icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Dipaksa Menjadi Boneka di Hadapan Istri Palsu

Bab 2 Menikah siri

Jumlah Kata:1846    |    Dirilis Pada: 28/11/2025

h Sakti pergi subuh tadi, Anjani nggak bisa tidur. Dia cuma duduk di dipan kamarnya, memegang jaket kulit Sakti

ara mencapainya terasa salah. Sakti kehilangan rumahnya, ancamannya ke Papanya itu pasti bakal

t kamu!" Suara Mbak Rini, salah sat

ntal dan membuka pintu. Di tangannya, Mbak Rini memegan

nggak pesan apa-apa,"

i dari Tuan Sakti. Buruan

ak berlebihan. Kainnya jatuh lembut, pas banget buat upacara kecil. Di tas belanja yang lain, ada sepat

erlu hadir. Aku jemput jam 4 sore. Aku tahu kamu takut, tapi ini

pat mikirin detail kecil ini. Gaun ini, bukan gaun pengantin mewah dari desainer mahal, tapi

an apa-apa, tapi sentuhan tangan anak-anak itu memberinya kekuatan. Mereka adalah alasan kenapa panti asuhan ini harus aman, dan kalau

habatnya, Rio. Rio adalah satu-satunya orang yang tahu seluruh cerita. Dia seorang pengacara mud

ut kopinya. "Dalam 12 jam, kamu berhadapan dengan Ayahmu, diusi

u, aku tahu Papaku akan bergerak. Kalau aku nggak ikat Anjani, dia akan cari

enghulu dan dua saksi yang benar-benar bisa dipercaya. Tempatnya di rum

Papaku?" tanya

ke luar negeri." Rio menunjukkan dokumen singkat. "Ini perjanjian pranikah sederhana. Jaga-jaga kalau Hardian menyerang dari

akasih, Yo. Kamu benar-be

h serius. "Dengar, Sakti. Begitu kamu nikah siri, ini nggak bisa dibatalkan seenaknya. Kamu resmi jadi su

Aku memang kehilangan uang, rumah, dan status. Tapi aku nggak ke

hana di rumah Eyang. Aku akan jaga pintu gerbang di Jakarta. Aku cuma butuh satu hal, janji sama aku: begitu kakek ka

janji

sport mewahnya yang biasa, tapi dengan mobil Rio yang nggak mencolok. Sakt

un putih itu, semua keraguan Sakti hilang. Dia can

" sapa Sakti lembut,

," balas Anjani, pi

tu diisi dengan obrolan ringan, tapi di balik tawa kecil mereka, ada ketegangan ya

. Sebuah rumah kayu bergaya lama yang dikelilingi kebun rind

at, khidmat, dan penuh haru. Nggak ada kemewahan, nggak ada pesta besar,

edih, tapi karena rasa syukur yang meluap-luap. Di tengah semua ancaman dan tekanan, dia kini

ng dibeli Sakti di pinggir jalan. Cincin perak tanpa berlian, tapi bag

lentino," bisik Sakti, me

erat. "Terima kasih sud

senja yang merayap turun. Rio dan para saksi sudah pamit, meninggal

pundaknya seolah terangkat. Mereka berhasil

kkan di meja bergetar hebat. Nomor

"Pasti dia mau marah l

angan biarkan dia berpikir dia menang

ngambil ponselnya de

uara yang tercekat, nyaris menangis-suara yang ngg

h parah dari kemarin. Dia di ICU sekaran

g. Dia melompat berdiri, wajahnya tega

nya waktu kurang dari 24 jam kalau nggak ada transplan

akti memutus panggilan, l

anya Anjani, ikut berdiri,

nta maaf. Ini... ini nggak bisa ditunda. Tolon

saat ponselnya bergetar lagi. Ka

Kakekmu butuh donor jantung. Tiba-tiba ada donor. Tapi ada sy

Ayahnya pasti tahu tentang pernikahannya, tapi kena

malam pertama mereka sebagai suami istri, dengan sebuah janji yang ba

wajah mereka tampak kacau dan rapuh. Untuk pertama kalinya, Sakti melihat Papanya ngg

ek?" tanya Sakti,

egera dioperasi, Sakti. Jantungnya nggak kuat lagi." Hard

n itu, Pa? Donor

slinya yang keras. "Kamu tahu Tuan Wijaya? S

"Tahu. Beliau ba

pi sebelum meninggal, beliau buat surat wasiat dengan syarat yang nggak masuk akal." Hardian menatap Sakti

kecil, yang sering bermain dengannya di rumah Kakeknya. Gadis yang sela

enapa harus aku?" Sakti nggak pe

arga Valentino. Dia nggak percaya uang, dia percaya ikatan keluarga!" Hardian mencengkeram bahu Sakti. "Ini bukan lagi soal bisnis, Sakti. Ini tentan

jani, berjanji untuk menjadikannya satu-satunya. Sekarang

gak bisa menikahi Mala! Aku

u pikir kamu menang. Tapi kamu salah. Aku nggak membatalkan donasi panti asuhan itu, bukan karena ancamanmu soal rahasia bi

akan pastikan gadis panti asuhanmu itu, si Anjani, akan hilang dari muka bumi ini. Aku akan buat dia seolah nggak pernah ada. Kamu

a Kakek dan Anjani. Dia harus memilih antara nyawa Kakeknya dan kesela

bar di dadanya. Dia baru saja bersumpah setia. Ki

i Mala. Tapi ingat, ini bukan pernikahan. Ini adalah perj

ngan baik, Sakti. Sekarang, ayo kita temui Mala dan keluarganya. Malam ini j

yang baru terucap, dan ciuman di bawah senja, semuanya terasa seperti mimpi yang baru saja dia han

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka