Dear Najmi
ih bahwa aku sudah tidak waras karena sering menangis secara tiba-
menjodohkan kBab 1: Aku Capek! u pada laki-laki ya
pulih kembali! Aku ini manusia, bukan hewan yang seenaknya saja kalian buang dan ambil!" gumam Nadira dengan nada bergetar ka
ulah ibu tirinya. Papa Nadira dihasut oleh Atalia,
dimana dirinya sudah rapi dengan balutan kebaya br
kan menikahi ku tak kunjung datang. Entah kemana pria itu pergi. Aku pun tak mengerti. Karena pernikahan ini bermula dari papaku yang menjodohkannya diriku dengan seorang pria tam
enggukan di dalam kamar. Hampir satu bulan, aku tidak pernah keluar dari kamar. Hidup
hu, apa alasan dibalik gagalnya pernikahan itu, yang ku tau han
aku justru mendapatkan sebuah cemoohan dan sindiran dari teman-teman sejaw
Parahnya lagi, aku sampai harus dipaksa untuk masuk kedalam rumah sakit jiwa oleh papaku dan
un menoleh ke belakang, ternyata bukan seorang perawat yang
ya dengan nada datar. Tapi, t
ja berbicara dengan orang lain. Toh, mereka menganggapku orang yang sudah k
ng ada di sebelahku. "Sudah minum obat?" tanyanya lembut kepadaku. Dari cara bicaranya, bisa
ku hanya menatapnya sekilas, lalu kembali memalingkan wajahku men
agi. Kemungkinan, dirinya ingin dekat denganku atau
pa air mataku turun begitu saja. Mungkin karena perkataan lembut dari dokter yang ada disebelahku ini.
pkan seluruh isi
elihatku, mereka akan menertawakan diriku. Namun, berbeda dengan dokter ini, dia justru menatapku
ya kepadaku. "Pakailah, hapus air matamu, sudah wakt
ghapus air mataku. "Terimakasih dok," ucapku m
a-sa
tampan itu baru memperkeruh si
sini saya menggantikan dokter Amira, karena beliau sudah ti
enyum tipis. Lalu,
a adalah seorang apoteker, apakah itu benar?" tanya Najmi dengan antusiasme tinggi. Dokter tampan itu mencoba untuk me
anpa berminat untuk menjawab
mendengar suara Nadira. Padahal, dirinya sudah
a saya." putus Najmi dengan nada pasrah. "Padahal saya sangat ing
k keluar dari ruangan Nadira. Namun, dengan cepat
ngar suara gadis yang membuatnya rela untuk pindah ke rumah sa
ng sangat kagum dan menyayanginya. Terlebih lagi, Najmi adalah psikiater muslim pertama yang sangat terkenal disana.
rbalik arah dan berjalan menghampiri Nadira. "Akhirnya, kamu me
l. Menurutku, dokter Najmi terla
Syaquella Nadira Athafurachman." gumam Najmi
tahu namaku?" ta
mi beralibi. Tatapan teduh milik
n teduh dari Najmi. 'Siapa dia?' batin Nadira bertanya-tanya. 'Entahlah, aku gak peduli!
*