Dangerous Feeling
aine
radaannya, aku pun segera menghampirinya
ini, sebab dari sudut ruangan ini aku bisa melihat matahari terbe
Hay
kali rasanya,mengingat antara aku dan dia yang sudah tak sal
pi kesukaanmu ra, minum
ntik berwarna hijau muda, ya dia selalu tau apapun kesukaanku terkecuali hatiku, dia tak pernah m
Ah
akkan kopi di atas meja dengan perlahan, takut bilamana pecah karna terjatuh dari genggamanku, bisa-bisa
makin berb
hku. Entah untuk keberapa kalinya aku tersipu malu di buatnya, dia sel
rti dengan perkataannya, aku menc
i senyumanya itu, senyuman yang dulu selalu berhasil membuat
rayuannya, mencoba mencairkan suasana canggung yang entah
elaskan sesuatu yang tidak seharusnya di bahas kembali. Suasana kembali canggung sebelum
aku bukan sesuatu yang penting untuk kamu pikir
ungkin ia baru menyadari telah mengabaikanku selama ini. Aku tersenyum getir mendengarny
sahi jendela yang kini sedang ku tatap, diluar sana langit tampak gelap gulita, kurasa langi
Damian, kamu urus saja masalahmu " Jelasku dengan s
rpaksa, aku memang bodoh. Maafkan aku Elaine " Suara
nah bisa aku lupakan, kamu mengabaikanku tanpa tau hatiku sanga
nah bertemu setelah kejadian hari itu, dia marah kepadaku karna kamu mengabaikannya, dan tepat satu tahun setelah itu akhirnya Marcel bersama zie sah
a pada Marcel, padahal kamu sendiri tahu kan hatiku untuk siapa? " Tanyaku padanya namun ia tak menjawab, aku terkekeh meli
lelaki idamanku, aku menolaknya berkali-kali, setelah itu aku tidak tau apa yang terjadi antara mereka berdua, terkadang aku melihat mereka tidak saling sa
hun yang lalu ingin sekali aku mengatakan ini langsung tapi kau tahu? Aku tidak punya keberanian sehebat itu " Jelasku dengan suara samar-samar, namun tegas. Aku sudah tidak bisa lagi menahan gejolak rasa yang ingin membua
ta yang sebenarnya, dan aku mohon, tunggu aku sampai aku benar-benar bisa mencintaimu Elaine, " Jelasnya dengan sempurna. Membuatku ma
tuk tidak menjatuhkan setetes air mata di hada
enganmu lagi? Atau kamu memang suka mematahkan hati perempuan?!! " Ucapku tegas, sedikit keras kepadanya, meminta penjelasan layaknya seorang kekasi
-benar menyukaimu, namun sebatas suka belum cinta " Ujarnya yang me
m hidupmu, kau menjadikanku bahan pelampiasan, tanpa aku sadari saat itu dengan bodohnya aku malah semakin terjerat oleh rasa yang ambigu itu! Lalu saat itu kamu
tidak bisa berbuat apapun kecuali menyetujui permintaannya untuk mendapatkankan dirimu, pada saat itu juga aku merasa kesal dan cemburu, tapi aku bisa apa? Di satu sisi dia adalah sahabatku dan kau adalah orang yang
jelas, aku hanya menatap lantai.mencoba menyembunyik
pulang " Aku hanya tersenyum, mengakhiri segala keraguanku. Menyudahi pertemuan ya
indunya, dan kini aku hampir mati di tikam oleh perasaan yang kuciptakan sendiri ta
u memberiku kesempatan untuk