GEJOLAK GAIRAH DILAN
gat. Meski Nessa kerap mengernyitkan kening, karena tema obrolan yang dibawa Dilan begitu mudah berganti secara
ena saat itu, aku bisa berbaur dengan banyak orang yang punya latar belakang beraga
k berjodoh," tanggap Nessa. "Aku benar-b
lan. "Ada sensasi tersendiri, yang nggak a
Aku selalu khawatir
ani kamu," tawar Dilan. "Biar ka
dalam bus kota udah ada kamu, rekan-rekan sesama cope
terg
tradisi pamank
pet?" se
kampus ini,"
ir Nessa
ita Dilan. "Pernah kecopetan, pernah juga men
ditakuti para cope
onakannya," Dilan
tertaw
diperbincangkan oleh dua orang teman yang baru saja berkenalan. Mereka pun akhirnya tahu, bahwa me
egitu akrab dengan mudah, pada interaksi ketiga di antara mereka. Terlebih, dua interaksi se
ng akan mem
angan tangan Nessa. Lalu m
sik oleh tingkah lelaki yan
Dilan. "Matakuliah kedua,
an tajam. "Aku ju
fakultas sekar
ngguk, sera
*
n, tatapan tersebut bukanlah akibat keterlambatan mereka. Namun lebih kepada keheranan, mengapa bisa, pa
duduk bersebelahan. Dilan duduk di sebelah seorang perempuan cantik bernama Sadiah, sementa
g sangat menyukai Sastra dan Bahasa Indonesia, sejak duduk di bangku SMP. Pilihan pertamanya dalam UMPTN, adalah Sastra Indonesia di sebuah universitas
ya di mata Nessa. Sepanjang perkuliahan Ibu Mieke, Dilan kerap melo
di dalam laporan kita," terang Ibu Mieke. "Kita ha
ndang sorotan mata kesembilanb
jika kosakata asing tersebut telah memiliki padanan kata di dal
. Hingga celetukan Dilan pu
ta 'korupsi' yang berasal dari kata 'corruption. Bahas
, dan kembali menarik sorota
an. "Kata 'rasuah' berasal dari bahasa Ara
," poto
"Kalau tidak ada Adik, kelas
n bergerombol di koridor, Ibu Mieke memanggil Dilan
ma Adik?"
ya minta maaf kalau celetukan
itu berarti Adik memerhatikan materi yang saya sampaikan. Yang p
," Dilan
us Ibu Mieke.
ninggal I
puji dosen?
nyum. "Kamu
?" tanya Nessa heran, sambil menata
e kost-an kamu?"
ak sebanding dengan pertanyaan sederhana yang dilontarkan Dilan. Dilan bertanya tentang kost
tanya D
mata, lalu akhirn
mm... kamu pasti punya stok kopi s
ecil. "Hayu. Na
*
sa, dengan dua ge
hasa Indonesia?" tanya Ness
alik Dilan. "Selama ini, kamu bi
juga!" sungut Nes
. "Tapi ada imbalannya. Kamu ha
ajari apa?"
a," jawa
?" Nessa
ang Dilan. "Kecuali
canda," t
a akan menyadari, bahw
pelajaran Bahasa Indonesia,
bosankan,"
rkuliahan," bantah Nessa. "Kamu meny
terbiasa membaca. Novel, majalah, koran, sampai brosur iklan pengoba
Nessa. "Aku memang
mengeluarkan sebuah nove
novel bertema r
jitak," Nessa membaca judul n
kupunya, pemberian bibiku. Meskipun
pa yang kamu baca
ovel ke-60, mungkin? Sejak kecil, aku
meng