Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
5.0
Komentar
Penayangan
2
Bab

Persahabatan antara Alvin dan Catherine yang telah terjalin selama lima belas tahun harus kandas begitu saja ketika Catherine mengungkapkan perasaannya pada Alvin. Pernyataan yang baru saja Catherine nyatakan membuat Alvin begitu senang, karena ia pun memang memiliki perasaan yang sama dengan Catherine selama beberapa tahun belakangan ini. Namun, Alvin tidak membalasnya secara langsung, karena ia akan mengatakan semua perasaannya pada Catherine saat dihari acara perayaan ulang tahun Catherine tiga bulan yang akan datang. Hari ulang tahun Catherine semakin dekat, disaat bersamaan Alvin mendapatkan kejutan untuk dirinya sendiri yang membuatnya shock. Bahkan, Alvin pun harus membatalkan rencana untuk mengungkapkan perasaannya pada Catherine. Bukan hanya itu saja, tetapi Alvin pun terpaksa menjodohkan Catherine pada sahabatnya-Bryan. Alvin terpaksa melakukan cara seperti ini, karena ia sudah merancang semuanya demi kebahagiaan Catherine. Mampukah Catherine menerima Bryan dalam kehidupannya? Sedangkan ia, hanya mencintai Alvin seorang.

Bab 1 Chapter 1

"Aaaaaaaa....." Teriak seorang gadis cantik yang baru saja mendapatkan ijazah hasil kelulusan sekolah Sekolah menengah atas.

Catherine Mackenzie namanya, gadis cantik berusia 18 tahun itu baru saja menerima ijazah kelulusan nya, dengan mendapatkan nilai dan peringkat tertinggi pertama disekolah.

"Akhirnya aku dapat peringkat pertama, aku harus segera menagih janji pada Alvin," monolognya.

Ketika sedang asyik dengan pikirannya sendiri, Catherine di kejutkan oleh salah satu teman sekolahnya, ia adalah Vera Fernanda.

"Woi... Senyum-senyum sendiri aja, kesambet tau rasa lu!"

"Terkejut aku!" Jawab Catherine saat tersadar dari lamunannya.

"Lagian senyum-senyum sendiri gitu ngapain? Pasti mikirin Alvin kan?" Tebakan Vera tepat mengenai sasaran.

Sedikit cerita, Catherine dan Vera sudah mulai dekat ketika masa ospek dulu. Sejak saat itu, keduanya berteman baik. Maka dari itu, baik Catherine maupun Vera tidak pernah menutupi apapun, mereka berdua selalu terbuka dan menceritakan semuanya. Termasuk Catherine yang pernah bercerita, jika ia sudah menyukai Alvin dari masa sekolah menengah pertama.

Akan tetapi, jika saat berada didalam kelas, Catherine dan Vera selalu berlomba untuk mendapatkan nilai tertinggi, tentu saja dengan cara bersaing sehat.

"Hmmm... bener banget tebakan lu. Gue emang lagi mikirin Alvin," Jawab Catherine tanpa menutup nutupi.

"Kenapa lu gak bilang jujur aja sih Cath?"

"Jujur apa? Bilang kalau gue cinta sama Alvin, gitu?" Catherine bertanya balik, dan langsung di balas anggukan kepala oleh Vera.

"Gue gak berani Ver, apalagi kayaknya Alvin juga gak punya perasaan apa-apa sama gue. Lu tau sendirikan gimana playboy nya si Alvin itu," jawab Sarah.

"Tapi kan gak ada salahnya buat di coba."

"Udahlah, jangan bahas hal ini lagi," ujar Catherine, mencoba mengakhiri pembicaraan mengenai Alvin.

"Ah iya, setelah ini lu mau langsung kerja atau lanjut kuliah?" Tanya Vera mencoba membicarakan hal lain.

"Gue pengen kuliah, tapi pengen kuliah satu universitas bareng sama Alvin," Jawab Catherine, sambil nyengir kuda.

"Eh lu mah, katanya jangan ngomongin Alvin, tapi lu sendiri malah bawa-bawa nama Alvin mulu!" ujar Vera mendengus kesal.

****

Sementara disisi lain.

Alvin Dirgantara, pria tampan keturunan China Korea berusia 21 tahun. Memiliki perawakan yang tinggi, kulit putih bersih, hidung mancung dan bibir yang tipis.

Alvin sudah terkenal sebagai playboy cap kadal sejak masa SMA dulu. Seperti saat ini, ia sedang duduk di taman kampus bersama dengan seorang wanita.

