Air Mata Seorang Pengasuh
terasa lembap dan sepi. Amara membuka mata perlahan, mendengar suara Arya yang mulai merengek di kamar sebelah. Seiring ia bergegas menyiapkan susu pagi, pikiranny
idak dikenal, dan ia tidak menemukan petunjuk siapa yang mengirim. Namun satu
Mbah Tini. Tiba-tiba bel apartemen berbunyi. Biasanya, hanya Fathir atau Tuan Hadi yang bisa datang tan
gi, berpenampilan rapi, dengan mata tajam
nya wanita itu dengan s
ludah. "Iya.
menghangatkan hati Amara. "Nama saya Sarah... istr
ngan nada marah dan penuh penyesalan. Istri yang meninggalkannya, pergi ke luar neger
a dengan hati-hati. "Mungkin sebaiknya Bu m
Ini anakku, dan aku berhak bertemu dengannya kapan pun aku mau." Sua
emas. "Maaf, Bu. Tapi selama ini saya yang merawat Arya. Jika A
ap dirimu siapa? Kau pikir hanya karena kau ada di sini, kau bi
tahu, ini bukan hanya soal Sarah yang egois. Ada risiko besar: jika Sarah
nya memerah, suara serak karena amarah. "Sarah... apa yang kau
nya menyorot dingin. "Aku
kut tapi tetap tegas. "Pak Fathir... Bu Sarah...
g kursi bayi Arya, mencoba mendekati bayi itu. Fathir sigap menaha
mana-mana!" Amara bersuara la
"Kau pikir kau bisa menghentikanku? Kau hanya pengasuh
men terdengar lagi. Kali ini Tuan Hadi datang, membawa aur
mu?" tanya Tuan Hadi dengan nad
menjawab dengan nada menantang. "Aku
tahun. Dan sekarang kau datang seenaknya? Jangan harap Arya bisa pergi denganmu begitu saja. Anak ini a
sih menyala penuh ambisi. "Aku... ak
rya tetap aman. Sarah tidak akan membuat masalah di sini, tapi kita ha
s. Ada pihak ketiga, misterius, yang mengintai sejak lama. Pesan misterius yang ia terima bebera
ksa dengan teliti, setiap telepon dicatat, dan setiap orang baru yang masuk apartemen selal
eksi lama, mencoba mencari celah di antara staf apartemen dan pegawai Tuan Hadi. Amara ha
ar lagi. Pesan itu singkat, namun menakutkan: "Kami tahu siapa
yang ia masuki jauh lebih berbahaya dari yang ia bayangkan. Ia harus lebih pintar, lebih cepat, dan lebih
.. kita harus waspada. Sarah hanya salah satu masalah
adalah ujian nyata: mempertahankan keselamatan Arya, melindungi keluarga kecil mereka, da
g membara. Ia sadar, perjalanan hidupnya di Jakarta baru saja memasuki babak yang lebih berbahaya. Namun satu hal tetap i
nah sama lagi. Konflik eksternal ini baru permulaan. Sarah hanyalah awal. Ada pihak misterius
ghadapi ancaman, dan siap menghadapi apa pun yang akan datang. Dunia baru yang berbahaya ini mungkin m