I Love You Om Miliarder
semakin me
defibri
a, dia harus tetap hidup. M
n. Debar jantung berdetak hebat lebih cepat dari biasa hingga rasa
ali menghantui tidur dan dalam waktu bersamaan pula ada sesak bersarang dalam jiwa. Kuusa
kkan mata pada Ember yang ternyata sudah mematung samping tempat tidur. Menyebalkan sekali, beruntun
at mataku melebar secara sempurna. Apa r
k acuh, mengusap waja
bnya tersenyum. Oh Tuhan, mimpi apa lagi ini? Mengapa takdirku begitu buruk hingga harus bertemu
li, detik berikutnya tiga pelayan mas
tiga puluh menit karena acara pernikahan akan segera dilangsung
k saat ini aku harus mengikuti rencana Tuan Marco, setelah lengah barulah mulai beraksi melarikan diri. Kubiarkan mereka melak
ngai secara
*
risi dan malu dengan penampilan seperti ini. Juga riasan pada wajah serta rambut tersanggul membuat leher sepenuhnya terekspos. Ini tid
Marco sangat beruntung mem
nti. "Jangan terus membual, perutku mual dengar
turun, Tuan Marco dan tamu
, setelah itu kalian kembali m
inya harus ada bualan kembali. "Aku janji tidak akan kabur, lagi pula mau kabur bagaimana kalau kal
eka sama-sama ke luar membuat napas kembali melega, barulah mulai berpikir keras untuk kabur sa
Bagaimana caranya aku harus bisa ke luar dari cengkraman Tuan Marco, kugigit jari saat merasa gugup mengedarkan pandang ke set
i mencari bagian yang lain. Saat merasa sudah cukup barulah me
anjang kuat-kuat agar bisa menahan tubuh. Baiklah, sekarang mari kita praktekkan ide brilian itu. Denga
pertengahan mendadak saja sambungan terputus dari bagian atas. Aku memekik antara kaget dan takut. Namun,
kulingkarkan lengan pada leher lantaran takut. Be
tefa
galun syahdu membuat jiwa memberontak. Terlebih kali ini dia perpenampilan be
tidak lagi tersenyum. Ah tidak, sekarang justru dia melebarkan lengkungan bibir hingga deretan gigi rapinya terlih
sih dengan mengg
" tanyaku saat kes
hanmu, 'kan?" Stefan bertanya santai s
indak kekerasan sama halnya yang kulakukan pada Mateo
embaca pikiran orang. Pun aku sebenarnya heran sebenarnya apa hubungan mereka. Stefan selalu ada saat aku jatuh, itu tandanya dia memang tinggal di ru
ba di dekat Tuan Marco, bisa kulihat reaksi wajah kaget darinya. Mereka sempat saling menatap, sama-sama melempar ketajaman netra. Aku ber
milik seorang lelaki baruh baya membuyarkan aksi saling tatap keduanya. Aku menahan napas
uk datang ke sini?" tany
m pikirkan," jawabku bali
mana? Apa ini memang maumu memp
han, Om." Tuan
gadis b
fan menggendongku hingga tempat pernikahan. Mengapa sifatnya selalu saja berlebihan dan menyeba
anya perjanjian di atas materai tanpa sepengatahuanku. Menyerah, kubiarkan semua acara berjalan dengan semest
nya hari berangsur begitu lambat. Padahal aku ingin seger
smi menjadi nyonya di sini dan harus terbia
rhak mengatu
saya suamimu." Seperti tidak mau kala
ar O
" sanggahnya memotong ucapan. "Ember sudah menyiapkan pakaian untu
elkan. Padahal hari sudah berangsung sore, aku kira drama te
rindukan kebebasan sebelum
*
erbuka. Punggung terekspos sempurna juga paha meski ukurannya p
an seperti ini?" pr
urna, pakaian itu sangat cocok dan sem
sa risi dengan gaun merah ini. Mengapa mereka menyukai hal-hal yang berbau vulgar. Apa
a. Oh ayolah Ruby, jangan lupa pada satu hal ten
ki menuruni anak tangga semua pasang mata langsung tertuju karena suara dari peraduan wedgess dan lantai menggema. Sontak saja aku merasa
," ujarnya masih deng
tidak ada yang sempu
an saliva pelan, ada perasaan aneh tumbuh begitu saja hanya karena peraduan kulit secara langsung. Dia menuntunku melangkah masih dengan lingkaran pada pinggang, menemui kumpulan lelaki berj
dan Tuan Marco menatapnya bersamaan. Lelaki itu te
ganku sebenta
ski kental terlihat meredam amarah
mpat kujawab terlebih dulu Tuan Marco m
aku berhak, Ruby sekarang sudah menjadi ipar. Ap
ngsung mengerti jika ternyata mereka adalah kakak b
agi Tuan Marco kembali menarik lenganku agar menjauh.
samaan. Bingung, sebenarnya apa yang terjadi di antara d
gannya," liri
" Stefan men
ngga pegangan Stefan terlepas membuatku ter
rco di sela sunggingan senyum sini
"Kamu memang tidak p
seperti mereka. Gegas melepaskan diri dari pelukan Tuan Marco. "Tolong jan
t, seharusnya aku tidak membiarkan mereka berkelahi di tengah acara dan banyak tamu. Itu jelas akan mempermalukan keluarga sendiri. Ada rasa tidak ingin melihat Tuan Marco di
tah itu siapa, gegas kuhampiri dia meski masih kesal dengan perlakuan
diandalkan, badan saja yang besar, tetapi untuk memantau tuannya sendiri masih kewalahan
na. Benar saja, lewat pintu yang setengah terbuka kulihat Tuan Marco mencengkram kuat krah kemeja Stefan. Melihat perkelahian depan mata kembali mengingatkanku pada k
semakin babak belur. Tuan Marco terlihat begitu marah, wajah
bukan kamu satu-satunya
rdik Tuan Marco kalap. Aku tidak mengerti a
mengangkat tangan tinggi. Aku menggeleng k
..
Tuan Marco menatapku bersa
raman pada Stefan begitu saja, teralih mendekat dan menarik lenganku
angan tangan terasa perih, sesekali tergelicir karena menginjak ujung gaun
adak tuli tak mengubris. Membanting pintu kamar s
" teriakku
g seharusnya tidak kamu lihat." Tuan Marc
semua kebusukan Om. Sepertinya Stefan
Gadis kecil sepertimu tidak berha
ecil, kenapa Om memaksa menikahiku?
luar membiarkanku seorang diri dalam kamar menyesakkan ini. Tuan Marco