icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Gairah Liar Masa Puber

Bab 2 Part 2

Jumlah Kata:3313    |    Dirilis Pada: 25/10/2022

anggar Mba Rien. Sebelum berangkat, ia sudah bersumpah untuk tidak berlama-la

lu diantar sampai pintu ruang latihan. Susi menci

erbang halaman sanggar. Turun dari sepedanya, Kino tergagap menyampai

mu tidak kelihatan. Kemana

no menunduk. Adiknya suda

!?” sergah Mba Rien sambil tersenyum manis. Kino menyahut dengan guma

agi, dan tiba-tiba tangannya telah menyentuh tangan Kino. Tergagap, Kino m

ang kini sudah memegang erat satu tangan Kino dan menariknya masuk ke halaman sanggar. Kino

ning muda dengan leher V yang agak rendah. Ia juga tidak berdiri memberi contoh di

a Rien. Bagi Kino, anak-anak itu kelihatan seperti daun-daun kering yang berterbangan d

sir cepat melihat rok span wanita itu terangkat sampai setengah pahanya. Ad

g berdiri lama ketika menari. Mba Rien sendiri sedang serius memperhatikan anak-anak m

melihat seluruh pangkal paha Mba Rien. Celana dalam berwarna putih, tipis menerawangkan warna kehitaman di

tiba-tiba sadar akan posisi duduknya. Remaja yang sekarang sedang pura-pura memperhatikan tarian itu pasti

iknya, ia malah bangkit membuat Kino memalingkan muka dengan wajah

erdiri, dan tanpa menunggu jawab ia berkata lagi

erti kerbau dicucuk hidungnya. Entah kenapa, wa

a sebuah lemari es besar, dan Mba Rien tampak sedang membukanya dan mengambil beberapa minuman botol.

bagian belakang tubuhnya yang seksi terlihat nyata di mata

pi Kino menolak halus. Mereka berbincang-bincang, atau lebih tepatnya Mba Rien b

Kino adalah adik lelaki yang tak pernah dimilikinya. Saudara kandungnya semua perempuan, dan

kebanyakan remaja seusianya. Kino juga sopan, walaupun matanya sering na

yang sama. Saat itu, pikirannya tak lekang dari gairah seks dan law

mengucapkan terimakasih atas suguhan Mba Rien, dan Rien melamb

bisa bosan? ujar

enari, karena kini ayah dan ibu menyuruh Susi lebih berkonsentrasi ke pelajaran sekolah. Ujian akan berlan

n dengan senang hati mengajak Kino ke pantai jika waktu senggang. Seperti kali

ba Rien ingin berenang. Dan ternyata Rien memang sedang tidak

telah berkali-kali mereka berenang bersama di sungai, di kolam renang, maupun di

di sanggar. Teman-teman Kino pun kini tahu, bahwa di antara Mba Rien dan Kino “ada apa-apa”. Tetapi

di luar kota. Niken tidak ada di sanggar karena harus belanja ke pasar. Rien dengan

ke sebuah bukit pasir yang dipenuhi semak, karena tempat itu jauh lebih sejuk di band

i tengah laut. Mba Rien bukanlah perenang yang dapat diremehkan, begitu selalu kata K

jika berenang ke pantai. Rien merebahkan tubuhnya yang penat di sebelah Kino yang juga sudah tergeletak kecapaian. Mereka t

a Rien berucap, ha

t. Mba Rien masih tergeletak dengan ma

Mba?” ta

ang jujur ya!” kata Mba Rien, masih memej

tak tahu harus menjawab apa. Di hadapannya tergeletak seorang wanita dewasa, den

matanya, memandang Kino dengan sinar mata yang m

Lalu Rien melakukan sesuatu yang selama ini tak pernah terduga oleh Kino. Ia membuka pakaian renangnya

ama nafas pemiliknya, dengan puncak yang dihiasi dua

indah di hadapannya. Mulutnya terkunci rapat. Rien tersenyum

suka melihat tubuh saya, bukan?” ucapnya

Kino tergagap, mengangkat mukanya dan mem

nau di kaki bukit tempat teman-temannya biasa memancing. Sebuah h

ba Rien?” ucap

tangannya semakin kuat, dan kini perlahan-lahan mengangkat tangan

ncak-puncak payudaranya yang membusung. Kino segera menarik kembali ta

i atas payudaranya. Kali ini Kino tak menarik tangannya, dan membiarkan kedua telapak tangannya me

a di puncak-puncak payudara Mba Rien. Baru kali ini, setelah lepas dari su

h menuntut. Kino hanya bisa mengangguk dan menatap lekat mata Mba Rien, seakan-

ya, dan mengusap lembut wajah Kino. “Kamu sekarang sudah dewasa, Kino!”

