Menantu Menjadi Madu
lu ini, lalu kucium punggung tangannya. Tak lupa
n, atau koper untuk tempat baju gantinya, itu artinya Mas Irsan tidak mengina
erasa tak dicintai, dan tak cu
anya. Mas Irsan mengambil ge
engan mengulas senyum. Senyum y
r saja Mas," tawarku padanya,
arku, kamar yang pernah menjadi sak
mudian berlalu dari hadapan Mas Irsa
amar Papa, satu di dapur, berbeda dengan rumah Ma
akaian, kudekati Mas Irsan
tanyaku pelan, sambil mele
emasukan gawai kekantong celananya Ke
rani mengambil keputusan s
an Mas Irsan,
bisiknya pelan di telingaku, b
kembali ke neraka itu, lebih baik kulu
k mau Mas
nnya, dia merubah posisi dudu
mu, Ibu juga kasihan nggak ada yang ngur
ian orang kaya, kalau hanya menggaji
asihan dia kesepia
u agar mau tinggal di rumah itu, dan demi mengurus Ib
san amarahnya saja. Entah terbuat dari apa hati Ibu mertuaku itu?
siapa yang melakuka
ah dan s
nggak panggil mer
Fix mereka menganggapk
reka tidak hanya satu orang, tapi aku? Semua pekerjaan aku lakukan sendiri, b
sa melakukannya di
modelnya begini? Kenapa dia n
a dan Cica, lagi pula rumah ini tidak sebesar rumahmu, dan
mereka, lanjut nyapu, ngepel, mencuci dan menyetrika, setelah mereka semua
jaan berat yang kulakoni, bukan me
ara Ibu melengkin
u cuci nggak sih?! Gitu aja nggak be
terlalu banyak untuk kukucek sendiri. Namanya mesi
i mesin cuci jadi nggak l
nya mahal! Makanya jangan
salahkan, lagi pula itu hanya da
rahnya, seisi rumah bersikap masa bodoh dan tidak
a, lagian dia mulai sering sakit-sakitan," ucap Mas Irs
mnya makin meraja l
, harusnya kamu menikah dengan
ong, Yang...masalah sepele t
Ya Tuhan.... dasa
agar merubah sikapnya," ucap
di maki di depanmu, kamu dia
akan berusah
h itu pun dia mengatakan hal yang sama, tapi kenyataannya? Dengan bertolak pinggang dan m
endengar jan
ak kamu nyerah git
tuk Ibu. Sepuluh bulan bukan waktu singkat Mas. Selama itu pula aku hanya berku
Maaf," kataku panjang lebar. Lega rasany
mau berangkat kerja, sudah tiga bulan sejak ikut M
i, nanti yang me
Mas Irsan pulang, jemput aku se
n rumahku searah, jadi ti
in Ibu d
asiln
keluyuran, harusnya ngurus rum
an, lah kalau dia apa? Yang hampir setiap hari arisan sosialita? Dan akhi
am itu, tak mungkin aku kemba
an mau tinggal di rumah ini, atau di manapun terserah dia, entah n
malah membuatku semakin nggak yak
ambu