Sang Abdi
ya. Narto menghampirinya, lalu menganggukkan
ersenyum ramah dan gerak tu
rhan membalas
hal penting yang mau saya sampaikan." Sikapnya mas
dari tempatnya berdiri. Dia berusaha m
sudah berumur 40 tahun. Saat itu, dia hanya menumpang tinggal di paviliun ruma
beratan," mohon lelaki itu sam
eperti itu. Dia sadar sikapnya kalah sopan jika berhadapan dengan
permintaan Narto lalu mengiku
t sederhana dengan rumah-rumah kayu. Rumah Narto tampak berbeda dengan dinding dari batu dan ukuran yang lebih besar dari
rto memanggil
ngan dibalut kain kebaya khas orang Jawa tradisional. Tingginya sedang dan badannya tampak
ka masih berpakaian tradisional dan tampak agak kuno. Baik lelaki maupun perempu
t disambut dengan anggukan di kepalanya. Dengan tubuh agak mem
to ingin sampaikan." Farhan sudah tak
lanya. Tampangnya menyiratkan bahwa dia sedang menc
Farhan memancing karena melihat Na
ibadi yang ingin saya s
kan,
Narto. Dia berusaha menerka-nerka apa yang hendak dikataka
saya mohon maaf." Narto
lebihan, tapi setelah saya pikir-pikir, tak ada salahnya saya mencoba meng
an saja. Siapa tahu saya bis
desa ini, biasa menikah sejak remaja. Kirana tergolong perawan tua di desa ini. Dengan kekurangannya, ta
Kirana gadis yang sopan dan rajin membantu orang tuanya. Tatapan mata gadis itu menunjukkan kecerdasan meski dia hanya menge
encana Mas?"
anak kami," tukas Narto sambil membungkukkan
mintaan itu. Tak pernah dia menyangka sebelumnya bahwa seorang duda sepert
menjawab, Narto merasa tak enak. Dia menduga bahw
adar kalau permohonan saya kelewatan." Narto bangkit dari tempat dudukny
at suaminya bersimpuh di hadapan Farhan, diletakkannya suguhannya di meja, lalu dia ikut bersimp
ini." Farhan menjadi canggung diperlakukan dengan penuh ho
a setahun lalu saya datang ke sini untuk tinggal di sini. Saya sangat terluka dengan perkawinan saya sebelumnya mak
rungu hingga Mas Farhan tak s
guh tak bermaksud demikian. Rasa sakit karena percerai
Saya belum siap," ja
g saya, Mas. Saya tahu, Mas Farhan orang yang baik."
ya menikah lagi, Mas." Farh
kan Mas Farhan. Nanti, ibunya akan mengajari
sesederhana itu. Saya sudah menjalani
yang saya miliki akan saya serahkan pada Mas Farhan asal bisa membahagiakan putri kami. Bahkan, kalau perlu, saya akan mengabdikan hidup saya pada Mas F
gan perlakuan suami-istri yang masih bersimpuh di hadapannya. Farhan semakin sulit menolak. Terpikir olehnya untuk
pinta Farhan sopan. Surti mengan
tetap menunduk sambil menunggu istri dan putrinya datang tanpa berbi
rsimpuh di hadapan Farhan. Mereka bertiga seolah para pembantu yang seda
tegas. Dia mulai kehilangan gaya basa-basinya dan mulai ber-aku menyebut
. Kirana mengangkat wajahnya memperhatikan Farhan agar dia mengerti kata-kata Farhan karena telinganya tak bisa menden
a. Ketiga, dia harus melayaniku dengan baik sebagai istri. Keempat, dia harus mau ikut ke mana aku pergi." Farhan
arat kedua, sudah sewajarnya dia mengabdi pada suaminya. Syarat ketiga, tentu saja sebagai istri harus melayan
arat yang diajukannya, Farhan masih
ai ketiga, bagaimana kalau putri ka
a dan ketiga, istriku sendiri yang akan mengajari putri
tegas Farhan. Dia yakin Narto takkan mengizinkan istrin
saat, "Baiklah, saya set
gka Narto akan memenuhi syarat yang diajukannya. Tin
u ke mana aku mau." Farhan merasa belum kalah. Kali ini dia yakin
rat kami penuhi. Kami tak ma
yang dikatakan Narto. Dia mulai yak
bun yang luas. Kalau Mas mau, Mas boleh mengambil semuanya asal putri k
i tak membantah keinginan suaminya karena dia juga ingin putrinya me
empat tinggal dan pekerjaan. Di samping itu, keluarga ini telah bersikap sangat baik terhadapnya. Terlintas rasa tak enak hati men
alian," ujar Farhan. Bagaimanapun, dia tetap me
an acara pernikahan Mas Farhan dengan
enikah. Surti juga merasa gembira. Kirana sendiri
dia adalah orang yang memiliki kemampuan ekonomi yang baik di desa itu. Meski keseharian mereka hidup s
alau boleh usul, cukup acara satu h
permintaan Farhan. Kirana adalah putrinya satu-satunya. Sudah sewajarnya dia memb
k bersimpuh begitu. Kalian sebentar lagi jadi me
ga lalu bangkit dari duduknya. Narto dan Surti duduk di kursi, sementara Kirana
s, tetapi bisa dimengerti. Kirana hanya bisa berbicara dengan terbata-bata
empersuntingnya. Kirana gadis yang cantik. Kulitnya lebih putih dibandingkan kebanyakan perempuan desa itu. Tubuhnya cukup ting
rsambu