Istri sang Tuan Muda Lumpuh
/0/30175/coverbig.jpg?v=20251204073637&imageMogr2/format/webp)
ngu
ipis di antara sadar dan tidak. Suara itu begitu keras, seperti datang
menampar pandangannya, membuatnya menyipit. Dengan sisa tenaga, ia berusaha men
ihnya dalam hati, satu tangan ter
, berkulit putih, mengenakan kemeja yang tampak rapi meski beberapa kancing terlep
a di surga? pikirnya kacau, pandangannya masih kabu
n: sebuah mobil hitam, dua pria asing, dan rasa takut yang menyesakkan.
hangat. Dia pasti penghuni surga yang menemani aku tidur semalaman. Orang-orang jahat itu pasti sudah berhasil
ita bodoh
, menatap kosong. Dalam pikirannya yang setengah kabur, ia s
a akan memberikannya secara cuma-cuma, tanp
uduk, namun gerakan itu membuat kepalanya kembali berdenyut heba
dengar
Terus apakah di surga boleh berkata-kata kasar seperti itu?" tanyanya polos, dengan nada yang ter
g kamu maksud adalah surga dunia, tentu saja k
ulang lirih, masih berusah
salah satunya,
perlahan. Langit-langit putih. Lampu gantung elegan. Tirai besar men
berdebar lebih cepat. Kenapa
gu terangkat, auranya dingin dan berjarak. Pakaian yang ia kenakan-kemeja ma
sembarangan, pik
ara lagi, nada suara
berapa sampai kamu nekat men
dari tempat tidur, meski tubuhnya sempat oleng. Tangannya terangkat
anyak uang. Tapi bukan berarti Tuan bisa seenaknya menghina saya dan merendahku melipat kedua tangannya lebih erat, pandangann
g dari hasil menjual diri daripada dib
ra seperti itu? Saya tidak pernah merendahkan diri saya sendiri dengan c
iring. "Lalu kamu pikir kamu b
a asing sekaligus mengancam. Dinding krem lembut, sprei putih, aroma parfum m
. Dua debt collector mendekatinya, memaksa. Mereka menyeretnya ke seseorang-seora
u!" serunya sponta
Ayahnya yang dipenjara karena uang judi. Kakaknya yang terpaksa bekerja di kapa
pelan. "Pasti sepeda motorku diambil oleh
kamu?" tanya laki-laki itu, suaranya tena
tapan laki-laki itu membuatnya kikuk sej
ya ketus, mencoba terdengar
tenang. Kaki kanannya ia naikkan di atas kaki kiri, menyandarkan tubuh ke sandaran sofa dengan sikap
erus kenapa saya juga ada di sini?!" serang Fyorin. Suaranya terden
!" tambahnya cepat, menunjuk laki-luan membuat wajah dinginnya tampak kontras dengan kulit putihnya. Ada tahi lal
jadi orang biasa, pikir Fyorin, tapi
rsenyum samar, nada sua
adiahi menginap di hotel ini olehnya. Dia pemilik hotel ini. Saya juga seb
t licik, membuat senyum
k percaya. "Te-teman t
aki itu ringan sambi
natap laki-laki itu dengan mata membulat, lalu spontan menutup
aku teman tidurnya?
kapan
alanya. Laki-laki tua buncit itu, tawa menjijik
ggigit
profesi jadi pelacur?
tan itu hanya keluar dalam hati, menahan semua ama
angi dada yang naik turun cepat, berusahkannya tanpa ekspresi. Hanya matanya yang bergerak,
bisik, tapi nadanya mengeras di akhir. Ia menatap tajam ke arah lak
an murahan seperti
hanya menaikka
ada di kamar hotel
n menjawab, tapi lidahnya kelu. Ia sendiri
nya jalan malam, suara tawa ja
-