menikah lagi
n ganjen, dan berbagai julukan lainnya. Lain ibu, lain pula anaknya. Anak-anak ini tentu ti
anak-anak perempuan dari ayah poligami, bisa baca di si
ilannya ditampilkan namun beberapa
kelas 3 SM
uk bermain bersama. Jadi tanpa diberi pemahaman, ia sudah mengerti sendiri. Menur
kuan buruk. Bunda FA pun minta suaminya memilih antara dia atau istri pertama
kku dua cowok dan satu cewek, nah yang paling parah perlakuannya itu yang cewek. Aku nggak tau mereka kenapa. Mereka
rai pun sering terucap dari istri pertama. Tapi sampai
ng-orang apalagi depan papa, soalnya aku nggak mau papa sedih liat aku sedih gitu. Jadi aku kayak berlaku b
sampai saat ini masih sayang pada bundanya dan berkali ingin rujuk. Nam
kan karena dibesarkan k
ntem, mama bentak-bentak aku terus bilang 'dulu tu ya bundamu itu blablabla bawa aja sana papamu suruh balikan sama bundamu biar kamu puas' Pa
iriku sakit hati, nah sekarang mungkin aku yang harus tanggung akibatnya. Sebenernya sih aku sedih ba
trong
, Asisten Dose
ke rumah dan memanggil papa dengan sebutan "papa" juga. Kakak ini juga maka
ajak ngobrol sampai saat duduk di kelas 5 SD, Sasa baru tahu kalau i
an. Namun hanya Sasa dan kakak ini saja yang legowo. Ketiga adik Sasa tidak mau terima, begitu p
Hidup orang dewasa itu complicated yaaaa'. Cuma yah, berat juga rasanya waktu denger bisik-bisik dar
istri terus menolak karena tak mau dibilang janda. Papa pun lebih serin
Ia menikah lagi dan menelantarkan kedua istri sebelumn
pulang sama sekali bahkan kami nggak dibiayai. Dan Papa balik lagi ke rumah setelah tinggal 'ampas' doang, se
dari keluarga dengan m
an yang ganjen cowoknya. Aku juga jadi siap sedia sama kemungkinan terburuk di pernikahan aku. Aku nggak mau niru jejak Mama tiriku a
n, Staf accounti
ingin menunjukkan pada semua orang yang selalu meremehkan dan menghina
k terlalu peduli karena semua kebutuhannya tercukupi. Sekolah lancar, barang-barang yang temannya miliki juga bisa ia miliki. Nartie justru marah dan
anak dari istri kedua tapi aku nggak pernah bikin malu dia. Marah banget, kecewa banget, benci banget, aku salah apa? Temanku yang di bawah aku pre
endiri. Satu tahun bekerja, bosnya melihat potensi Nartie dan menyatakan akan membiayai a
nggap beliau dan keluarganya mati. Aku cuma fokus membahagiakan ibuku aja, ibuku saat ini di kampung jadi dia nggak perlu lihat sakitnya aku
adian itu di
lalu tinggi padahal aku bersikap selektif supaya anak aku kelak nggak mengalami hal yang sama, mengalami tumbuh jadi anak yang kehilangan orangtua dan direm
hun, Ibu
n tak lama istri pertama bapaknya meninggal. Keluarga yang diharapkan
lahir dari bapak pelaku poligami dan ibu sebagai istri kedua. Seperti menelan pil pahit, walau tahu itu pahit ya harus
i nafsu yang selalu merasa kurang jika tidak
disi demikian dengan waktu yang cukup lama. Saya maafkan karena tahu bapak pun pusing sendiri dengan istri-istrinya. Saya kasihan padanya sudah tua, ada sakit juga. Saya maafkan bapak dan
tau efek karena bap
hu bapak saya istrinya dua. Sayangnya, bapak pun tidak mampu memberikan contoh dirinya sebagai suami pelaku poligami yang (mungkin) baik. Jujur, setelah menikah pun saya tidak mau dipoligami oleh su
tahun,
ika papa Irna memutuskan untuk punya istri yang keempat. Istri keempat ini ingin menguasai semua harta papa Irna. Ia meneror, menelepon, dan hampi
h saya benci papa di saat saya susah bahkan pernah makan nasi cuma sama kecap. Apa papa tau penderitaan saya ? Di saat saya lapar ? Di saat anak-anak lain dijemput sepulang sek
ejadian it
saya bisa hidup susah sampai jadi sarjana tanpa papa. Padahal papa loh orang tua saya. Saya jadi keras kepala dan temperam