Gairah Liar Atasanku

Gairah Liar Atasanku

Elputri

5.0
Komentar
292.2K
Penayangan
92
Bab

Demi mendapatkan uang untuk kesembuhan suami tercintanya, Renata rela membagi tubuhnya dengan Dion yang merupakan atasannya sendiri. Dikira hanya melayani semalam, Renata malah diminta untuk melayani Dion beberapa hari ke depan. Dion berdalih kalau uang satu milyar tidaklah sedikit sehingga harus dibayar selama beberapa hari. Siapa sangka dari seringnya bercinta, Dion dan Renata malah saling jatuh cinta, Vera dan Andika yang merupakan pasangan Dion maupun Renata harus menelan kenyataan pahit jika pasangan mereka telah berselingkuh.

Bab 1 Tidurlah denganku

"Tidurlah denganku!" kata Dion yang membuat Renata membatu.

Air mata Renata merembes keluar, dirinya tidak menduga kalau Dion atasannya meminta hal yang tidak seharusnya diminta oleh seorang pria beristri.

Renata menatap Dion dengan tatapan yang tak biasa, suaminya sakit keras saat ini sehingga dia memerlukan banyak uang untuk biaya operasi dan dengan teganya Dion meminta Renata untuk tidur dengannya.

Apa ini, bagaimana bisa seorang istri tidur dengan pria lain saat suaminya sakit keras?

"Pak, suami saya sedang sakit keras bagiamana anda bisa meminta saya untuk tidur dengan anda?" tanya Renata dengan air mata yang terus mengalir.

Dion tertawa lalu beranjak dari kursi kebesarannya, dia mendekati Renata dan

meletakkan sebagian pantatnya di ujung meja dengan kaki yang ikut menumpu tubuhnya.

"Itu masalah kamu Renata, aku hanya memberikan dua opsi, pertama tidur denganku dan dapatkan uangnya. Kedua, kamu menolak permintaan aku dan melihat suami kamu meregang nyawa," kata Dion.

Air mata Renata mengalir semakin deras, hatinya sungguh tercabik, dilema kini bersarang di hatinya. Apa dia terima saja keinginan Dion, toh Andika suaminya juga nggak akan tau.

"Cepatlah Renata, aku tidak ada waktu menunggumu berpikir apalagi dibarengi dengan tangisan yang membuat aku muak," ucap Dion.

Renata mengiba dan memohon namun Dion tidak mau diajak berunding sehingga mau nggak mau dirinya menyetujui keinginan Dion.

"Baiklah," kata Renata.

Tersungging senyuman di bibir Dion, akhirnya dia dapat menyalurkan hasrat yang selama sebulan ini tak tersalurkan.

Dion adalah seorang CEO tempat Renata bekerja, Dion memiliki istri seorang dokter, karena kesibukan mereka yang padat inilah membuat keduanya jarang memiliki waktu untuk hanya sekedar canda tawa seperti sepasang suami istri pada umumnya.

Namun meskipun begitu dia sangat mencintai istrinya meski terkadang Dion mencari kepuasan di luar.

"Berapa uang yang kamu butuhkan?" tanya Dion.

"Satu Milyar," jawab Renata.

Dion membolakan matanya, tak disangka Renata memerlukan uang yang sangat banyak.

"Banyak sekali," sahut Dion.

"Anda bisa memotong dari gaji saya setiap bulan Pak?" ucap Renata.

Dion tertawa, kalau dipotong dari gaji, berapa tahun Renata bisa melunasinya.

"Karena kamu adalah staf aku jadi kamu nggak perlu hutang," tukas Dion.

Mata Renata berbinar tak disangka Dion masih berbiak hati padanya.

"Terima kasih pak," ucap Renata.

"Tapi satu kali kamu tidur denganku aku akan membayarnya seratus juta, kalau kamu memerlukan uang satu milyar bearti kamu harus tidur denganku sepuluh kali," sahut Dion.

Lagi-lagi Renata membolakan matanya, dia kira Dion hanya sekali tidur namun Dion meminta lebih sungguh diluar ekspektasi.

Kalau dipikir seratus juta adalah nilai yang kecil jika ditukar dengan harga diri tapi bagaimana lagi biaya rumah sakit untuk pasien kanker memang tidak murah apalagi harus kemoterapi dan lain-lain.

"Kenapa harus begitu?" tanya Renata.

"Seratus juta itu sudah angka yang fantastis mengingat kamu tidak virgin lagi, tapi kalau menurut kamu harga yang aku tawarkan terlalu murah, kamu cari saja orang lain," jawab Dion lalu dirinya beranjak dan siap-siap untuk pulang.

Pikiran Renata kalut, dia sungguh dilema. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk menerima harga yang ditentukan bos nya tersebut.

"Bagus, habis ini ikut aku ke hotel," kata Dion.

"Baik Pak," sahut Renata.

Setibanya di kamar hotel, Dion membersihkan diri lalu keluar dengan handuk kimono yang sudah di sediakan oleh pihak hotel sedangkan Renata hanya diam membatu di sofa sembari meremas jari-jemarinya.

Dion menghela nafas, dia sungguh kesal dengan Renata yang malah duduk mematung di sofa.

"Renata, apa kamu pikir dengan hanya duduk di sana hasrat aku akan tersalurkan?" protes Dion.

"Maaf pak, kalau begitu saya mandi dulu," sahut Renata lalu bergegas masuk ke dalam kamar mandi.

Setalah selesai mandi, Renata keluar dengan memakai pakaiannya kembali. Dion yang melihatnya menepuk tempat di sampingnya meminta Renata untuk mendekat.

"Kemari lah Renata," titah Dion.

Dengan langkah pelan dan tubuh gemetar, Renata mendekati Dion, dia duduk di tepi ranjang dengan pandangan ke bawah alias menunduk.

"Kalau kamu duduk membelakangi aku kira-kira kapan kita akan memulai percintaan kita Renata." Lagi-lagi Dion protes pada Renata.

Dion sungguh heran perasaan Renata adalah wanita bersuami seharusnya dia tau bagaimana adabnya orang yang akan bercinta.

"Maaf Pak," kata Renata.

Renata menghela nafas, perlahan dia mendekat namun masih dengan pakaian lengkapnya.

"Kamu sungguh membuat aku pusing, aku memberi kamu pilihan, aku atau kamu sendiri yang melepas pakaian kamu," kata Dion dengan nada yang tinggi.

"Biar saya saja," sahut Renata dengan takut.

"Oh ya tapi aku ingatkan, kamu jangan sekali-kali baper dengan percintaan panas kita, ini hanya untuk kesenangan semata nggak lebih," kata Dion.

Renata mengangguk sambil melepas satu persatu kancing bajunya.

Setelah semua terlepas dari tubuhnya, Renata menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang polos.

"Aku heran denganmu, baju dilepas tapi kini tubuh dibungkus selimut, mau kamu itu apa?" tanya Dion heran.

"Saya malu pak," jawab Renata, seakan tidak ingin tubuhnya dinikmati oleh Dion.

"Buka!" bentak Dion, dirinya sudah kehilangan kesabaran.

Dengan gemetar Renata membuka selimut yang menutup tubuhnya dan kini tubuhnya polos di samping Dion.

Dion menelan salivanya, sungguh Renata memiliki tubuh putih bersih dengan bagian dada yang lumayan besar.

"Apa kamu siap dengan percintaan panas kita?" tanya Dion yang juga ikut melepas handuk kimono yang dia pakai.

Langsung saja Dion menerjang Renata, dengan hasrat yang terus bergejolak dirinya menikmati bibir manis Renata, tangannya terus bergerilya menjelajah seluruh tubuh wanita yang akan memuaskannya.

Air mata Renata lolos sudah, tubuh yang seharunya dia jaga untuk sang suami kini harus dia bagi dengan pria lain yang tak lain adalah bosnya sendiri.

"Maafkan aku mas Andika yang telah berkhianat," batin Renata.

Lidah Dion terus menjelajah pucuk dada Renata sehingga membuat Renata mengeluarkan desahan lirih.

Puas dengan dada Renata dia segera menyatukan miliknya dan milik Renata.

"Aaahhhhhhh," lenguhan panjang dari keduanya terdengar nyaring.

Baik Dion maupun Renata sama-sama merasakan nikmat yang luar biasa. Goa yang masih sempit membuat Dion terasa dijepit.

"Nikmat sekali Renata, bagiamana bisa wanita bersuami memiliki goa yang begitu menggigit seperti ini," kata Dion yang mulai memaju mundurkan miliknya.

"Iya," sahut Renata dengan memejamkan matanya membayangkan kalau yang menusuknya adalah Andika sang suami.

Renata memang masih memiliki goa yang sempit karena dirinya baru dua tahun menikah dan setahun terakhir ini dirinya jarang sekali disentuh karena sakit yang diderita Andika sang suami.

