Sang Abdi
robisnis sambil mengobati luka hatinya akibat perceraiannya. Dia sama sekali tak pernah berniat mengusik kehidupan pribadi k
arto sangat menyukai Farhan. Bukan hanya Narto, semua warga desa itu juga menyukai keberadaan Farhan yang mulai mengupayakan ke
engan Kirana, putrinya. Mereka semua bergotong-royong mempersiapkan pesta perkawinan yang meriah
luarga Narto. Karena terikat persyaratan yang diminta Farhan. Narto dan Surti tanp
ia meminta izin untuk mengajak Surti untuk menjadi saksi malam pertamanya bersama Kirana.
ma sekali, demikian juga dengan Surti. Dia dengan sukarela memenuhi janji untuk jadi saksi pe
lu. Setelah tubuh Farhan telanjang bulat, dengan malu-malu dilucutinya pakaiannya sendiri satu per satu. Sementara itu,
hu apa yang harus dilakukannya dan hanya menunggu suaminya yang memulai permainan. Jantungnya berdegup kencang. Meski d
ta, tetapi dia belum pernah menghadapi perempuan yang pasif seperti Kirana. Saat ma
ampak canggung seperti seorang lelaki naif y
jantungnya semakin kencang bak seorang pesakit
strinya, lalu bibirnya mengecup bibir indah itu. Kirana tak
n, Farhan mulai putus asa. Diarahkannya bibirnya ke leher istrinya.
mendesah geli. Tubu
ng berukuran sedang. Buah dada itu begitu kencang dan menantang. Mendapat serangan di
isa sepenuhnya menikmatinya. Dia hanya bertahan. Tubuhnya masih
l tangannya meremas-remas buah dada yang satu lagi. Kirana semakin mendesah-desah kegelian mendapat
t tangan Kirana refleks menahan tangan Farhan. Naluri mempertahankan kewanitaannya membuatnya
lalu jarinya menyentuh celah selangkangan istrinya. Kirana mengejang. Dia tak siap me
menggeliat-geliat. Tubuhnya tak kuasa menolak rangsangan. Selangkanga
aha istrinya. Perlahan digesekkannya batang kejantanannya yang menegang di sana.
h selangkangannya. Surti melihat sejenak putrinya sedang ditin
ritnya ketika Farhan mene
rempat jalan batang kejantanannya memasuki istrinya. D
pal benda asing hingga terasa memenuhi seb
it Kirana lagi ketika Farhan melanjutk
sanya untuk protes, tetapi dia tak kuasa menolak perlakuan sua
rlahan, memompa celah yang terasa sangat rapat itu. Kirana tak henti merintih-rintih kesakitan. Setel
uar dari mulutnya seiring gerakan
anggil Surti yang masi
n yang berdiri di tepi ranjang. Meski dirinya mal
!" ujar Farhan menunjuk kemal
nya bagian yang dimaksud Farhan. Sudah janjinya akan menjadi saksi bah
ya. Tak tampak noda darah di sana. Mata Surti masih memandanginya
darahnya berdesir berhadapan dengan batang yang tegang dan berukuran cukup b
. Lihatlah! Dia belum bisa melaksanakan tugasnya memuaskan suaminya." Farh
bisa merasakan kenikmatan dari tubuh itu sebagai pelampiasan nafsun
ada darah perawan yang tampak, berarti dia tak bisa membuktikan bahwa put
untuk mengajukan tawaran. Dia harus
rana belum terbiasa." Surti
? Dia tampaknya sudah tak perawa
nya. Belum terbiasa bukan berarti milik putrin
ba lagi, Mas." Sur
sudah kesakitan
icoba besok mal
enunjuk kemaluannya yang masih mengacun
lagi, Mas?" ujar
putri Mbak melayani suam
" Surti m
menunjukkan padanya bagaimana carany
ak mungkin baginya menghancurkan kebahagi
nya yang terbaring lemas. M
n, Nduk?" tanya Su
am pertamanya. Dan, yang lebih parah lagi adalah bahwa dia tak mampu membuktikan dirinya masih perawan.
Dengan sukarela dibukanya kancing kebayanya, lalu dijatuhkannya ke lantai. Tampaklah buah dada
ntang. Buah dada itu begitu montok, tetapi sudah sedikit turun. Meskipun d
lana dalamnya hingga tak sehelai benang pun menutupi tubuh sintalnya. Surti siap m
lanjang ibunya. Dia pasrah atas a
a siap melaksanakan tugasnya. Meski tekadnya
Surti berubah saat sanggulnya terlepas. Farhan memandangi wajah manis yang masih terlihat mena
enanggapinya dengan kaku mulai balas melumat bibir Farhan. Mereka berpagutan deng
uh kenikmatan. Dia mulai b
epaskan ciuman
n pada Surti yang masih b
ok, dia bingung apa yang harus dilakukannya p
ulum itu!" perin
um pernah berbuat begitu pada suaminya. Selama in
n. Dijulurkannya lidahnya, lalu perlahan di
han merasakan kenikmata
jar Farhan pada Kirana yang sejak tadi menonton adegan suami dan ibu
rsambu