Warisan Rahasia Ayahku
/0/28653/coverbig.jpg?v=4f477156a4117dcd43622329613b127a&imageMogr2/format/webp)
n Ravina Aleysha Pratama. Langit kelabu menggantung muram, s
enteri Kesehatan, ditangkap oleh Komisi Antikorupsi. Potongan gambar ketika sang ayah digiring k
iliunan rupiah yang melibatkan manta
l
kan televisi
terlalu me
u seperti pisau yang menus
ng selalu mengajarinya untuk hidup jujur, bekerja ker
ersama nama baik keluarga Pratam
bergetar ketika ia menatap surat pemecatan ya
uhkan izin praktiknya sementara "samp
edokteran bukan tempat yang mudah bagi seseoran
bergetar
. Sebagian besar da
esan ke
ra satu keluarga!", dan "Jadi dokter cuma numpang
dadanya sesak. Ia tida
ling ia hormati di rumah sakit tempatnya
rja. Tapi Direktur baru ingin bertem
t bibir bawahny
i rumah sakit swasta ternama di Jakarta. Orangnya disiplin, kera
ina tahu - pertemuan itu
sakit tempat Ravina b
lambat, tapi karena semua
ngkahnya sejak ia melang
a bangga kini terasa seperti beba
knya Menteri
psi itu. Tapi dia masih
malu,
erdengar cukup je
as erat-erat, berusaha berjala
ndra Arsatama, M.D., Ravina menarik napas panjang
a berat dari
atu rak buku besar di sisi kanan. Di balik meja, seorang pria berdiri m
elamat pagi, Pak. Saya Ravina Ale
ud
tegas, datar,
a kayu besar itu. Baru ketika pria itu berbalik, Rav
tatapan dingin yang seolah bisa menembus
n ketika mata mereka bertemu, Ravina mer
tanya pelan. "Anak dari
tidak b
skan sebuah fakta ya
Tapi say
menayangkan namanya. Dan kamu masih dat
nya tajam,
ini, Pak. Saya tidak terlibat dala
i rumah sakit ini sedang dipertaruhkan. Banyak pasien menolak ditangani
ya seperti
gerti, Pak. Tapi saya di sini untuk bek
utar meja, kini ber
engan sorot mata yang sulit diartikan. "Kau
a ter
a Darian berbicara-dingin, merend
, Pak," ujarnya akhirnya, menahan
i sini tidak membawa masalah pribadi k
tekanan publik, pintu k
lebih dalam darip
ahang mengeras. "Saya tida
ukis di bibir pria itu.
rikutnya ber
anya, seolah ingin membuktikan pada seluruh d
cibiran datang
ultasi. Katanya dia gak mau ditangani sama kam
i tangannya. "Bilang saja tidak a
sudah pasien kee
"Tidak masalah, Lila. Aku ma
ng bedah pun, keten
rasi, mengawasi setiap gerakannya dengan ta
am pengambilan keputusan, suaranya ak
rasi, dr. Ravina. Keragu
menahan
ia tahu melawan hanya
Ravina meninggalkan rua
berbisik pelan
n ekspresi datar, seolah tidak sadar bahwa setiap
nnya, memandangi lampu-lampu kota. Tangann
ni dari media, meminta wawancara
u, menunduk, dan membi
i bukan
seolah bersatu u
suara ketukan keras
ru menghapus air mat
i sana membuat jantu
ahendra
dokter, rambutnya sed
a hampir bergetar. "Ada
cara," jawab
pnya curiga.
tadi. Aku ingin me
kenapa, sorot mata pria itu malam ini berbeda. Tidak
suk," katan
jasnya, menatap sekelil
yangkan dari seorang ana
sudah bukan menteri. Dan aku tid
ma. "Tapi dunia tidak akan berhen
kan sinis, tapi pelan...
h. "Tapi aku tidak bisa terus
ama, lalu menata
sanya," ucap
, bingung. "Ap
arah hujan di luar sana, seolah ada masa lalu
ri pria itu - bukan direktur dingin yang selalu me
p lama sebelum Dari
kukatakan. A
Dar
ahatlah, dr. Ravina. Kau akan butuh tenaga
berdiri di tengah ruangan, hatinya berdebar d
yang lain... sesuatu yang tak s
tu tak berakhi
lagi. Kali ini dar
Aleysha
g terdengar bera
yang menjebaknya... adalah orang ya
nya m
maksu
ri, sebelum semu
on te
ar ponselnya lama,
- nama yang baru saja meninggalka
ahendra
lam itu, sem
tersisa dalam hi
ar bercampur dengan rasa ingin tahu, dan sebuah malam yang kela