Keduanya hanyut dalam percintaan panas penuh nikmat hingga mereka lupa kalau mereka adalah istri dan suami orang.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Elputri

Selebihnya

Buku serupa

Membalas Penkhianatan Istriku

Membalas Penkhianatan Istriku

Juliana
5.0

"Ada apa?" tanya Thalib. "Sepertinya suamiku tahu kita selingkuh," jawab Jannah yang saat itu sudah berada di guyuran shower. "Ya bagus dong." "Bagus bagaimana? Dia tahu kita selingkuh!" "Artinya dia sudah tidak mempedulikanmu. Kalau dia tahu kita selingkuh, kenapa dia tidak memperjuangkanmu? Kenapa dia diam saja seolah-olah membiarkan istri yang dicintainya ini dimiliki oleh orang lain?" Jannah memijat kepalanya. Thalib pun mendekati perempuan itu, lalu menaikkan dagunya. Mereka berciuman di bawah guyuran shower. "Mas, kita harus mikirin masalah ini," ucap Jannah. "Tak usah khawatir. Apa yang kau inginkan selama ini akan aku beri. Apapun. Kau tak perlu memikirkan suamimu yang tidak berguna itu," kata Thalib sambil kembali memagut Jannah. Tangan kasarnya kembali meremas payudara Jannah dengan lembut. Jannah pun akhirnya terbuai birahi saat bibir Thalib mulai mengecupi leher. "Ohhh... jangan Mas ustadz...ahh...!" desah Jannah lirih. Terlambat, kaki Jannah telah dinaikkan, lalu batang besar berurat mulai menyeruak masuk lagi ke dalam liang surgawinya. Jannah tersentak lalu memeluk leher ustadz tersebut. Mereka pun berciuman sambil bergoyang di bawah guyuran shower. Sekali lagi desirah nafsu terlarang pun direngkuh dua insan ini lagi. Jannah sudah hilang pikiran, dia tak tahu lagi harus bagaimana dengan keadaan ini. Memang ada benarnya apa yang dikatakan ustadz Thalib. Kalau memang Arief mencintainya setidaknya akan memperjuangkan dirinya, bukan malah membiarkan. Arief sudah tidak mencintainya lagi. Kedua insan lain jenis ini kembali merengkuh letupan-letupan birahi, berpacu untuk bisa merengkuh tetesan-tetesan kenikmatan. Thalib memeluk erat istri orang ini dengan pinggulnya yang terus menusuk dengan kecepatan tinggi. Sungguh tidak ada yang bisa lebih memabukkan selain tubuh Jannah. Tubuh perempuan yang sudah dia idam-idamkan semenjak kuliah dulu.

Penipuan Lima Tahun, Pembalasan Seumur Hidup

Penipuan Lima Tahun, Pembalasan Seumur Hidup

Gavin
5.0

Aku adalah Alina Wijaya, pewaris tunggal keluarga Wijaya yang telah lama hilang, akhirnya kembali ke rumah setelah masa kecilku kuhabiskan di panti asuhan. Orang tuaku memujaku, suamiku menyayangiku, dan wanita yang mencoba menghancurkan hidupku, Kiara Anindita, dikurung di fasilitas rehabilitasi mental. Aku aman. Aku dicintai. Di hari ulang tahunku, aku memutuskan untuk memberi kejutan pada suamiku, Bram, di kantornya. Tapi dia tidak ada di sana. Aku menemukannya di sebuah galeri seni pribadi di seberang kota. Dia bersama Kiara. Dia tidak berada di fasilitas rehabilitasi. Dia tampak bersinar, tertawa saat berdiri di samping suamiku dan putra mereka yang berusia lima tahun. Aku mengintip dari balik kaca saat Bram menciumnya, sebuah gestur mesra yang familier, yang baru pagi tadi ia lakukan padaku. Aku merayap mendekat dan tak sengaja mendengar percakapan mereka. Permintaan ulang tahunku untuk pergi ke Dunia Fantasi ditolak karena dia sudah menjanjikan seluruh taman hiburan itu untuk putra mereka—yang hari ulang tahunnya sama denganku. "Dia begitu bersyukur punya keluarga, dia akan percaya apa pun yang kita katakan," kata Bram, suaranya dipenuhi kekejaman yang membuat napasku tercekat. "Hampir menyedihkan." Seluruh realitasku—orang tua penyayang yang mendanai kehidupan rahasia ini, suamiku yang setia—ternyata adalah kebohongan selama lima tahun. Aku hanyalah orang bodoh yang mereka pajang di atas panggung. Ponselku bergetar. Sebuah pesan dari Bram, dikirim saat dia sedang berdiri bersama keluarga aslinya. "Baru selesai rapat. Capek banget. Aku kangen kamu." Kebohongan santai itu adalah pukulan telak terakhir. Mereka pikir aku adalah anak yatim piatu menyedihkan dan penurut yang bisa mereka kendalikan. Mereka akan segera tahu betapa salahnya mereka.

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku