The Front Line
lain?" tanya detektif Lisa kepada detektif Morga
idak setujuhkan jika detektif Lisa yang akan menjadi target untuk kita korbankan. Supaya pembunuh ini bisa masuk ke dalam jebakkan kita, kepala tim
uat masalah, tapi di sisi lain juga tidak mungkin mengorbankan satu nyawa untuk menyelamatkan nyawa lainnya. Tapi jika dia pikirkan lagi, apa yang saat ini sedang ada di dala
eh detektif Marco itu ada benarnya juga," u
n yang tidak percaya dengan h
ala tim tolong katakan kepadaku, jika saat ini kamu sedang bercanda. Tidak mungkin kamu setujuh dengan ide gil
yang dikatakan oleh dua tim kita di sini ada benarnya juga. Pembunuh ini sangat licik kita j
agaimana bisa kamu berpikir seperti ini. Aku
k ingin kamu terluka, tolong dengarkanlah perkataan aku sekarang." Ucap detektif Morgan,
*
jiri oleh airnya. Pada malam hari seperti ini, mobil yang ada di jalan raya terlihat sangat sedikit. Tidak banyak orang yang keluar di saat hujan sedang deras, apa lagi ketika rumor pembunuhan berantai semakin menakuti warga. Jalan raya terlihat hampir sama dengan sebuah kuburan, tidak ada satu mobil pun yang berani untuk melintasinya. Hanya satu mobil ferari hitam saja yang saat ini masih de
terlihat cukup pintar, dia membunuh korbannya tanpa meninggakan sebuah bekas. Tapi pembunuh ini juga merupakan seorang pembunuh yang paling aneh, pembunuh ini sengaja meninggalkan sebuah bekas di telapak kaki korban. Sepertinya pembunuh ini sengaja melakukan itu, untuk memberikan suatu tanda jika dia habis membunuh seseoran
sai. Pikirannya saat ini menjadi sangat tidak karuan, belum lagi sebuah luka yang masih belum bisa sembuh. Tuntutan pekerjaannya pada waktu in
eriak Edric
lah dayanya manusia itu, dia juga hanyalah sebuah insan lemah yang tidak mungkin dapat mencegah masalah yang akan terjadi. Manusia bukanlah tuhan, meskipun hatinya tidak ingin hal itu terjadi namun dia hanya bisa nerimanya. Tidak lama di saat Edric terlihat sangat kesal, tiba-tiba saja dia melihat ada satu pria aneh. Pria itu berdiri di pinggiran jalan raya sendirian tanpa payung yang meneduhi dirinya, pria itu terlihat seperti orang misterius. Dia menetupi sebuah tubu
erima sebuah panggilan telepon dari ponselnya. Dengan tatap mata masih melihat pria misterius