Suamiku Menghamili Sahabatku
Nadia, seperti biasanya, penuh urgensi. Kara menelan ludah, mencoba menenangkan diri. Ia t
dengan suara yang lebih ten
yang berbeda. "Kara... aku baru saja dengar kabar dari ibuku. Ryan terlihat
, Nad. Tapi aku sedang mengendalikan s
Kara. Aku bisa merasakannya. K
ri mulai mengambil alih. Senyuman Ryan, perhatian kecilnya, bahkan candaan yang ringan, semuanya terasa begitu n
di sebuah restoran kecil yang tenang. Saat Kara sampai, Ryan sudah
ang," katanya, senyumnya me
k di depannya. "Aku senang
baru reda. Namun, secara perlahan, topik berubah lebih pribadi. Ryan mulai bercerita tentang p
nar," katanya, menatap jendela. "Aku ingin menikah lagi, tapi ak
, membuatnya merasa terhubung lebih dari yang seharusnya. Setiap kali Ryan menatapnya, Kara merasakan g
diri. Sentuhan tangan Ryan saat menyodorkan gelas air, tatapannya yang han
a yang sedang terjadi padanya? Apakah ia mulai jatuh cinta pada pria yang seharusnya hany
ada suaranya yang berbeda, bahkan cara Kara menatap ponsel saat Ryan mengirim pesan. Semuanya menunjukkan bahwa Kara mu
. Kita melakukan ini demi sesuatu yang lebih besar. Aku butuh kamu tetap fokus. Jangan biarkan hatimu berma
dia benar. Tapi setiap kali membayangkan senyum Ryan, cara ia
ba, Ryan sudah menyiapkan meja makan di teras belakang rumah, dengan lampu-lampu kecil yang meneba
," kata Ryan sambil tersenyum. "Ha
a-kata Ryan membuatnya canggung sekaligus tersentuh. Ia me
edekatan mereka. Ryan bercerita tentang masa kecilnya, tentang kenangan bersama mantan istrinya ya
tegi. Ia adalah pria yang nyata, dengan luka dan kerentanannya sendiri. Dan yang pal
ra... aku senang kamu ada di hidupku. Aku tidak tahu kenapa, tapi aku
pertahanannya. Ia tahu, ini adalah titik kritis. Perasaan yang seharu
menenangkan diri, tapi bayangan Ryan terus menghantui. Setiap senyuman, set
fe. Nadia langsung menatap Kara dengan serius. "Kara... aku
gkan diri. "Aku... aku tidak tahu, Nad. Rasa
alikan ini. Jangan sampai perasaanmu membuat kita gagal. Ini bukan hanya tent
saan yang tumbuh dalam dirinya terlalu kuat untuk diabaikan. Hatinya
kan niat calon istrinya, dan semakin sering menghubungi Kara untuk berdiskusi tentang hal-hal pribadi. Kara menyadari bahwa strategi mereka berhasil-tapi keberhas
ngan mereka saling bersentuhan saat membuka pintu. Tatapan mereka bertemu, dan dalam sekejap, waktu seolah ber
dekat?" Kara bertanangan di matanya. "Tidak, Kara.
yadari satu hal: strategi awal mereka telah berubah total. Permainan yang awalnya tampak sederhana kini beru
au. Ia tahu, setiap langkah berikutnya bisa menentukan nasib mereka semua-ryan, Nadia, dan diriny
emegang payung dengan satu tangan dan ponselnya di tangan lain. Pikiran-pikiran tentang Ryan terus menghantui. Ia tahu, setiap deti
kopi panas. Wajahnya tampak rileks, senyum tipisnya menyambut Kara. Namun di balik senyum itu, ada ses
di depannya. "Hujan semalam membuatku tidak bisa tidur. Aku
ya yang berdetak kencang. "Aku senang bisa menemani, P
Ada rasa penasaran, ada keraguan, dan ada ketertarikan yang jelas pada Kara. Kara mencoba
kan, Kara mendengarkan dengan seksama. Ia mulai memahami sisi rapuh pria itu, sisi yang t
dengan serius. "Kara... aku ingin jujur. Aku merasa nyaman saat bersamamu. Aku... t
nan dirinya. Ia tahu, ini adalah titik kritis. Rencana yang awalnya hanya st
agi sebatas formal. Suatu malam, Nadia mengirim pesan panjang: "Kara, aku bisa merasakan perasaanmu mulai memengaruhimu. Jangan sampai ini menghancurka
kali membayangkan senyum Ryan, semua terasa begitu nyata, begitu sulit dihindari.
entang hal-hal kecil, bahkan hal-hal pribadi yang seharusnya tidak perlu diketahui oleh seorang "strategi".
a dokumen dan buku lama. Saat Kara masuk ke ruang kerjanya, ia melihat Ryan
Ryan sambil tersenyum. "Aku tidak tahu a
bulkan getaran yang tak bisa ia kendalikan. Saat mereka bekerja bersama, tangan mereka beberapa kali
menatapnya dengan serius. "Aku merasa... aku m
n membantu, Pak Ryan," jawabnya pelan, tetapi hatinya terasa hancur. Ia tahu, setiap kat
ati Kara, badai sedang terbentuk. Ia sadar, setiap langkah yang ia ambil semakin jauh dari strategi awal.
ang ke apartemen Kara. Wajahnya s
"Aku tahu kamu mulai terjebak. Aku bisa melihatnya. Setiap pertemuan dengan Ryan,
aku tidak tahu harus bagaimana, Nad. Rasanya
entang rencana kita, tentang keluarga yang ingin aku lindungi. Kalau perasaanmu menguasai dirimu, semuanya bi
tahu Nadia benar, tapi bagaimana mungkin ia bisa
ak memberi ruang. Ia mengirim pesan singkat sepanjang hari, menanyakan kabar Kara, mencer
lembut, penuh kehangatan. "Kara... aku i
menjadi titik kritis lagi. Tapi ia juga tahu, ia tidak bi
ak bisa berhenti memikirkanmu. Aku tahu ini aneh, tapi aku mera
nya. Ia tahu, perasaan yang tumbuh dalam dirinya bukan lagi sekadar str
ang diambilnya semakin jauh dari strategi awal. Persahabatan dengan
i kota. Ia tahu badai baru sedang terbentuk-badai yang akan menguji moral