icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Sang Abdi

Sang Abdi

Penulis: Frank R
icon

Bab 1 Prolog

Jumlah Kata:1864    |    Dirilis Pada: 04/11/2022

ya. Narto menghampirinya, lalu menganggukkan

ersenyum ramah dan gerak tu

rhan membalas

hal penting yang mau saya sampaikan." Sikapnya mas

dari tempatnya berdiri. Dia berusaha m

sudah berumur 40 tahun. Saat itu, dia hanya menumpang tinggal di paviliun ruma

beratan," mohon lelaki itu sam

eperti itu. Dia sadar sikapnya kalah sopan jika berhadapan dengan

permintaan Narto lalu mengiku

t sederhana dengan rumah-rumah kayu. Rumah Narto tampak berbeda dengan dinding dari batu dan ukuran yang lebih besar dari

rto memanggil

ngan dibalut kain kebaya khas orang Jawa tradisional. Tingginya sedang dan badannya tampak

ka masih berpakaian tradisional dan tampak agak kuno. Baik lelaki maupun perempu

t disambut dengan anggukan di kepalanya. Dengan tubuh agak mem

to ingin sampaikan." Farhan sudah tak

lanya. Tampangnya menyiratkan bahwa dia sedang menc

Farhan memancing karena melihat Na

ibadi yang ingin saya s

kan,

Narto. Dia berusaha menerka-nerka apa yang hendak dikataka

saya mohon maaf." Narto

lebihan, tapi setelah saya pikir-pikir, tak ada salahnya saya mencoba meng

an saja. Siapa tahu saya bis

desa ini, biasa menikah sejak remaja. Kirana tergolong perawan tua di desa ini. Dengan kekurangannya, ta

Kirana gadis yang sopan dan rajin membantu orang tuanya. Tatapan mata gadis itu menunjukkan kecerdasan meski dia hanya menge

encana Mas?"

anak kami," tukas Narto sambil membungkukkan

mintaan itu. Tak pernah dia menyangka sebelumnya bahwa seorang duda sepert

menjawab, Narto merasa tak enak. Dia menduga bahw

adar kalau permohonan saya kelewatan." Narto bangkit dari tempat dudukny

at suaminya bersimpuh di hadapan Farhan, diletakkannya suguhannya di meja, lalu dia ikut bersimp

ini." Farhan menjadi canggung diperlakukan dengan penuh ho

a setahun lalu saya datang ke sini untuk tinggal di sini. Saya sangat terluka dengan perkawinan saya sebelumnya mak

rungu hingga Mas Farhan tak s

guh tak bermaksud demikian. Rasa sakit karena percerai

Saya belum siap," ja

g saya, Mas. Saya tahu, Mas Farhan orang yang baik."

ya menikah lagi, Mas." Farh

kan Mas Farhan. Nanti, ibunya akan mengajari

sesederhana itu. Saya sudah menjalani

yang saya miliki akan saya serahkan pada Mas Farhan asal bisa membahagiakan putri kami. Bahkan, kalau perlu, saya akan mengabdikan hidup saya pada Mas F

gan perlakuan suami-istri yang masih bersimpuh di hadapannya. Farhan semakin sulit menolak. Terpikir olehnya untuk

pinta Farhan sopan. Surti mengan

tetap menunduk sambil menunggu istri dan putrinya datang tanpa berbi

rsimpuh di hadapan Farhan. Mereka bertiga seolah para pembantu yang seda

tegas. Dia mulai kehilangan gaya basa-basinya dan mulai ber-aku menyebut

. Kirana mengangkat wajahnya memperhatikan Farhan agar dia mengerti kata-kata Farhan karena telinganya tak bisa menden

a. Ketiga, dia harus melayaniku dengan baik sebagai istri. Keempat, dia harus mau ikut ke mana aku pergi." Farhan

arat kedua, sudah sewajarnya dia mengabdi pada suaminya. Syarat ketiga, tentu saja sebagai istri harus melayan

arat yang diajukannya, Farhan masih

ai ketiga, bagaimana kalau putri ka

a dan ketiga, istriku sendiri yang akan mengajari putri

tegas Farhan. Dia yakin Narto takkan mengizinkan istrin

saat, "Baiklah, saya set

gka Narto akan memenuhi syarat yang diajukannya. Tin

u ke mana aku mau." Farhan merasa belum kalah. Kali ini dia yakin

rat kami penuhi. Kami tak ma

yang dikatakan Narto. Dia mulai yak

bun yang luas. Kalau Mas mau, Mas boleh mengambil semuanya asal putri k

i tak membantah keinginan suaminya karena dia juga ingin putrinya me

empat tinggal dan pekerjaan. Di samping itu, keluarga ini telah bersikap sangat baik terhadapnya. Terlintas rasa tak enak hati men

alian," ujar Farhan. Bagaimanapun, dia tetap me

an acara pernikahan Mas Farhan dengan

enikah. Surti juga merasa gembira. Kirana sendiri

dia adalah orang yang memiliki kemampuan ekonomi yang baik di desa itu. Meski keseharian mereka hidup s

alau boleh usul, cukup acara satu h

permintaan Farhan. Kirana adalah putrinya satu-satunya. Sudah sewajarnya dia memb

k bersimpuh begitu. Kalian sebentar lagi jadi me

ga lalu bangkit dari duduknya. Narto dan Surti duduk di kursi, sementara Kirana

s, tetapi bisa dimengerti. Kirana hanya bisa berbicara dengan terbata-bata

empersuntingnya. Kirana gadis yang cantik. Kulitnya lebih putih dibandingkan kebanyakan perempuan desa itu. Tubuhnya cukup ting

rsambu

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka