Menikahi Anak Majikan Yang Buta
n padatnya jalan raya, tak menyudutkan semangat d
yang dulu pernah begitu berjasa da
ah dibantu berkali-kali oleh sang majikan. Akhirnya, saat mendapat panggilan untuk b
sa haus dan laparnya. Tujuannya hanya
Harmoni sedikit mendorong oran
ugh
, rupanya kekuatan Harmoni bisa m
aja, saya tak bermaksud untuk membu
lu sekarang kamu minta maaf? Nggak bisa!" tak disangka, dengan
papun untuk Mas, agar Mas mau memaafkan saya," kata Harmoni semakin memela
melakukan apapun
aya siap!" t
dengan selamat," ucap pria itu tersenyum sinis. Harmoni kaget, dari tad
lau begitu, saya akan segera mengantarkan M
sedikit ragu. 'Apa benar pria ini buta?' batinnya. Tapi Harmoni t
g melaju kencang. Tangan kirinya melambai ke arah jalan, se
," ketus pria itu, saat mendengar
mau ke suatu tempat," jawab Harmoni. Tak lama k
i menuntun tangan pria itu dan
elaju, hingga tiba di depan s
ikut masuk, ya?" tawar pria d
Harmoni menolak halus tawaran itu. Dia hanya bisa menatap pria
uh, kok aku bisa lupa, sih?" kata Harmoni setelah
ta Harmoni lesu
ya keman
ri sesuatu di dalam tasnya. Kertas yang bertuliskan alam
di. Pak, kita putar balik, ya. Saya mau cari di titik aw
, Mb
****
iri. Dia lalu masuk taksi tadi, dan menyerahkan selembar sobekan kertas bert
Dia heran, sopir taksi itu menghentikan taksiny
bak kasih itu, memang di
lamatnya di sini, kita nggak per
, Mb
**
i melangkah pelan mem
ng wanita yang sepertinya
ini atas panggilan Pak Handok
ak wanita itu, lalu melangkah dan diikuti oleh Harmoni. Har
da seorang pria setengah baya yang terlihat sangat berwibawa. Nyali
n, saya Handoko, majikan Ibu kamu dulu." Pak
ak Handoko. Sungguh tak pernah terbayang dalam benak Harmoni
ud saya, setiap ada ART baru, pasti ada saja barang atau uang hilang. Saya tak asal tuduh, rumah ini memiliki CCTV yang ta
seperti Ibumu. Jujur dan amanah," sambung Pak Handoko sambil ters
uh ke sini memang untuk mengga
kenalkan kamu dengan orang-orang yang
di sini, juga?" tanya H
yang
tadi bersam
ersama siapa, Harmoni,"
ang." Harmoni menunduk, sedikit malu tel
ghuni rumah." Pak Handoko berdiri, lalu me
mu istirahat juga, dulu. Bawa barang-barang
a,
***
mah orang lain. Dia menyangka hanya dirinya yang menjadi ART di
gal di rumah ini, ya?" tanya Ha
xa, Aden Ridho, Aden Ihsan, Non Naomi, dan Non Friska, Neng,"
boleh bertanya, saya memanggil Ibu,
sini ART-nya memiliki bagian masing-masing, l
bagian apa, ya, Bu?" t
erluan salah satu dari anak Pak Handoko, deh, Neng. Seperti Ibun
Ibu saya?" tany
anget, kesayangannya Pak Handoko dan
. Kapan mau dibawa ke ruang makan?"
ra dong, Neng. Bantuin Ibu
" Harmoni bertugas memba
sam