icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

BLIND HEART

Bab 4 Musibah Datang

Jumlah Kata:956    |    Dirilis Pada: 22/11/2021

b

yendok kuah yang akhirnya berjatuhan, atau tertinggal di sudut bi

adaanya. Meski begitu pemarah, tapi di lain waktu juga terlihat s

n kasar, hingga suara berdenting begitu memekak

, biarkan say

emotong ucapanku. "Bukankah kau t

hadapannya, semakin merapat kepada sang Singa. "Maaf ... saya tidak bermaksud menyinggung, Tuan, hanya

ndangan lurus ke depan. "Alasan! Memangny

erasa memekakkan telinga. Kenapa bayi

hal itu, karena membantu Ayah dan Ibu adalah rutinitasku saat tak ada tugas kampu

untuk melakukan hal

engar jelas. "Aku tak p

an." Aku meraih sendok dan mencucinya di wastafel. "Seka

tadi. Bekas tumpahan kuah masih tersisa di sudut bibi

rkata, "Bolehkah saya membersihka

mengeras serta mata membola tajam. Lalu, perlahan kepala T

yang kupegang, gerakan tanganku begitu perlahan, seakan

garis tubuh begitu sempurna, seakan memamerkan

n jantungku terasa kencang sekali, apalagi saat hembus

ang semakin merah padam. Tiba-tiba ia menangkup wajahku kasar, menekannya kuat hingga aku

bingung, apakah aku salah mengambil

nya, lalu menyambar bibirku secepat kilat,

eri efek linglung yang membuatku merasa bodoh untuk sesaat, b

nnya, dan hal itu cukup membuatnya terkejut. Tapi, amarahnya langsu

aknya saja dia menciumku tanpa permisi. Memangnya aku b

turun menahan emosi yang siap menyembur. Kakiku hampir m

ahu akibatnya," ancam pria itu datar, lewat waja

takannya itu, bahkan jika esok ia ingin memecatku tak masalah. Bekerja sebagai pen

ma umpatan kasar yang memekakkan gendang telinga. Tapi, tak kupeduli

a wanita jika kedatangan tamu tak diundang setiap bulan. Tapi, kegiatanku terhenti saat ponsel jadul di dala

ang agak sepi, lalu mengangkat pa

Bu," sapa

ak?" Suara tangis Ibu mem

ket. Ibu kenapa nan

" Tangis Ibu semakin tak terkendali, seiring d

embeli apa pun. Langkahku terayun kencang menuju rumah,

tungan dengan membuka toko mebel kecil-kecilan sete

atu-satunya harta berharga yang kami miliki. Jika hal mengerikan itu bena

kini dikelilingi warga bersama petugas pemadam kebakaran. Koba

n warna gelap menghiasi setiap sisi. Beberapa hasil kerajinan Ayah tampak sudah ta

ati Ibu sudah terjatuh ke tanah dalam dekapan Ayah. Sementara k

erdaya. Jantungku berdentam begitu hebat, hingga membuat kepalaku rasanya ikut berputar-put

*

B

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka