Dipaksa Menjadi Boneka di Hadapan Istri Palsu
h Sakti pergi subuh tadi, Anjani nggak bisa tidur. Dia cuma duduk di dipan kamarnya, memegang jaket kulit Sakti
ara mencapainya terasa salah. Sakti kehilangan rumahnya, ancamannya ke Papanya itu pasti bakal
t kamu!" Suara Mbak Rini, salah sat
ntal dan membuka pintu. Di tangannya, Mbak Rini memegan
nggak pesan apa-apa,"
i dari Tuan Sakti. Buruan
ak berlebihan. Kainnya jatuh lembut, pas banget buat upacara kecil. Di tas belanja yang lain, ada sepaterlu hadir. Aku jemput jam 4 sore. Aku tahu kamu takut, tapi ini
pat mikirin detail kecil ini. Gaun ini, bukan gaun pengantin mewah dari desainer mahal, tapi
an apa-apa, tapi sentuhan tangan anak-anak itu memberinya kekuatan. Mereka adalah alasan kenapa panti asuhan ini harus aman, dan kalau
habatnya, Rio. Rio adalah satu-satunya orang yang tahu seluruh cerita. Dia seorang pengacara mud
ut kopinya. "Dalam 12 jam, kamu berhadapan dengan Ayahmu, diusi
u, aku tahu Papaku akan bergerak. Kalau aku nggak ikat Anjani, dia akan cari
enghulu dan dua saksi yang benar-benar bisa dipercaya. Tempatnya di rum
Papaku?" tanya
ke luar negeri." Rio menunjukkan dokumen singkat. "Ini perjanjian pranikah sederhana. Jaga-jaga kalau Hardian menyerang dari
akasih, Yo. Kamu benar-be
h serius. "Dengar, Sakti. Begitu kamu nikah siri, ini nggak bisa dibatalkan seenaknya. Kamu resmi jadi su
Aku memang kehilangan uang, rumah, dan status. Tapi aku nggak ke
hana di rumah Eyang. Aku akan jaga pintu gerbang di Jakarta. Aku cuma butuh satu hal, janji sama aku: begitu kakek ka
janji
sport mewahnya yang biasa, tapi dengan mobil Rio yang nggak mencolok. Sakt
un putih itu, semua keraguan Sakti hilang. Dia can
" sapa Sakti lembut,
," balas Anjani, pi
tu diisi dengan obrolan ringan, tapi di balik tawa kecil mereka, ada ketegangan ya
. Sebuah rumah kayu bergaya lama yang dikelilingi kebun rind
at, khidmat, dan penuh haru. Nggak ada kemewahan, nggak ada pesta besar,
edih, tapi karena rasa syukur yang meluap-luap. Di tengah semua ancaman dan tekanan, dia kini
ng dibeli Sakti di pinggir jalan. Cincin perak tanpa berlian, tapi bag
lentino," bisik Sakti, me
erat. "Terima kasih sud
senja yang merayap turun. Rio dan para saksi sudah pamit, meninggal
pundaknya seolah terangkat. Mereka berhasil
kkan di meja bergetar hebat. Nomor
"Pasti dia mau marah l
angan biarkan dia berpikir dia menang
ngambil ponselnya de
uara yang tercekat, nyaris menangis-suara yang ngg
h parah dari kemarin. Dia di ICU sekaran
g. Dia melompat berdiri, wajahnya tega
nya waktu kurang dari 24 jam kalau nggak ada transplan
akti memutus panggilan, l
anya Anjani, ikut berdiri,
nta maaf. Ini... ini nggak bisa ditunda. Tolon
saat ponselnya bergetar lagi. Ka
Kakekmu butuh donor jantung. Tiba-tiba ada donor. Tapi ada sy
Ayahnya pasti tahu tentang pernikahannya, tapi kena
malam pertama mereka sebagai suami istri, dengan sebuah janji yang ba
wajah mereka tampak kacau dan rapuh. Untuk pertama kalinya, Sakti melihat Papanya ngg
ek?" tanya Sakti,
egera dioperasi, Sakti. Jantungnya nggak kuat lagi." Hard
n itu, Pa? Donor
slinya yang keras. "Kamu tahu Tuan Wijaya? S
"Tahu. Beliau ba
pi sebelum meninggal, beliau buat surat wasiat dengan syarat yang nggak masuk akal." Hardian menatap Sakti
kecil, yang sering bermain dengannya di rumah Kakeknya. Gadis yang sela
enapa harus aku?" Sakti nggak pe
arga Valentino. Dia nggak percaya uang, dia percaya ikatan keluarga!" Hardian mencengkeram bahu Sakti. "Ini bukan lagi soal bisnis, Sakti. Ini tentan
jani, berjanji untuk menjadikannya satu-satunya. Sekarang
gak bisa menikahi Mala! Aku
u pikir kamu menang. Tapi kamu salah. Aku nggak membatalkan donasi panti asuhan itu, bukan karena ancamanmu soal rahasia bi
akan pastikan gadis panti asuhanmu itu, si Anjani, akan hilang dari muka bumi ini. Aku akan buat dia seolah nggak pernah ada. Kamu
a Kakek dan Anjani. Dia harus memilih antara nyawa Kakeknya dan kesela
bar di dadanya. Dia baru saja bersumpah setia. Ki
i Mala. Tapi ingat, ini bukan pernikahan. Ini adalah perj
ngan baik, Sakti. Sekarang, ayo kita temui Mala dan keluarganya. Malam ini j
yang baru terucap, dan ciuman di bawah senja, semuanya terasa seperti mimpi yang baru saja dia han