100 Day With Mr. Alien
r dari dalam mobil yang Nadien kendarai. Jarum jam menunyjukan angka satu malam. Wak
ikut-ikutan berpesta sampai larut malam. Beberapa temannya terlalu teler u
hh
n memukulkannya pada stang mobi
li, seperti yang sudah ia duga ada sekitar tiga puluh panggilan masuk dan lima puluh pesan singkat. Hampir setengahnya dari Barr
mobil sendirian. Nadine berharap kakak lelakinya, sekaligus menjernya itu mau sedikit berbaik hati untuk tidak membiarkannya
i puluhan kali. sepertinya kali ini Nadien benar-benar dalam bencana. Kare
arry enggan. Terpaksa Nadien mengirim pesan melalui pesan
e. Suaranya tercekat, dia jarang meminta maa
nya aku bertingkah." Nadine merayu deng
. Aku ngga mau pulang naik taksi. Aku juga ngga m
an suara, tetapi Barry tetep tidak meresponnya. Tampaknya k
g sendiri, bukan? Ok, siapa takut." Nadine berteriak dengan sangat kesal, bahkan
berguna!" Nadine me
tertera di atas layar ponsel. Nadine menoleh dan terseny
embiarkanku menyetir seorang diri," kata
mobilnya masuk ke bengkel lagi. Namun, tampaknya kali ini Nadine h
jawab Bar
enuh atas mobilmu. Kau bebas melakukan apa saja padanya. Kebetulan aku baru saja
pat protes, membuat Nadien menjerit karena jengkel. Nadine bena
i sikap Barry, sepertinya langit juga sedang tidak ramah padanya. Meskipun kepalanya pening bukan main, Nadine berus
hanya diterangi oleh lampu mobil dan beberapa lampu jalan yang suram, sem
ai tertiup angin malam. Menyetir dalam keadaan hujan apalagi tengah malam seperti itu sungguh
am yang dingin selain mobil yang Nadine tumpangi. Nadine memang cukup gila
Suasana semakin menakutkan saat sesekali kilat melesat menampar kaca mobilnya,
saat itu pasti ia sedang meringkup dalam selimut hangat sambil merajut m
i diiringi dentuman yang menakutkan. Hal yang paling menakutkan bagi Nadine adalah cahaya
t berbentuk pipih seperti piring yang berkilau melayang-layang di u
ar
ng itu terbakar dan apinya menyala-nyala dalam kegelapan langit malam. Kemudian tanpa terkendali awak pesawat i
r
a! Apa
n mobil berdecit dan memercikkan kembang ap
meter ke depan. Disorot oleh lampu mobil yang terang, Nadin
Tuh
Sesaat ia hanya duduk tanpa tahu harus melakukan apa. Ia menatap deNadine membuka pintu mobil dan keluar untuk memastikan
sama sekali. Perlahan Nadin menghampiri sosok yang tergeletak d
ukan?" Nadine menelan ludah. Ker
olek di atas jalanan. Kedua tangan Nadine bergetar, tetap
darah bahkan wajahnya pun dilumuri darah. Nadin