Sang Abdi
ak di tengah kebun yang cukup luas. Farhan tengah beristirahat menunggu waktunya
kopi dan hamparan tikar tempat dia biasa makan siang dan tiduran di saat tubuhnya lelah. Di teras, terdapat empat buah kursi dan satu meja untuk bersa
yaman beristirahat di sana di sela-sela pekerjaan mengur
lah berkeliling di kebun memeriksa dan mengarahkan para pekerja yang sedang menge
daerah pelosok desa. Itu kerap dilakukannya untuk melupakan luka perceraiannya dengan mantan istrinya. Ketika dia sampai ke desa di kaki bukit itu, entah meng
tu. Narto adalah anak tunggal dari bapaknya yang juga anak tunggal. Keluarga Soediro turun temurun hanya memiliki satu anak sehingga Narto tak
olan mereka, ada rasa kecocokan di antara mereka untuk bekerja sama. Farhan yang mantan dosen Fakultas Pertanian
rsama-sama dengan bagi hasil. Farhan yang sedang tak punya pekerjaan menerima tawaran Narto asal dia
rumahnya. Mereka berboncengan dengan motor Farhan. Narto in
segera mengganti kasur yang sudah usang dengan yang baru agar Farhan merasa nyama
arto, Farhan berpamitan pulang ke Solo, tempatnya tinggal sementara. Perjalanan dari de
mahasiswi kesayangannya yang dianggapnya sebagai anaknya sendiri. Ada hubungan spesial antara Far
diri di samping usaha suaminya. Gayatri menggunakan ilmu agrobisnis yang dipelajarinya wakt
inggal di kota tempat tinggalnya. Dia lalu menghubungi Gayatri yang dengan senang hati menyediakan
*
nya. Dia menoleh ke arah tangga. Tampak istrinya mengumbar senyum mani
an hormat sambil membungkukkan tubuhnya.
engantar makan siang Farhan dudu
dagu istrinya agar
as kopi!" u
diletakkan ibunya di meja, lalu membawanya ke dalam pondok. Setelah dia meletakkan rant
ah mereka berada di dalam pondok, dipeluknya tubuh Surti dari belakang. Dia tak peduli dengan istrinya
guh. Dia tak menolak perl
e arahnya. Dilumatnya bibir Surti dengan penuh
Kirana memalingkan mukanya kembali menghadapi pekerjaan yang sedang dilakukannya. Dia pura-pura tak tahu dengan
duk di tikar dan sudah tak bercumbu lagi. Kirana lalu mengantarkan kopi ke meja teras pondok
menjauhi pondok. Disingkapkannya ke atas kain Surti hingga ta
apa yang dikehendaki menantunya, dia memposisikan tubuhnya menungging membelakangi Farha
nya kemaluannya ke milik mertuanya. Setelah kedua tubuh itu menyatu, kedua tangannya memegang pinggul Surti, lalu mulai bergerak d
uh dari pondok, tetapi firasat Kirana merasakan bahwa suaminya sedang ingin mencumbui ibunya. Sesampainya di sunga
kuat. Dia tahu tak lama lagi Surti akan mencapai klimaksnya. Mulut Surti mulai mende
.," desahn
uka merasakan puncak kenikmatan yang baru diraihnya. Otot
ga sudah hampir mendapatkan orgasmenya. Ejakulasinya sudah di ujung. Rasa geli di
." Farhan me
ga selangkangan Surti. Spermanya menembak kencang
*
ber berwarna merah yang berisi air. Kakinya menapak, menaiki tangga ka
ngucur di wajah suaminya, demikian juga ibunya. Kirana bisa menebak apa yang baru saja terjadi. Setelah t
elas yang disiapkannya. Diisinya nasi ke dalam piring lalu menyodorkan ke hadapan suamin
i adalah mengurusi ternak ayam petelur dan ayam potong yang lokasinya di belakang rumah mereka. Setelah meny
las bekas mereka makan lalu mencucinya dengan air yang tadi d
Dikecupnya bibir istrinya ketika berpamitan untuk pulang. Kirana tersenyum gembira mendapatkan perlakuan mesra dari suaminya. Wajah itu tampak polos d
rsambu