icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Robert, Stay With Me

Robert, Stay With Me

Penulis: Dina Sylvia
icon

Bab 1 Prolog

Jumlah Kata:1356    |    Dirilis Pada: 28/04/2022

Aku masih berada di sebuah ruangan kecil yang sempat ku sewa belum lama ini. Aku

berimajinasi dengan layar laptop yang ada di hadapanku? Apa ini yang dinamakan hobi? Menulis hingga larut malam ditambah rasa

egitu saja. Aku juga bingung kenapa otak ini lebih mudah beri

i

i ku pun melangkah perlahan untuk mengetahui dari mana bunyi itu berasal. Apa ini hanya perasaanku semata? Sepertinya tidak ada siapapun disini. Atau mung

pukul delapan malam. Sepertinya masih sore untuk tidur lebih awal, leb

rikan ke kasir. Malam sunyi seperti ini aku harus pergi sendirian ke s

n keluar dari apartemen dan mulai melihat sebuah toko yang masih sepi pengunjung. Entah toko itu memang sudah sepi dar

is. Tak bisakah, seorang penghipnotis itu pergi sebentar, dia hanya ingin membeli makanan saja. Kok bisa, sih, memang keman

g harus aku lakukan sekarang, haruskah aku memberikan semua uangnya kepada mereka. Yah, kalau begitu a

ikan uangmu s

na korbannya, lebih baik aku serahkan saja semuanya. Aku juga tidak ingin kalau nyawaku yang menjadi taruhannya, lebih

u ke lantai. “Tunggu di sana, awas kau ya kalau kemana-mana nggak akan kami biarkan kau hidup begitu saja.” bentak Prema

a berharga itu. Dari pada aku harus menjadi mangsa para preman ini, lebih baik aku menc

itu. Hanya dengan ponsel, aku bisa meminta bantuan kepada polisi. Daripad

nya kemudian menekan nomor darurat untuk secepat mungkin dihubungi. Tetapi t

seorang preman yang di

u di tangannya. Mengerikan sekali pisaunya, sepertinya dia sudah ahli me

enapa aku yang harus menjadi korbannya? Tak bisakah dia memilih korban lain, padahal a

buat? Tolong jangan

arus aku lakukan. “Kau tahu dulu itu aku dijuluki sebagai pembunu

rasak

ndengaran dan kemudian terlelap jatuh ke lantai. Haruskah aku meningga

kamu baik-

n ada di tempat ini. Lalu bagaimana bisa dia menemukanku, dan memb

baik daripada aku bertemu dengan para preman itu. Aku merasa tubuhk

nlah. Apa te

ebagai nona, atau ini hanya kebetulan saja. Ya, nggak apa-apa sih karena kebe

-jangan aku sedang bermimpi, kenapa tempat ini begitu dingin dan jarang ada sinar matahari.

a kondisi s

dara kembarku sudah meninggal sejak aku umur 3 tahun, lalu siapa lagi orang yang mengaku-ngaku

GAN MEREKA

menyeramkan dan aneh!” gerutu Aurellie yang masih menatap ta

sekali seperti properti hingga dekorasi yang ada di Yunani. Wajahnya pu

keluargamu. A

di Sumatera, kalian saja yang aneh-aneh. “Oh gitu,

keluargamu sendiri?” tanya pemuda itu. “Tolong jaga bicaramu? Atau sepertinya kau lupa minum obat ya pantas saja baru b

ini. Tunggu-tunggu sebentar sepertinya aku mengenal dengan latar dari tempat ini, ya apa mun

seorang yang menunggumu di bawah,” kata seoran

pi dimana ya? Tapi nggak mungkin juga kalau aku h

asih kebingungan. Setidaknya berilah aku kepastian

ngatakan,”Ayah bisa marah besar saat melihatmu tidak mengetahui nama ke

yang mulai memancing emosi pemuda bernama Lucca itu. Ya daripada

e, keluarga yang te

Geo

benar, bukan k

emi Tuhan, ternyata cerita fiktifku benar-benar menjadi ke

nunggu saja sam

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka