BLIND HEART
b
n baruku. Ya, akhirnya aku tak punya celah untuk menolak menjadi pelayan pria itu, semog
tu buta. Entahlah, aku merasa aneh dengan diriku sendiri yang merasa iba padan
asih menunjukkan pukul lima pagi. Kupacu langkah menuju gerban
kuhapal saat berjalan keluar kemarin. Kuketuk pintu dengan perlah
eorang pria gagah yang berdiri menjulang mengha
hampiri tuan baru yang tak b
dah terlambat. Dasar tida
unjukkan pukul lima lewat dua menit. Hei, aku tiba tepat jam lima
n bajuku!" tit
berwarna kuning emas. Mataku seketika disajikan d
erwarna hitam untuk diserahkan
n rahang menegang kaku. "Celana
da keramat itu juga harus aku yang menyediakan? Atau perlukah ku
ku atau tidak?"
i pria itu lagi, dengan gerutuan luar bias
ggu dulu, aku mendapati sesuatu yang menarik di sini. Segera kusambar
rakan kasar, wajahnya memerah s
n berbaliklah!" p
otes, seraya menutup rapat mulut
akaikan baju unt
kulihat pria itu berdiri menjulang dengan kedua tangan berkacak pinggang disertai celana dalam merah cerah menutupi bag
tertawakan?" b
sisa-sisa tawaku masih ter
a di dinding dengan tubuh menghimpit kuat. Aku
a bermain-main denganku,
kemerahan yang terlihat sexy itu menye
kan anda, Tuan," sahutku bergetar. Su
g kau tertawak
kan mengulanginya lagi,
an tubuhku dengan kasar, tubuhnya menjulang
akan tugasmu,"
os yang melekat pas di tubuhnya. Kuabaikan getar halus yang menyera
an tubuh dan mengendus bagian tengkuk yang s
sa tahu posisiku dan me
g kau gunakan?"
alaku? Tak ada hal aneh-aneh yang kugunakan, hanya sampo biasa
lebih dulu mendorongku menjauh. "Bau rambut
benar saja, aku bahkan baru saja menc
an celanaku!"
ain kejam dan tak punya perasaan, t
miliknya, begitu juga dengan yang sebelah lagi. Lalu, kutarik celananya menuju pinggang, menga
aku akan memotong sepuluh persen
ngan pandangan tak percaya. "Saya tidak terlambat, han
sinis. "Alasa
at suara ketukan di pi
ya!" suruh sa
ng pelayan mengantar makanan. Ia membungkuk sebelum berjalan melewatiku,
ku. Bukankah Jo sudah memberitahumu?" Suara Tuan Max te
tanganku, tepat pukul enam pagi. Baiklah, setid
" jawabku ses
ku merasa jadi babu yang paling kurang ajar di sini. Tapi tak apa, itu bala
epat suapi aku!" Geraman
ambil piring sarapan miliknya yang hanya terisi dua lembar r
enapa harus minta dis
sibuk," sah
ibuk seperti apa yang dia maksud saat dirinya send
ngar, kali ini Tuan Max lang
i biasa, kurasa wajah itu harus diberi pele
n. Apakah anda ingin berangkat sekaran
u, tapi Jo sudah sangat mengerti dan melangkah kelua
gerjakan tugasmu, maka lebih baik ak
ali mengomel panjang lebar padaku sementa
memakaikan sepatu pantofel hitam yang menambah kesan gagah tubuh kekarnya. Ah,
*
T