 31 Melindungi Wanitaku
03/07/2023
Bab 32 Perhatian Handoko
04/07/2023
Bab 33 Jangan ganggu aku
04/07/2023
Bab 34 Ulah Leofrand
06/07/2023
Bab 35 Tantangan
06/07/2023
Bab 36 Duel
06/07/2023
Bab 37 Akhir Duel
07/07/2023
Bab 38 Leofrand kritis
07/07/2023
Bab 39 Rencana Pembunuhan
07/07/2023
Bab 40 Menyusun Rencana
09/07/2023