A.M.O.R.E.G.A
anggu tanpa henti sampai tidurnya t
dihantui mimpi-mimpi itu sekali lagi bukanlah hal yang pertama, yang dia mimpikan bukanlah hal baru yang datang menggang
ak akan mengulang kesalahan yang
ng kosong yang justru membuat perutnya
i yang selalu datang, mimpi itu tidak akan membuatnya mati. Ya, dia harus kemba
apa-apa, tapi dia harus mera
ahu diri. Anak ta
gurusmu sehingga membuatku harus kehilangan banyak hal" Suara itu kembali terden
na. Kamu hanyalah
hingga membuat dia muntah dan berl
yang megah, kitchen set yang lengkap, kabinet dan wastafel. Dapurnya hanya sepetak memiliki satu kompor biasa dan
t untuk dirinya sendiri meski jika ditiduri dua o
dur yang tidak memiliki sekat serta kamar mandi tepat di samping tempat tidur, tidak di dalamnya tapi berdamp
rbiasa. Ya, begini lebih baik daripada rumah besar dan megah tapi bagai tak berpenghuni. Selalu saja teriak
nya? Mengapa mereka mengambilnya jika memang hanya untuk
mbenci. Saat berpapasan justru membuang muka padanya. Ibu yang dia anggap sebagai tempat untuk mengadu, melindungi dan memberi kehangatan selalu me
rtimu." Perkataan itu dilontarkan kepada anak yang berumur tujuh tahun. Apa yang dia tahu? Mungkin saja dia tahu bahwa dia anak yang tidak
tidak akan pernah bahagia karena tidak dii
ang telah lalu? Bukankah h
u." Dia memberikan makanan kepada kucing liar yang
terima kasih, mengenduskan kepalanya di bawah kaki Am
tegak dan kasar. Mengeong seorang diri di pinggir jalan seolah meminta pe
aku sudah gelap. Dan langsung tertidur. Bersyukurlah mimpi sialan itu membangunkanku u
akan lagi dia mengulang hal yang sama. K
or kucing daripada manusia tapi tak m
tau apa pun itu. Lebih memilih dipandang aneh
, dia merasa lebih baik begitu. Dijauhi dengan segala keterbatasan kek
as mengelus kucing yang selalu menjadi tema
datang kelamaan. Biasa jug
ja. Biar nganterin bude ke pasar dan ke pan
kukannya nanti ketika bangun, dia pun menco
oga saja mimpi itu tidak l
O.R.
amor