Tingkat Nol Cinta, Bagian 2
/0/29835/coverbig.jpg?v=14fa1fa549d29e31b691554557a0e9f7&imageMogr2/format/webp)
ak tidur
jam, kaki disilangkan dan tangan digenggam, menatap pintu kamarnya yan
tifisial. Jam menunjukkan pukul 2:58 pagi. Layar tabletnya masih menyala, menampilkan kode yang belum selesai d
berminggu-minggu. At
berjanji akan menunggu, akan tetap pada rencana. Tak akan gegabah. Tapi jauh di lubuk hatin
bukan tentang tak
usan p
timur sempat mengalami gangguan fokus singkat selama protokol pemeliharaan pukul 03.40. Detail teknis yang tampak
Pakaian fungsional, tanpa tanda. Ia mengepang rambutnya tinggi-tinggi dan menyelipkan perangkat mikro ke dalam saku dalam s
mega." Ia memiliki otorisasi yang tepat. Otorisasi yang telah ia buat beberapa hari sebelumnya dengan akses sementara.
elas detik untuk aktif. Cukup waktu untuk ber
tidak mel
konsol sekunder dalam keadaan siaga. Antarmuka berkedip biru pucat. Ada sesuatu ya
a akses yang dimanipulasi, pengalihan lalu lintas internal, bukti tidak la
ikn
k Br
h berpikir mereka bisa menci
4%," bacanya di layar, dengan s
di jari-jarinya. Di pangka
s. Tetap k
. Namun di saat yang sama,
nya untuk di
abilitas dengan imbalan kebisuan. Untuk perempuan muda yang pernah bermimpi membuat peru
kembali." Suara itu bukan tembakan. Melainkan ra
lahan. Ia tahu itu
n Iri
inya dengan ekspresi yang nyaris klinis, seolah ia adalah fenomena yang patut ditel
ewati batas sejak lama," jawab Lucía,
tak b
g akan melakuka
k berkat
latih untuk melawan," tambahnya, dengan nada melankolis dalam sua
elakangnya
menyimpannya tanpa tergesa-gesa. Ia menatap Julián dengan lebih
menghen
dari yang seharusnya. Lalu ia menggel
k har
ni
nap
" katanya, suaranya bergetar, nyaris tak terden
rtanya siapa
u. Dari rasa lelah yang tak
a selama beberapa detik lagi, mencerna apa yang baru saja dilakukannya. Ia tak merasa
i bagian dar
lagi
utusan. Sadar. Sendi
, ia telah men
gerti. Tida
rkanku pergi karena belas kasih, sebagai strategi... atau karena di suatu tempat jauh di lubuk ha
Aku melihatnya gemetar di dalam. Hanya sesaat, nyaris tak berdenyut, tetapi itu ada di sana. Dan aku bertan
lewat. Karena dalam diriku, ia meli
ercaya aku
ng terinfeksi loyalitas palsu ini? Dari Bruno
etahuinya dengan kepastian yang brutal: tak ada jalan kembali. Bukan
enatapku, sesaat, aku
sa diper
ebagai
a sebagai
seseorang yang mem
ni, hal paling berbahay
ewati cermin keamanan. Dia berhenti s
li wanita yang
menghor