perceraian
selama bertahun-tahun. Namun, hujan kali ini terasa berbeda. Aku menikmati dingin
air itu menjadi simbol rezeki. Kehidupan tetap berjalan
an juga pakaian yang kukenakan. Aku merindukan sofa, secangkir kopi, dan buku yang ingin kubaca. Itu sebabnya, sesampai
ngumpulkan titik-titik embun di jendela. Kusentuh kaca jendela dan kugerakkan telunjuk di sana. Kucoba menulis
eh. Kamu berdiri dengan kedua tangan berada di saku celana. Tubuhmu setengah bersa
sal tidak segera berpakaian. Namun, sebenarnya aku tidak salah. Ini rumahku.
: Meneguk
i. Aku baru ingat kuncinya memang belum kamu kembalikan padak
untukmu, dan satu cangkir kopi dengan sedikit gula untukku. Kuletakkan can
skan menunggu penjelasanmu. Kupandangi cangkir kopi yang mengepulkan uap. "Apa kabarmu?"
i cangkir kopi ke wajahmu. "B
ahu. Perempuan tidak suka dianggap gemuk. Berat badanku m
iku. Kurasai hangat cangkir kopi itu. Kamu berdeham. Mungkin kamu ingin membuatku mengalihkan perhatian dari cangkir ini kembali padamu. Nam
diam saja. Untuk apa kamu
kita berpisah dan kulihat kamu makin bahagia, akhirnya bisa kupahami bahwa inilah yan
unggu kata-kata ini. Namun, akhirnya kutahu sesuatu. Aku tidak memb
Wajahmu terlihat tirus. Kantung mata menggayut menunjukkan kamu masih suka me
paknya tidak mengalami kendala yang berarti. Setiap kali bersamaku, mereka tamp
alasan. Mereka baik-baik saja." Aku mengangkat bahu. Sudah kualami masa ketika anak
sedih juga," kataku
galami masa seperti hujan menjelang Imlek. Hujan yang meski menjadi p
lau aku tak bisa terkena dingin. Kunyalakan sebatang rokok. Kubiarkan asap rokok menyatu dengan uap kopi. Ke
Berenang di
ku bingung. Mengapa aku harus membencimu? Bukankah
lain. Semakin lama bersamamu, semakin aku tahu bahwa aku tidak pernah berada di prioritasmu. Tapi aku bisa apa? Atau aku memangnya mau
juga tidak tergoda mengambil rokok milikku. Apakah aku melewatkan banyak hal? Rasanya tidak.
upanku sama pentingnya dengan kehidupanmu. Itu sebabnya, kupikir tak ada yang lebih bijak dari keputusan berpisah ini. L
kah
ngan nada ragu-ragu yang sama dan kekentalan kecurigaan yang sama. "Tidak ada siapa-siapa. Baik itu yang memen
arti ada banyak yang harus diubah." Aku berdeham. Kutegakkan posisi dudukku kemudian kembali berkata, "Bagaimana pun, setiap orang yang memutuskan m
ku menc
Kumatikan rokokku. Kulirik jam dinding dan berkata, "Sudah malam. Anak-a
ta harusnya bisa saling menghidup
iri, tersenyum sekilas lalu melangkah menuju pintu. "Aku
mulai lembaran bar
ahan di bawah guyuran hujan. Hujan yang tak bi