Merayu Sang Single Dad
an
melihat api. Aku segera waspada dan memulai mengumpat, mengeluarkan kata-kata kasar. Aku buru-buru m
t membuka ponsel dan menjepret tulisan itu, hanya beberapa detik sebelum api menghanguskan danmendengar sirene menarikku kembali ke kenyataan dan menyadari bahwa diriku telah menghirup asap, mataku berkaca
lu salah satu dari mereka mengambil tanda vitalku. "Nona, kamu send
nyadari bahwa dia pasti sudah kembali. Pria yang berbicara dengan ku mengatakan kepada krunya bahwa tidak ada orang lain dan ti mulutku terpenggal acak, tetapi pada akhirnya aku menunjukkan foto itu kepada mereka. Kemudian mereka mengantarkan ku ke mobil mer
u yang pada saat itu dia hampir membunuh sahabatku Emilie secara tidak sengaja. Jadi ayah menenangkan ibu dengan membawanya dal
merasa lebih dekat dengannya daripada orang tua aku sendiri. Gina menjemputku dan membawakanku semua yang aku butuhkan. Aku segera mengganti celana jins dan
ukan? jangan khawatir, ayahmu akan menelpon beberapa orang dan dia akan dibawa ke penjara lagi. Aku yakin ini akan berakhir sebelum kamu menyadarinya. Ayo aku akan antar kamu pula
erikutnya aku sibuk menjawab pesan singkat sahabat-sahabatku dan memberi tahu mereka bahwa aku baik-baik saja, mereka tahu tentang rumahku yang habis terbakar dari berita di televi
alah yang menyangkut berita tersebut. Dia jelas menyukai kehebohan di media, dia selalu berpikir bahwa berita apapun yan
a kamu bisa berada di luar sana dengan berbagai pria tetapi sangat malu dengan kemampuanmu, pekerjaanmu..." dia terus berbicara dan menasihati aku. Tapi dia tidak tahu bahwa aku telah dibully selama berta
pun mungkin agak terlambat. Tapi dia masih senang dengan kemalanganku, mengatakan bah
rasa terkejut ketika dia ingin mewakiliku karena dia biasanya hanya menangani pelukis dan seniman besar. Tapi dia menginginkanku, sejak per
g, Amanda." Dia terdengar luar biasa sibuk di telepon, seperti halnya manajer yang sangat ahli dan rajin dalam melakukan tugasnya. Dan di
aikan diriku sendiri. Dan uang itu benar-benar membuatku merasa cukup mandiri untuk menghidupi diriku sendiri sete
orang tuaku seperti diriku dulu yang pengecut. Meskipun jauh di lubuk hatiku aku berkata pa
penampilan dan kekayaan yang membuatnya menjadi pujaan hatiku. Diriku, yang dahulunya seorang gadis manis berusia dua puluh satu tahun terpesona oleh senyum dan kepriba
n mulai bertanya tentang memarku sampai pada akhirnya aku menangis di pelukannya. Aku terlalu takut untuk datang ke orang tuaku karena mereka sangat memu
pi kemudian Gina memberi tahu mereka tentang luka-lukaku, dan menunjukkan kepada mereka memar terakhir yang
mana dia melakukannya tapi aku yakin dia telah bebas. Ayah dan ibu sedang dalam perjalanan pulang. Aku memiliki satu