Cinta Berawal Dari Diary
r yang remang. Suara jangkrik terdengar dari luar jend
dalam tas. Sampulnya dingin, seolah menyimpan energii kata-katanya seperti
ak bisa jadi diriku sendiri. Di siang hari aku jadi Arka yang mereka mau. Tapi
nar, Arka punya sisi lain. Ia
a selesai. Mereka akan lihat betapa lemahnya aku. Mereka akan tahu aku bukan Arka
. Tapi kenapa Arka menulisnya seolah itu rahasia yang begitu
njutkan
kat air mancur. Mungkin ini terakhir kalinya aku bis
. Tangannya bergetar
tiga. Air
hkan tahu persis t
kan takut ada yang mendengar isi rah
ry ini ke Arka. Tapi sisi lain, yang didorong rasa penasaran
buat keputusan. Besok malam...
kota memantulkan cahaya kekuningan, menciptakan bayangan panjang di trotoar. Alya
n, menatap sosok yang su
idak ada teman, tidak ada geng penggemar yang biasanya mengelilinginya
a dekat air mancur, persis seperti yang tertulis di dia
ik air mancur yang terdengar. Lal
. Jauh berbeda dari sosok Arka yang dingin di sekolah. Cowok itu menunduk
Bukan sekadar bernyanyi, tapi lebih mirip melampi
ni... ini Arka
lam momen itu, sebuah ranting ke
lanya menoleh cepat, tatapan
s tersengal. Suasana hening beberapa detik, hingga suara
da yang ngi
dengan tangannya,u sekitar taman. Seolah berbicara
amu... kelua
ohon, berharap Arka menyerah dan kembali duduk. Tapi tat
suara Arka terdengar jelas
luar, aku bakal
enelan
n, gima
.Sa
lya berde
.Du
rkeringat, l
.Ti
menyerah. Keluar perlahan dari balik pohon
kebetulan lewat," katan
. "Lewat? Jam segini?
berbohong. "Iya, hehe... aku
langkah mendekat, hingga jarak me
an bo
Matanya refl
atu menyembul dari tas Alya sam
a itu. Alya mencoba menahan, tapi tenaga Arka te
mengalihkan pandangan ke Alya. Ekspresinya sul
ma ini..." suaranya pel
dah bac
ada kata yang bisa k
sia Arka sudah terlanjur ia sentuh...
kali. Angin malam meniup rambutnya yang sedik
sudah siap kalau Arka akan marah, membenArka justru tersenyum t
h baca semua?"
"Maaf... aku ng
seperti mengejek. "Nggak sengaja? Kamu buka, kamu
nya. Kata-kata itu m
rak mereka tinggal satu langkah. Alya b
rbisik, suaranya tenang tapi
uruk tentang aku, daripada kamu
kaca. "Aku... aku cuma penasaran. Aku n
atanya. Untuk sesaat, Alya bisa melihat se
m itu kemb
diary hitam itu ke tangan Alya,
Karena setiap halaman yang kamu bu
ya gemetar saat mener
a Alya berdiri terpaku di bawah lampu taman, dengan jantung
a yang dia
i 6 Surabaya siang itu terasa penuh energi. Dari koridor lantai dua, Alya bisa melihat lapang
usaha menghindar dari kerumunan, tapi tetap bisa menden
n keren aja kalau
antar SMA kan? Duh, nggak
ary itu masih ada di tasnya, tersimpan rapi dalam plastik bening. Sejak membaca
uara langkah cepa
ly
rinya, masih dengan wajah datar yang sulit ditebak. Seragam putih abu-abunya sedikit berantakan,
seketika berd
ntin," ucap Alya cepa
nghentikan langkahnya. "Bisa kita
lewati orang saat istirahat. Suasana sepi di sana... hanya ada pohon f
sekolah. Hanya suara burung dan angin yang terdengar. Arka ber
masih simpan, kan
"Iya. Aku... aku nggak
mar muncul di bibirnya, tapi ju
hu isinya..." Arka berhenti sejenak, menunduk, lalu melan
bah beban di pundaknya. Ia ingin bertanya,
Arka menatapnya lagi
yang aku percaya buat n
k paling populer di SMA 6, yang punya segalanya, justru menaru
linya Alya merasa... dia bukan lag
di meja belajar, namun pikirannya tak bisa fokus ke pelajaran. Diary itu
lalu membuka halaman berikutnya. Tulisan tangan Arka yan
ok itu terlalu banyak rahasia. Ayahku bukan sosok yang sempurna seperti yang dilihat ora
Matanya membesar, memb
ya karena ayahku 'membayar' pihak sekolah, namaku aman. Tapi rasa malu itu masih ada. Kadang aku pengin
enutup diary itu, lalu menatap langi
i selama ini..."
natap mata cowok yang selama ini terlihat sempurna. Tapi kin
ndiri, seolah ingin
a aku yang harus t
tidur. Tapi di kamar Alya, waktu terasa berhenti. Diary itu membuatnya ter
*