The Deadly Wish
song, tak ada lagi sukacita seperti biasa yang menghiasi wajah tampannya itu. Dengan berjalan sempoyongan, Adonis meng
k di tangannya kemudian meletakkan kedua kaki yang masih berlumuran lumpur di atas meja. Ia menatap langit-langit rumah yang sebagian catnya sudah sedikit terkelupas, lantas perlahan menutup mata. Ia masih memikirkan Kaira. Air mata pun jatuh kembali dan me
kan h
tok
tukan dari depan p
di dalam? Selamat pagi!" u
. Dari dalam rumah hanya terdengar alunan musik klasik yang diulang beberapa kali oleh Adonis sejak tadi subuh. Dia terbangun sejak subuh hanya dan hanya
dari dalam kantong celananya d
getuk pintunya beberapa kali, tap
u kesana sekarang," jawab
a itu hanya duduk di depan tangga depan rumah Ado
tidak ada jawaban ju
ada jawaban. Aku juga sudah mencoba menghubungi ponselnya, tapi tid
i dalam sana dan kita tidak mengetahuin
erbuat aneh-aneh," kata Benjamin. "Mungk
izinkan kami bertemu denganmu. Hubungi kami jika kau butuh sesu
hati mereka pun memutuskan untuk pulang, berharap tidak terjadi sesuatu yang buruk pada Ado
gat yang tersisa dalam dirinya. Ia meraih ketel air berwarna perak dari lantai yang semalam diobrak-
jauh ke dalam gambaran dirinya di depan cermin kotor yang digantung di atas wastafel kamar mandi. Pandangan matanya tiba-tiba terhenti sa
eralatan mandi itu dan melemparnya ke lantai. Kebencian terlukis jelas pada paras rupawan Adonis. Tidak seperti har
n. Dilepaskannya pakaian satu persatu dan diletakan begitu saja di lantai. Kulitnya yang dulunya putih bersih kini terlihat sedikit gelap karena harus bekerja di siang hari yang ter
ari dalam lemari itu kemudian kembali ke dalam kamar mandi. Perlahan dia masuk ke dalam bathtub yang sudah dipenuhi
g terasa sedikit pahit. Untuk menghilangkan rasa getir di lidahnya, Adonis mengambil sebatang rokok untuk dinyalakan. Tak ada yang s
*
tau makanan. Hari ini ia terlihat sedikit bersemangat walaupun masih menutup diri dari kehidupan luar. Dia akhirnya memutuskan untuk m
. Dia berhenti di lorong depan kamar tidurnya yang dipenuhi dengan foto-foto kenangannya dengan Kaira. Satu-pers
ah menyingkirkan semua barang-barang kenangan tentang dia dan Kaira, ia kemudian berjalan ke halaman belakang rumah dan menempatkan kantong p
ira. Tatapan wajah yang tajam dan penuh dendam seakan memberi semangat pada kobaran api tersebut agar lebi