Malam Pertama dengan CEO
rie merah. "Biar tambah panas," ucapny
tertunduk malu. Rautku pas
ujar Andreas, menepu
pakaian dalam, berganti dengan lingerie. Pantulan diri pada cermin membuatku makin t
malu. Membayangkan malam pertama yang bakalan kami lewati, membu
gi, aku tertunduk dalam seraya melangkah k
memindai setiap sudu
eluar kamar? Aku meraih jubah
ngat pada tengkuk dan tangan yang melingkar di pinggang membuatku terkejut seten
ku, memutar tubuh. Karena gelap,
nya menarik lingerie hingga terlepas. Aku mendekap punggungnya dengan erat, membalas ciuman Andreas yang membara. Dia m
m letupan indah yang tidak berkesudahan. Napas kami berkeja
aroma bunga lili. Dan, ketika tanganku menyentuh rambut---rambutnya tebal,
k kukenal, menyambar selimut untuk menutupi tubuh,
tidak kukenal ters
mpat tidur, memeg
menghabiskan malam ber
as!" t
u sudah
di dalam tas, sehingga aku menumpahkan semua isi tas di lantai. Tetapi, p
dan menyewakan selama satu bulan untuk mel
pat ke pintu, mencoba membuka pintu. A
pegangan pintu, berharap ada
ang, Kara Sayang. Dia s
nya tidak tertutup sehelai ben
eas!" Aku berteriak da
esakitan. Seperti tadi, kau begitu menikmati." Wajah itu menye
! Andreas
bus dinding kamar. Perlawananku pun
*
ih tidak percaya Andreas menjualku demi uang. Aku mengenal Andreas dua bulan yang lalu, dia dari keluarga terpandang, ay
pabrik dan yatim piatu tentu saja bahagia. Lelaki tampan serta pujaan para perempuan memilihku sebagai istri
ja mengingkari kenyataan--tidak mungkin Andreas berbuat kejam dan biadab--mungki
tidak mungkin
an pintu kayu itu cukup tebal. Tubuhku lelah dan perih, ya
ra
gun. Denyut-denyut nadiku berantakan karena terkejut. Ya, Tuhan, a
akukan?!" Aku langsun
ng tergeletak di lantai. "Ayo, keluar, kita akan ke r
eng. "Tingg
"ngomong-ngomong mungkin kamu ingin menyimpan seprai? Usiamu sudah tida
dadaku sesak. Rasa pedih merayapi hati. Kedua ta
aku tersuruk-suruk mengikuti langk
giba. Aku tidak ingin berakhir
rang lelaki yang berdiri di sisi mobi
k dan mengumpat. Namun, tidak membuatnya melepaskan cengkeraman. T
i terang dengan warna kemerahan. Aku telah melalui
ah. Aku beruntung, karena sistem autolock pada mobil sepertinya rusak, sehingga aku bisa membuk
, kem
nyusuri trotoar jalan dengan bertelanjang kaki. Aku baru berhen
laraskan napas yang hampir habis. Ke mana tujuanku sekarang? Menghubungi Andreas? Aku bi
, aku melangkah perlahan. Aku
ar
a--mertuaku--turun dar
tapi ponselmu tidak aktif. Kenapa kondisimu memprihatinkan begini?" Bu Zun
rjadi dengan
dic
lik?
a membimbingku masuk mobil. "Tenangkan
sa yang menculik Andreas tadi malam? Bu Zunaira tampak tegang, dia memeg
u saat mobil merapat di r
cak Andreas. Seharusnya kalian berbulan madu, malah kemalang
ggi besar mendekati kami. Lalu, de
ku memberontak, namun sia-si
i, Kara," sahut
mu?" Aku ti
." Lelaki yang memakai kemeja
ertuaku tidak percaya. Perempuan t
, Bu Zunaira,
gkasa. Uang Anda tidak akan sia-sia," sahut Bu Zunaira. "Ika
an suamiku melakukan hal biadab. Mereka berdua bak