, terjun sambil berteriak riang, dan melesat m

ra memadamkan api yang tadinya sudah hampir membesar. Kino menyelam sedalam-dal

i mengejar wanita yang baru saja memberinya pelajaran sangat b

an berikutnya. Kino kini sangat dekat dengan Mba Rien-n

ur sekali kakak-beradik itu!’. Bahkan kedua orang tua Kino memandang seperti it

ng sangat menentukan. Bagi Rien, kini Kino adalah seorang lelaki sempur

ubah menjadi kupu-kupu. Dan Rien adalah seor

di hutan kecil dekat danau. Mereka berangkat setela

lu Niken sakit perut karena datang bulan, dan Dodi harus mengantar

liter, lengkap dengan sepatu bot, dan t-shirt hijau tua. Berdua mereka menyusuri jalan setapak, masuk

h dipenuhi kenari. Dengan gesit, Rien berlarian menemukan kenari-kenari yang masih utuh di tanah. Kino s

encari tempat berteduh, dan beruntung karena tidak jauh dari situ ada sebuah gua kecil bekas persembunyian tentara Jep

ua kecil ini tidaklah terlalu dalam, tetapi sangat lembab, sehingga dindingnya dipenuhi lumut dan

menolak, dan bahkan merentangkan tangannya ke belakang, balas memeluk kedua lengan Mba Rien. Perlahan-lah

empel erat. Rien merebahkan kepalanya di punggung pemuda belia yang harum sabun mandi ini. Sebent

Sementara langit mulai gelap menjelang sore. Rien sedang berpikir-pik

etap memejamkan mata dan merebahk

ap Kino pelan. Rien tersenyum dan berk

us menjawab apa. Seperti apa ia ingin

n pelukannya. Ia berkata lembut, “S

buhnya agak lebih pendek sedikit darinya. Dagu Kino menyentuh dahi Mba Rien,

dewasa! pikir Kino dalam hati, dan ia merasakan se

nya yang hangat menyerbu leher Kino dan menelusup ke dalam t-shirtnya. Kino pun bergidik, membuat Rien

bun wangi, desahnya dalam hati. Persis seperti wangi bayi kakaknya yang dulu ia sering bantu mem

Rien. Tanpa disadari, Kino menunduk dan menempelkan wajahnya ke wajah Rien

no. Berdesir cepat darah Kino merasakan bibir basah yang hangat mengulum bibirnya, dan

iarkan Mba Rien mengerjakan segalanya, termasuk memaksanya

tidak tahu harus berbuat apa. Maka ia diam saja, membiarkan Mba Rien mengulum-ulum bibirny

h ia tampilkan, kini menyeruak keluar dengan kekuatan sendiri tanpa dapat dicegah. Telah lama

upun ia membiarkan Kino memegang payudaranya di pantai, itu ha

tapi kini, di gua yang gelap dan dingin ini, Rien kaget

an dengan satu tangan ia menghapus bekas-bekas ludah di bibir Kino. Sambil t

mengerti. “Kenapa berhenti

bukan pacar saya…,” kata Mba Rien, masih dengan suar

ino bersikeras. Rien tersenyu

” tanyanya

” jawab Kino cepat. Ia ki

tang. Kasihan ia melihat remaja ini terputu

an ikut hanyut. Satu-satunya jalan untuk menghindari kekecewaan

irnya ke bibir Kino dan menciumi remaja ini dengan lembut. Kino memejamkan

arkan oleh kata-kata. Tubuhnya bagai melayang tak mengin

ino yang memejamkan mata dan memeluk

atu membesar menempel sedikit di atas perutnya. Karena Kino lebih tinggi, maka bagian de

kian Kino, dan panas pula rasanya, seperti dialiri air mendidih. Sejenak R

api tangannya sudah pula mulai meremas. Seakan-akan

ihannya. Nafas Kino terdengar terengah-engah, dan Rien semakin merasa tak enak jika harus berh

seakan-akan tak sadar. Pelan-pelan tangan Rien merayap ke dalam celana dalam

kiannya, desah Rien dalam hati, diam-

semakin terlena. Ia merasakan desakan aneh yang nikmat, sama dengan desaka

ien di bawah sana sangat berbeda dengan apa yang biasa ia ke

harus dilakukan. Rian, pacarnya dulu, pernah mengajarkan bagaimana cara terbaik untuk mem

tubuh Kino tanpa melepaskan ciumannya. Ia merasakan betapa kelaki

nurunkan telapak tangannya sampai ke pangkal kelaki-lakian Kino, lalu dengan gaya mengu

ana. Dan dengan lepasnya sumbat itu, sebuah air bah yang dahsyat menyerbu keluar. Kino mengerang pelan, melepask

alu bergetar dan berdenyut-denyut kuat. Telapak tangan Rien meremas untuk t

kali rasanya semprotan cairan itu memenuhi kepalannya. Lalu, Kino terkulai lemas, dan memeluk tubuh Mba Rien

a. Kino tertawa tertahan, malu bercampur senang. Hujan masih turun, walau tak lagi lebat. Kino tak peduli. Wal

ambu

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Part 12 Bab 2 Part 23 Bab 3 Part 34 Bab 4 Part 45 Bab 5 Part 56 Bab 6 Part 67 Bab 7 Part 78 Bab 8 Part 89 Bab 9 Part 910 Bab 10 Part 1011 Bab 11 Part 1112 Bab 12 Part 1213 Bab 13 Part 1314 Bab 14 Part 1415 Bab 15 Part 1516 Bab 16 Part 1617 Bab 17 Part 1718 Bab 18 Part 1819 Bab 19 Part 1920 Bab 20 Part 2021 Bab 21 Part 2122 Bab 22 Part 2223 Bab 23 Part 2324 Bab 24 Part 2425 Bab 25 Part 2426 Bab 26 Part 2527 Bab 27 Part 2728 Bab 28 Part 2829 Bab 29 Part 2930 Bab 30 Part 3031 Bab 31 Part 3132 Bab 32 Part 3233 Bab 33 Part 3334 Bab 34 Part 3435 Bab 35 Part 3536 Bab 36 Part 3637 Bab 37 Part 3738 Bab 38 Part 3839 Bab 39 Part 3940 Bab 40 Part 4041 Bab 41 Part 4142 Bab 42 Part 4243 Bab 43 Part 4344 Bab 44 Part 4445 Bab 45 Part 4546 Bab 46 Part 4647 Bab 47 Part 4748 Bab 48 Part 4849 Bab 49 Part 4950 Bab 50 Part 5051 Bab 51 Part 5152 Bab 52 Part 5253 Bab 53 Part 5354 Bab 54 Part 5455 Bab 55 Part 5556 Bab 56 Part 5657 Bab 57 Part 5758 Bab 58 Part 5859 Bab 59 Part 5960 Bab 60 Part 6061 Bab 61 Part 6162 Bab 62 Part 6263 Bab 63 Part 6364 Bab 64 Part 6465 Bab 65 Part 6566 Bab 66 Part 6667 Bab 67 Part 6768 Bab 68 Part 6869 Bab 69 Part 6970 Bab 70 Part 7071 Bab 71 Part 7172 Bab 72 Part 7273 Bab 73 Part 7374 Bab 74 Part 7475 Bab 75 Part 7576 Bab 76 Part 7677 Bab 77 Part 7778 Bab 78 Part 7879 Bab 79 Part 7980 Bab 80 Part 8081 Bab 81 Part 8182 Bab 82 Part 8283 Bab 83 Part 8384 Bab 84 Part 8485 Bab 85 Part 8586 Bab 86 Part 8687 Bab 87 Part 8788 Bab 88 Part 8889 Bab 89 Part 8990 Bab 90 Part 9091 Bab 91 Part 9192 Bab 92 Part 9293 Bab 93 Part 9394 Bab 94 Part 9495 Bab 95 Part 9596 Bab 96 Part 9697 Bab 97 Part 9798 Bab 98 Part 9899 Bab 99 Part 99100 Bab 100 Part 100