School and Love
perban. Ia membuka pintu dengan hati-hati, takut jika ibunya
ek
at mengagetkan ibu yang di dapur.
saja kamu? Kena
rja kelompok, jadi La
r. Sebentar lagi harus antar pesanan
ik
pelan. Khawatir jika ibunya tahu
s? Kok bisa sampai di
etika ibunya tahu dan bagaimana
h sewaktu olahraga. Maaf Lais
bibir bawahnya. Baru pertama kali
sedang tidak bo
aisa menjawa
Di luar sana memang harus
hati-hati. Laisa bant
u sedang sakit. Nanti bi
menjual kue. Takut jika terjadi ap
Nak. Hati
berteriak ke beberapa rumah warga. Ada sejumlah ibu-ibu yang membeli, lainnya hanya tanya harga saja. Mereka bilang har
aru saja usai bermain bola voli di lapangan RW. Ia mengenaka
ualannya. Apakah sudah
ih sisa 5 biji.
gatal. Ia agak sungkan karena cukup lama t
, aku cob
Bahkan tak jarang Anan mencuri pandang kepada Laisa. Maklum, mereka sudah berkawan sedari kecil, mulai SD hingga
as. Ia sering menjuarai beberapa cabang olahraga non akademik dan tak tertinggal pula prestasi akademiknya. Or
hap memakan ku
m...Berapa harga semuanya Laisa? Aku beli semu
h Anan. Di
ualan ibumu. Nanti pasti ditanyakan kemana ua
Betul yang dikatakan Anan. Laisa d
a 10 rib
rumahmu, hehe. Aku pengen main catur sama kamu. Kan dul
bersemanga
leh. Kamu inga
a tidak pernah ke rumahmu Lay. T
coba berhenti
ong pembicaraan dan me
apa
sebela
apa ada hewan terte
ilent,
bil kue yang belum
k you
esekali menatap Anan, namun berusah
erasa senang bertemu Anan. Ia masih saja mengagumi lelaki berkulit sawo matang itu sedari duduk di bangku SMP. Namun Lais tetap tidak berani menyatakan pera
*
menggembirakan sang ibu. Ia duduk di ruang t
i hasil j
masuk dari pi
Kamu mesti capek ya, apala
k, membenarkan
ba hitung dulu keuntungan hari i
a b
gnya. Ia hanya bisa berjalan pelan, bahkan sesekali merintih di dapur ketika mendapati penyakitnya yang kambuh. Ibu Lais
unya tidak memperbolehkan anak gadis tidur di sore hari. Seluruh kaki Laisa bengkak dan leb
g sempat memberinya tumpangan mobil. Ia berusaha mengingat nama laki-l
Hey..
melamunkan sesuatu yang t
ai
maaf... A
sadar dengan p
ti perbannya. Ada obat luka di k
Lais ke ka
an kemana-mana. Pria itu c
Bersyukur tadi Anan tidak melihat kakinya
*
bati lukanya. Ia sedang membaca buku untuk pelajara
lupa. Atau besok coba aku tan
ya dala
lkan, dia melihatku terjatuh teta
mbalas kebaikan orang lain. Bukan menyimpan rasa dendam. Seburuk apapun
enolongku dengan tumpangan mobi
memilih tidur dan merehatkan badan. Hari ini begitu lelah baginya. Ia harus mengisi daya kembali untuk esok. Ia yaki
*
uduk bersandar di ranjang tidurnya. Ia mengenakan headset di telinga sem
i secangkir kopi dan dua potong roti bakar buatan asisten rumah ta
l bu guru dan temen-temen sempet nyebut namanya. Tapi kenapa
da yang bern
menyerah. Dia mulai mereba
besok ia harus sekolah dan berangkat pagi un
a perhatian gue dari tadi. Aahh.. And noo. Gue ngga boleh suka sama dia. H
gan gadis yang ia benar-benar lupa siapa namanya itu. Namun ia berusaha keras menutupinya. Alasan pertama, orang tuanya konglomerat dan sangat memperhatikan siapapun ya
ma masih tida