Hati yang Sedang Berperang
/0/30821/coverbig.jpg?v=efe3bdf48fa5ddadaecd6086a7b2d878&imageMogr2/format/webp)
jarah berabad-abad, dalam cahaya keemasan. Jalan-jalan berbatu dan udara yang sarat dengan tradisi menjadi saksi
egangan terasa nyata. Nasuh Aslan Asian, kepala keluarga, duduk di ujung meja sarapan, tatapannya tegas dan sikapnya memer
a saja sudah membuat kakeknya kesal. Meskipun berdarah Asian, bagi Nasuh, dia akan selalu menjadi noda pada kehormatannya, bukti nyata dari aib k
ngan benar?" kata Nasuh dingin ketika Bahar
Bahkan ayahnya, Faruk, yang tetap diam, takut menentang wasiat ayahnya. Zehra, bibinya, adalah
n-tahun absen. Emir Demir keluar dari mobil yang membawanya kembali ke Midyat. Jantungnya berdebar kencang, bukan karena kegembir
bagaimana nama Demir telah ternoda oleh orang-orang Asia. Menurutnya, kematian orang tuanya dalam kece
meluknya erat dan berbisik dengan campuran cinta dan tekad, "Sekar
unya, yang wajahnya hampir tidak dapat diingatnya dengan jelas. Ia tidak kembali karena nostalgia. Ke
makam orang tuanya, ia mengusap batu dingin itu de
aran," bisiknya. "Dan aku
dalam diam. Ia tahu amarah Emir sangat dalam, tetapi
tahu bahwa kehadiran Demir muda membawa bahaya. Namun, kekhawatiran terbesarnya tetaplah keluarganya sendir
menikah. Hakan Ersoy a
untuknya, tetapi Faruk hanya menundukkan kepalanya, dikalahkan oleh kelemahannya sendiri. Bahar tidak dapat menerima takdir yan
sebuah surat yang ditulis sebelum kematiannya. Kata-kata itu adalah jeritan keputusasaan yang terpendam, dan meskipun tidak mengungkapkan
ang tidak diketahui Emir adalah bahwa nasibnya sudah terjalin dengan Bahar, dan bahwa kebencian y