Apa yang kalian pikirkan tentang Alvin? Jika kalian memikirkan yang tidak-tidak maka kalian salah.

Alvin tengah berusaha memutuskan hubungan nya dengan Putri, yang baru saja menjadi kekasihnya selama satu minggu.

"Al, aku gak mau putus sama kamu. Aku sayang sama kamu, Al!" Sudah berulang kali putri mengatakan dan memohon pada Alvin. Namun pria itu tetap saja kekeh pada pendiriannya.

"Kan sudah aku katakan, aku sudah tidak menyukaimu!" Tegas Alvin.

"Sudahlah, stop memohon seperti itu. Aku sungguh muak melihat wanita menangis seperti ini. Aku tahu kau sengaja mendekatiku pada saat itu, karena kau sedang mengikuti taruhan dengan teman-teman mu!" Alvin mengatakan semua uneg-uneg yang sedari tadi ia tahan.

Sementara Putri yang ketahuan pun akhirnya hanya mampu menunduk. Ia tak berani lagi mengangkat wajahnya apalagi sampai menatap lekat kearah Alvin.

"Aku sudah memberikan kesempatan untuk kau memenangkan taruhan itu, jadi seharusnya kau berterimakasih padaku. Bukan malah menghalangiku untuk pergi," sambung pria muda itu.

"Maafkan aku, Al..." Cicit Putri.

"Akan tetapi, selama satu minggu bersama dengan mu aku mulai merasakan nyaman." Imbuhnya.

"Nyaman?" Tanya Alvin, sambil tersenyum miring.

"Aku tidak mempercayai perkataan mu sama sekali," Imbuhnya.

"Mulai hari ini, aku peringatkan! Kita sudah tidak memiliki hubungan apapun lagi, aku tegaskan ini untuk yang terakhir kalinya!" Ujarnya lagi, bahkan perkataan nya terdengar sangat tegas.

Tanpa menunggu Putri menjawabnya, Alvin memilih untuk meninggalkannya. Dan mulai berjalan kearah parkiran dimana kuda besi beroda dua miliknya terparkir.

Sementara Putri hanya bisa menatap nanar kearah punggung Alvin yang mulai menghilang dari pandangannya. Selama satu minggu bersama dengan Alvin, ia mulai merasakan nyaman. Meskipun sikap Alvin tampak dingin, namun ia sudah mulai terbiasa.

*****

Sore hari, pukul 17:00 di kamar kost Catherine.

Catherine yang sedang tertidur akhirnya harus terbangun ketika mendengar suara ponselnya berdering terus menerus. Dengan mata yang masih sedikit tertutup dan langkah gontai, ia berjalan mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja belajar.

Ketika langkah kakinya sudah dekat, Catherine mendengus kesal karena suara dering dari ponselnya tiba-tiba berhenti.

"Sudah di dekati, malah berhenti!" Gadis cantik itu menggerutu, ia merasa kesal karena tidurnya terganggu.

Dalam keadaan mata yang masih mengantuk, ia akhirnya kembali lagi ke atas ranjang. Akan tetapi, ponselnya kembali berdering nyaring.

"Siapa sih yang mengganggu waktu tidurku, tak bisakah dia mengerti jika aku ini sedang mengantuk!" Catherine mengomel kesal, namun ia pun tetap kembali berjalan kearah meja belajar kembali untuk mengambil ponselnya.

Ketika ponselnya sudah berada di lengannya, pandangan mata Catherine otomatis langsung melihat kearah layar. Seketika kedua matanya tidak merasakan mengantuk lagi, dan jangan lupakan juga detak jantungnya yang mengajaknya berjoget ria didalam sana.

"Aduh, ternyata Alvin yang menghubungiku. Oke, tunggu sebentar, biarkan aku menormalkan detak jantung ku lebih dulu," gumam Catherine.

Akan tetapi, tanpa berselang lama ternyata ada yang mengetuk pintu depan. Catherine yang mendengarnya pun langsung keluar dari kamar dan membuka pintu depan. Ketika pintu sudah terbuka, seseorang yang baru saja mengetuk pintu langsung menyelonong masuk kedalam begitu saja.

"Hei, belum di persilahkan masuk sudah main nyelonong saja!" Lagi-lagi Catherine mengomel.

"Aish, aku kan memang sudah biasa seperti ini. Apakah ada larangan?" Tanya orang tersebut, yang tak lain adalah Alvin.

