Gairah Liar Masa Puber
ke panas, dari basah ke kering. Ada suatu masa kemarau yang agak p
hilangan energi. Orang-orang jarang mau ke luar rumah, lebih sering du
sepi pengunjung. Babah Ong, pemilik toko kelonton
semakin jarang bertemu dengan Mba Rien. Bukan apa-apa, tetapi memang suasana panas menghala
, Nyonya Tuti, seorang bidan satu-satunya di kota itu, menyukai pemuda ini. I
n es cendol segar. Siapa bisa menolak itu di siang yang begini terik?
ng Kino, menyeretnya masuk ke beranda seperti m
ma," kata Kino m
n Kino, "Setiap hari kalian pula
k lagi, kali ini pergelangan
yang seperti mau menggodanya sambil berkata, "Kino malu sama Ibu, ya?
da yang sepi. Ibunda sudah pergi ke paviluan sebelah, tempatnya membuka prakt
biskan minuman mereka. Sejuk sekali rasanya
pa siapa-siapa di sekeliling mereka. Wajah Alma yang selalu tampak segar itu (Kino kadang-
g jarang berkerejap. Di suasana panas seperti ini, Kino senang sekali berteduh di sina
" sergah Alma sambil menggi
endek, bertopang dag
amu lihat saya
tanggapan lebih lanjut, mengundang kata-kata seperti, "tak kan pernah bosan" atau "mana mungkin aku bosan
enggigit-gigit sendoknya. Bibirnya yang semakin
tan kata-kata berbunga tentang ketidak-bosanan, tentang ke
ang ia ingin menyampaikan segala sesuat
gemas diperlakukan seperti ini oleh pemuda y
ak bosan?"
an karena tidak tahan lagi, ia bangkit berpindah tempat ke sebelah Kino. Jemarinya yang
pura-pura tidak mendengar, memandang ke luar bera
menoleh memandangi wajah Alma yang kini dekat sekali di sisinya. Aku ingin mencium bibir
eruskan kalimatnya melihat kedua mata Kino m
s itu terdiam, jemarinya berhenti mencubit, berubah menjadi cengkraman lemah. Kino menghela
, merasakan manis gula jawa yang tersisa di bibirnya yang basah, men
terpejam dan dengan kehangatan yang j
t dari Mba Rien yang disampaikan lewat Susi. Ketika itu Kino baru
an "untuk Kino di rumah" itu. Di dalamnya, ada sehelai kertas surat biru muda tipis
mbaca sapaan ini. Ada rasa rindu menjalar ti
ng sutradara tari menawarkan peran untuk sebuah pertunjukan
Rien akan berada di sana lebih dari setahun .. (Kino menelan
lah ke institut teknologi yang dulu pernah kamu ceritakan itu ... (Jantung Kino berdegup k
a tahu kamu akan tetap mengingat Mba Rien. Tetapi janga
nggi... (Sampai di sini, Kino menghela nafas panjang, merasakan segump
kan salam Mba Rien kepada orang tuamu. Jaga S
cium,
kan tari di ibukota dan alamat sanggarnya. Kalau
ada waktu sebelum bertandang ke rumah Alma. Cepat-cepat Kino berlari
kecepatan maksimum menuju rumah kost Mba Rien. Ia ingin m
kaknya naik mobil." kata Mbak Laras di depan
hari Minggu besok?" tanya Kino, seperti hendak m
nya, sebelum berangkat ke ibukota. Di rumah kakaknya itu telah berkumpul kedu
ngat tentang kepergian Mbak Rien sewaktu masa ujian
bak Laras, "Yang menjemputnya tadi adalah k
ni. Ia menunduk lesu, bersandar ke pintu rumah kost, membuat Laras iba. Kasihan pemuda i
in antara teman kostnya dengan pemuda ini, walau
seperti adik sendiri. Tapi ia tidak pernah tahu bahwa keduanya pernah
tanpa daya. Ia tidak menaiki sepedanya, melainkan berjalan saja perlahan-
hari yang panas ini. Baju Kino basah oleh keringat, karena tadi ia
k main voli, dan menyesali diri karena menampik
ien! umpatnya dalam hati. Sebuah batu agak besar di pinggir jalan ditendangn
embunyikan galau di hatinya sekuat tenaga. Tetapi percuma saja menyembunyikan perasaan
Tidak itu saja, Kino juga menceritakan hubungannya dengan
g telah lama menduga bahwa antara Kino dan wanita itu
lalu menaruh hormat kepada wanita yang tampak selalu ceria tetapi juga penuh wibawa itu. Kini, mel
cerita sekarang?
menyembunyikan kagetnya mendengar Alma berucap dengan nada
l ke kota L," ujar Alma
g Alma lekat-lekat. Benarkah ia b
rapat membentuk garis tipis yang tegas. Jelas sekali, Al
mitan. Alma tidak mengantar ke gerbang seperti biasa. Tidak membiarkan
udah kembali diterangi lampu-lampu. Penonton sudah bertepuk tanga
menengadah. Ia menyerah pada Sang Sutradar
enutup
ambu