Adik Ipar Malang
evan Mahen
Li
il
l berteriak memanggil nam
sampai dirawat di rumah sakit? K
ertinya Kak Laras ke sini bersama Ibu. Ayah langsung merub
erlalu banyak kegiatan sekolah, m
Ayah belum memberi tahu mereka. Biarlah mereka tahunya ak
kannya di perhatiin malah diej
ya malas. "Kamu sudah makan belum? Obatn
elengkan
Mungkin sebentar lagi. Sekalian dokter a
at, yang satu membawa makanan pasien dan y
da dokter, untuk tak mengatakan apa pun perihal keseh
ng tak dipasang selang infus, sedang Kak Laras lang
aya, dok?" tanya Ibu meru
dan banyak makan-makanan bergizi. Terpenting ja
i dulu." Dokter dan kedua
pan mulutku. Yang jadi masalah itu mau nyuapin, tapi cara ngomongnya kaya tukang kredit panci lagi n
baik, membuat orang segan kepadanya. Hanya sifat usil dan keras kepa
ak Laras sudah menikah dengan Kak Evan selama dua tahun
diberitahu tentang ko
a suami Kak Laras disebut. Aku
menyelesaikan pekerjaannya dulu. Nanti dia akan mengaja
gelagatku yang tidak tenan
ut kalau mereka menjenguk Lilis, nanti kamar Lilis beruba
ikut tertawa, meski dengan dibuat-
as yang bergantian menjagaku. Ayah aka
orang tua Kak Evan. Makanya, aku takut kalau masalahku ini akan
enjenguk di hari kedua aku dirawat. Mereka sangat bai
juga datang. Dia membawa bun
ni aku sudah diizinkan pulang. Selama itu pula, Ibu
ian yang dipakai saat di rumah sakit. Ibu akan memasak untu
kan hal berat." Ayah mencium keningku, ke
n Ayah ketika Aya
kasih,
memejamkan mataku. Aku harus banyak istirahat agar kondisiku segera pul
*
ar. Selesai berpakaian, gegas aku ke ruang tamu. Tadi Ibu bilang kalau ada seseorang s
u. Dari posturnya, aku sedikit kenal, tapi siapa, ya? Aku m
apku, mulutku terbuka sak
Dev
n semua rindu di dalam dada. Ingin bercerit
il memeluknya. Aku merasa seperti menemukan t
jauh dari Ayah. Dulu sempat dititipkan di sini oleh orang tuanya saat akan
a berkelahi seperti preman, mulai berkurang, kecuali terdesak. Meski pun pakaian ma
. Terakhir yang aku dengar, Kak Devan meneruskan perusahaan or
mundur beberapa langkah. Pipi ini memanas, rasa malu sudah ta
aku, sampai-sampai nangis kencang seperti itu?"
ima tahun, laki-laki yang dulunya urakan dan bar-bar, kini menjelma menjadi laki-laki yang tampan, mempesona dan
kamu hapus air liur kamu?" kata K
. Aku langsung mengambil bantal sofa dan mel
sih agak lemas. Berlanjutlah kegiatan kami dengan ngobrol dan bercerita peng
berangkat ke sekolah lagi dan tak ingin tertinggal banyak pelajaran. Kak Dinar sendi
*