Terjebak Cinta Terlarang
nya mama sambil menurunkan selimut yang membalut seluruh tubuhku. Masih terlalu
tugas kelompok di rumah temen ma" ujarku sambil menarik kembali se
masih mahasiswa baru ketika Dion sudah menginjak semester ke empat. Aku bertemu dengannya pertama kali karena dikenalkan oleh temanku yang satu fakultas dengan dia. Aku di fakultas ekonomi sedangkan Dion anak fakultas pertanian. Dion anakyang biasa saja, tak terlalu tampan, rambut lebat ditambah alis tebal serta hidung yang cukup mancung. Kulit khas asia, coklat matang namun tidak terlalu kematangan. Entah mengapa, aku dan Dion bisa dekat dan akhirnya bisa menjalin kasih. Awalnya bia
rusaha untuk menjalani agama baru. Aku terlahir dari keluarga mama yang sebagian besar beragama non muslim, tepatnya nasrani sedangkan papa seorang muslim yang taat. Entah bagaimana awal mulanya, papa dan mama bisa jatuh cinta dan saling memadu kasih. Padahal jelas-jelas ada jurang pemisah bernama agama di situ. Hingga saat ini aku belum berhijab walaupun mama dan papa seringkali menasihatiku, namun hati akan seakan tak tergerak untuk melaks
i. Enarnya au tak menggunakan pakaianterbuka seperti rok mini ataupun tank top, aku berpakaian sopan kok. Celana jeans atau rok setengah lutut yang di padu padankan dengan kemeja berlengan
Mau berangkat bareng papa nggak na
an aja sarapannya" jawab Yala yang lagi asyik memainkan gawai di kasurambil rebahan. Arom
sama papa Hana. Nasi goreng hangat dengan telur dadar suwir d
pan bareng?" tanya papa sambil me
s kuliah katanya, kemaren aja pulangnya malam pa habis nger
malas keluar karena alasan rambutku yang masih basah itu. Klise sekali alasanku itu. Mama dan papa memberika
sampe malam. Orang rumah pada perg lag ada c
epala. Padahal baru kemarin ia bertemu dengan sang kekasih. Hana pun mulai
ra papa terdengar di
papa. Kebiasaan papa begitu, aku memang dbiasakan untuk salim bila ada salah satu yang mau pergi. Ketika papa berangkat ke kantor dan aku pun langsung mengambil gawaiku untuk membalas pe
suara gemericik air karena mama sedang mencuci piring di wastafel. Sambil memain
arena terlalu banyak alasannya sehingga terkadang aku merasa seperti tak punya kekasih. Terkadang harus kemana-mana sendiri tanpa sosok kekasih. Namun bila ia ingin, aku harus siap sedia karena bila tak terpenuhi ia akan marah-marah dan otomatis membuatku salah lagi dan lagi di matanya. Aku tak mengerti, apakah seperti ini yang namanya cinta. Cinta yang kurasa seakan tak seindah seperti yang diceritakan oleh temna-temanku. Walaupun mereka melihat bahwa aku dan Dion seperti pasangan bahagia yang lainnya. Justru yang aku rasakan malah sebaliknya, ya tak kupungkiri bahwa ada kalanya Dion benar-benar membuatku bahagia namun terkadang di saat bersamaan ia justru membuatku seperti keledai yang harus selalu menuruti