"Bukannya aku melarang Alvin, tapi masalahnya aku sedang menormalkan jantung ku." Sayangnya, Perkataan Catherine hanya mampu diucapkan didalam hati.

"Hei, bukannya menjawab malah melamun." Ujar Alvin, menyadarkan Catherine dari lamunannya.

"Aku tidak melamun Bian," elak Catherine.

"Ah iya, aku mempunyai satu kejutan untukmu. Tunggu disini ya sampai aku kembali." Sambungnya.

Kemudian berlalu pergi menuju kamarnya meninggalkan Alvin yang tengah duduk sendirian diruang depan.

Tak sampai dua menit, Catherine pun kembali lagi dengan membawa ijazah kelulusannya yang baru saja ia dapat siang tadi di sekolah.

"Al, lihatlah ini!" Catherine memberikan ijazah yang di bawanya pada Alvin.

Alvin melihatnya dan mulai memperhatikan tulisan dari dalam ijazah tersebut dari atas sampai ke bawah. Nilai yang di dapati oleh Catherine ternyata cukup tinggi dan fantastis.

"Wow, nilai ujian mu sangat bagus!" Tanpa sadar, Alvin memuji Catherine.

"Tentu saja," Jawab Catherine, merasa bangga.

"Baiklah, karena aku pernah berjanji, maka aku akan menepati janjiku. Lalu, apa yang kamu inginkan?" Alvin mulai bertanya apa yang Catherine inginkan.

"Sebentar, aku akan memikirkannya lebih dulu." Jawab Catherine.

Setelah berfikir cukup lama, akhirnya Catherine mulai kembali berbicara.

"Aku ingin melanjutkan kuliah di universitas yang sama denganmu," Akhirnya hanya kalimat tersebut yang mampu Catherine ucapkan, setelah berfikir lumayan lama.

"Masalah gampang, akan aku bicarakan dengan papa dirumah nanti," Jawab Alvin enteng.

"Huh!! Seharusnya aku membicarakan ini dengan om Hartono langsung, kenapa aku tidak ingat jika pemilik yayasan tersebut adalah om Hartono," Ucap Catherine ketika baru menyadarinya.

"Kamu mempermainkan ku Al!" Catherine menggerutu kesal.

"Eits... kan kamu sendiri yang mengatakan dan aku kan hanya menjawabnya," Alvin menjawab santai, padahal sangat jelas sekali jika saat ini Catherine tengah kesal kepadanya.

"Huh sudahlah, lebih baik kamu pulang saja. Kamu sangat membuatku semakin kesal," akhirnya Catherine memilih untuk mengusir Alvin

Namun bukan Alvin namanya, jika ia langsung pergi begitu saja dari kediaman Catherine

"Aku tak percaya jika kamu mengusirku," ucap Alvin dibuat sedramatis mungkin.

"Padahal aku kemari ingin mengajakmu berjalan-jalan ke pusat kota nanti malam." Imbuh Alvin.

Kedatangan Alvin ketempat Catherine memang untuk mengajaknya kesana. Karena dipusat kota baru saja dibuka pameran yang terdapat beberapa wahana permainan didalam nya. Dan yang lebih menariknya lagi adalah, setiap pukul 12 malam akan ada pertunjukan kembang api.

"Pusat kota? Bukankah disana akan ada pameran yang akan di buka?" Catherine bertanya.

"Benar, dan pamerannya akan dibuka mulai malam ini." Jawab Alvin.

Catherine yang sudah pernah mendengar tentang pameran tersebut sangat senang. Apalagi beberapa teman di sekolahnya pun pernah menceritakannya. Tentu saja Sarah menanggapi itu semua, karena ia sangat menyukai pertunjukan kembang api.

"Bagiamana, apa mau pergi kesana?" Alvin bertanya, karena sedari tadi Catherine tidak menjawabnya.

"Tentu saja mau," Jawab Catherine antusias.

"Tapi, kamu dapat info dari mana jika pameran itu akan di buka malam nanti?" Imbuh Catherine, sekaligus bertanya.

"Aku mendapatkan info dari temanku di kampus yang kebetulan tinggal di daerah sana, namanya Bryan."

"Yasudah, kalau begitu siapkan dirimu nanti malam. Aku akan menjemputmu, sekarang aku harus kembali pulang ke rumah." Imbuh Alvin.

Setelah Alvin pamit, Catherine pun kembali lagi kedalam kamarnya. Ia mulai menyiapkan pakaian yang akan dikenakannya nanti saat tengah berkencan ala ala sahabat dengan Alvin malam nanti.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Author_A

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku