icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Sayang, Beri Aku Kesempatan Lagi!

Sayang, Beri Aku Kesempatan Lagi!

JODY ORTEGA

4.8
Komentar
712.4K
Penayangan
628
Bab

"Anda tidak akan pernah mengahargai apa yang Anda miliki sampai Anda kehilangannya!" Inilah yang terjadi pada Satya yang membenci istrinya sepanjang pernikahan mereka. Tamara mencintai Satya dengan sepenuh hati dan memberikan segalanya untuknya. Namun, apa yang dia dapatkan sebagai balasannya? Suaminya memperlakukannya seperti kain yang tidak berguna. Di mata Satya, Tamara adalah wanita yang egois, menjijikkan, dan tidak bermoral. Dia selalu ingin menjauh darinya, jadi dia sangat senang ketika akhirnya menceraikannya. Kebahagiaannya tidak bertahan lama karena dia segera menyadari bahwa dia telah melepaskan sebuah permata yang tak ternilai harganya. Namun, Tamara telah berhasil membalik halaman saat itu. "Sayang, aku tahu aku memang brengsek, tapi aku sudah belajar dari kesalahan. Tolong beri aku kesempatan lagi," pinta Satya dengan mata berkaca-kaca. "Ha ha! Lucu sekali, Satya. Bukankah kamu selalu menganggapku menjijikkan? Kenapa kamu berubah pikiran sekarang?" Tamara mencibir. "Aku salah, sayang. Tolong beri aku satu kesempatan lagi. Aku tidak akan menyerah sampai kamu setuju."Dengan marah, Tamara berteriak, "Menyingkirlah dari hadapanku! Aku tidak ingin melihatmu lagi!"

Bab 1 Mengakhiri Pernikahan

Bunyi kertas yang mendarat di permukaan yang keras bergema di ruangan. Itu adalah perjanjian perceraian yang dilemparkan di hadapan Tamara Latif.

"Sepupumu sudah sadar dan aku telah berjanji padanya bahwa dia akan menjadi satu-satunya istriku selama dia hidup. Tamara, tanda tangani ini agar kita bisa mengakhiri pernikahan kita."

Ekspresi Tamara sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda keterkejutan. Dia sudah tahu ini akan terjadi saat dia mendengar bahwa sepupunya telah sadar.

Dia menatap pria yang ada di hadapannya dan bertanya dengan getir, "Kamu masih tidak memercayaiku, bukan?"

Satya Pranata hanya mencibir. "Kenapa aku harus memercayai wanita serakah dan keji sepertimu? Sudahlah, jangan sampai aku mengulangi perkataanku. Tanda tangani dan vila ini akan menjadi milikmu. Seharusnya itu sudah cukup, bukan? Aku telah bermurah hati."

Tamara hanya tersenyum mengejek. Pria itu benar-benar mengira bahwa dia bermurah hati padanya hanya karena dia bersedia memberinya sebuah vila.

Kemudian, Tamara mengambil dokumen itu dan membacanya. Ternyata, Satya sudah menandatanganinya. Tamara merasakan tenggorokannya tercekat dan dorongan kuat untuk menangis. Namun, dia memaksa dirinya untuk tenang.

Dia kembali menatap Satya dan bertanya, "Apa Nenek akan setuju dengan ini?"

"Kamu tidak bisa selalu bergantung pada Nenek setiap kali kamu kesulitan. Dia tidak dapat membantumu setiap saat." Satya menambahkan dengan nada dingin, "Kamu tahu betul kenapa aku menikahimu. Sekarang, berhentilah bersikap serakah atau aku akan semakin membencimu."

Tamara tersenyum dingin dan berkata, "Kamu sudah membenciku. Lalu, apa bedanya jika kamu semakin membenciku?"

"Tamara!" seru Satya dengan tidak sabar.

"Oke, aku akan menandatanganinya," ucap Tamara sambil meraih pulpen itu.

Setelah sepupunya terbangun, dia menerima banyak sekali foto mesra wanita itu dan Satya. Mereka jelas saling mencintai, jadi tidak ada gunanya Tamara tetap menikah dengan pria ini.

Sambil mengingat hal itu, dia mencoret nama vila di perjanjian perceraian tersebut sebelum akhirnya menandatanganinya. Dengan demikian, pernikahan mereka selama tiga tahun telah berakhir.

Akhirnya dia bebas.

Tamara memberikan perjanjian perceraian itu pada Satya dan berkata, "Beri aku waktu satu jam. Aku akan segera pergi setelah selesai berkemas."

Satya mengerutkan alisnya. Dia menatapnya dengan tajam dan menjawab, "Vila ini milikmu. Kamu tidak perlu pergi dari sini."

"Aku tidak membutuhkan vila ini. Bagiku, setiap tempat yang pernah kamu kunjungi ...." Setelah tertawa kecil, dia melanjutkan, "Semuanya kotor."

"Tamara!"

Mengabaikan ledakan amarah Satya, Tamara mendorongnya keluar dari ruangan itu, tidak lagi patuh seperti sebelumnya.

Satu jam kemudian, Tamara turun dan mendapati bahwa Satya telah pergi. Dia menatap jam tangan pria mewah yang ada di tangannya.

Jam tangan ini adalah hadiah yang telah dia siapkan untuk ulang tahun Satya yang akan datang. Namun, sekarang jam tangan ini sia-sia saja karena dia telah memutuskan semua harapan darinya. Bahkan, hatinya sudah pedih hanya dengan melihat benda ini. Tanpa ragu, dia membuang jam tangan senilai miliaran rupiah itu ke tempat sampah.

Dia menghela napas dalam-dalam, menyesali bahwa tiga tahun terakhir ini telah terbuang sia-sia. Akan tetapi, semuanya sudah berakhir saat ini. Mulai sekarang, dia akan menjalani hidupnya sendiri.

Tamara naik taksi untuk pergi ke kediaman pribadinya.

Dia telah membeli vilanya bertahun-tahun yang lalu, tetapi dia tidak pernah kembali ke sana karena dia pindah untuk tinggal bersama Satya.

Semua pelayan terkejut ketika melihatnya. Sesaat kemudian, mereka berdiri berjajar dan menyapanya dengan hormat, "Selamat datang di rumah, Nyonya!"

Tamara menempatkan barang bawaannya, lalu menjatuhkan diri ke sofa dan memijat keningnya. Dia mengoreksi mereka, "Aku bukan Nyonya lagi. Mulai sekarang, panggil aku Nona Tamara."

Dia pernah bangga dikenal sebagai Nyonya, tetapi sekarang, dia menganggap gelar itu ironis.

Terlepas dari rasa ingin tahu mereka, para pelayan kemudian pergi tanpa bertanya apa pun.

Begitu Tamara berada di kamarnya, dia menelepon asistennya, Monika Herlianti. "Hei, apa kabar?"

"Anda menelepon saya duluan. Ini aneh," jawab Monika, nada bicaranya jelas-jelas terkejut. "Apa terjadi sesuatu?"

"Mulai hari ini, aku resmi kembali lajang. Mulai sekarang, aku tidak akan melakukan apa-apa selain fokus pada karierku."

"Apa? Yang benar?" seru Monika tak percaya.

"Astaga! Apa saya salah dengar? Anda begitu berbakti pada suami Anda selama tiga tahun terakhir sehingga Anda bahkan berhenti kerja untuk menjadi ibu rumah tangga. Kenapa kalian berdua berpisah? Anda tidak bercanda, bukan?"

Monika adalah asistennya. Dia adalah salah satu dari sedikit orang yang mengetahui bahwa Tamara memiliki identitas lain.

Orang-orang tidak tahu bahwa Tamara juga merupakan seorang pengacara terkemuka yang menggunakan nama Irma.

Dia bukan hanya seorang pengacara biasa. Bahkan, hanya dengan menyebut namanya sudah cukup untuk menimbulkan ketakutan di hati banyak pengacara.

"Apa ada yang memintaku bekerja belakangan ini?" Tamara bertanya pada Monika, yang belum pulih dari keterkejutannya. "Apa ada kasus yang menarik?"

Monika mengingat kejadian baru-baru ini dan mendesah. "Ya, ada satu dan klien menawarkan bayaran yang sangat tinggi pada siapa pun yang dapat membantu mereka memenangkan kasus ini. Tapi, tidak ada yang berani menerimanya. Ditambah lagi, Anda sungguh tidak bisa menerimanya."

"Oh? Beri tahu aku." Tamara tiba-tiba merasa sedikit tertarik.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku