Ketulusan Cinta Amira
jarum infus. Sudut bibirnya terluka. Wajahnya memucat
ia terlihat cemas dengan keadaan gadis itu. Karena dirinya, gadis it
ya tiba-tiba berdering. Dia lalu meneri
ng?" tanya seorang gadi
aktu itu menolong Indah. Saat ini, dia membutu
sudah sembuh, antarkan Kakak ke rumah. Indah
a sampaikan. In
Indah akan m
ngantuk, Indah tidur saja. Sudah, ya,
a,
g sudah membuka mata. "Jangan bergerak dulu. Berbaringlah, kamu ha
idak di sini," ucapnya sembari mencoba mel
mencegah Arumi untuk mencabut jarum infus, tetapi terlam
m saat tubuhnya tidak bisa diajak bekerjasama. Rasa pening kembali menyerang,
rawatan. Tubuhmu lem
a terus ada di
ang dokter tiba-tiba dat
kan khawatir jika melihatmu seperti in
iaya pengobatan ibuku. Kalau aku hanya diam di sini, bagaimana dengan
Mereka lantas membaringkannya di tempat tidur dan
an cemas. "Dok, sebenarnya ap
alu menatap Amira. "Ibunya dirawat di rumah sakit ini. Sudah hampir seb
unya menderita
mi lupa ingatan yang parah. Bahkan, dia sudah tidak menge
yakit itu bisa
k tetap melakukan perawatan walau dia harus bekerja untuk mencari biaya pengobatan.
ukan saja perawatan pada ibunya. Untu
apa Bapak
ang baik. Pokoknya, berikan saja pe
ikl
ira. Ada rasa kagum saat melihat gadis itu. Gadis tangguh
Ruangan yang ditempati Amira memiliki peralatan yang lengkap. Ziy
awab atas kejadian yang dialami Amira. Dia tidak tega m
ejam. Dia masih terjaga. Akhirnya, dia memilih untuk duduk
. Amira memandangnya seraya berusaha u
ak masih ad
itu tidak pantas untuk ditempati olehnya. "Maafkan aku, Pak. Be
ku membiarkanmu dirawat tanpa ada yang menemani. Lagi pu
nya lekat. "M
tidak me
. Dia benar-benar lupa
dis kecil yang di res
aku ingat." Amira menatap Ziyan dan dia akhirnya sad
Waktu itu aku tid
dah menjelaskannya padaku. Dia juga yang memintaku untuk
l itu, dia merasa tenang. Tidak disan
Bapak bisa tahu kalau
ja, aku terlambat mencegahnya untuk membawam
an untuk biaya selama aku dirawat, aku sendiri yang akan membayarnya," ucap
a. Jangan pikirkan hal itu lagi. Sekar
kembali ke sofa. Dia menatap langit-langit sembari berbaring. Sesekali,
ira di tempat tidur. Dia mengetuk pintu kamar mandi, ber
erpapasan dengan Amira yang baru datang. Melihat gadi
, aku
ah, ayo
ku harus kemb
longku. Aku kembali ke sini karena i
m-diam, tetapi dia kembali karena m
mencari ker
tidak akan bekerja
nuhi permintaan putriku? Dia ingin
ra menjenguk ibunya terlebih dulu. Ziyan mengikutinya
uah rumah, Amira berdiri. Dia kagum dengan megahnya rumah yang berd