Semuanya salah, tapi tak apa. Kamu sudah menjadi kekasih.
i-adalah apa yang terjadi di kepalaku saat ia menghilang. Seolah otakku t
untut? Apakah aku mengeluh di waktu yang salah? Apakah aku memasang wajah yang ia benci? Dan aku terus memikirk
irinya sendiri; ia lenyap begitu saja, seolah-olah aku tak berarti, sebuah detail yang mudah terhapus. Saat itulah aku paling lemah: ketika aku menyadari bahwa, antara kepastian kehilangan dan hidup dalam keraguan ini, aku lebih memilih keraguan. Karena keraguan memb
tidak meninggalkanku berbicara sendiri di WhatsApp selama seminggu penuh. Seolah-
?" aku
h hidup?"
t," hampi
li. Seorang perempuan berkelas. Seorang perempuan yang tak takut pad
a apa pun. Karena aku punya harga diri. Harga diri yang selektif, tentu saja. Jadi, Sel
ang 30 menit
olah aku belum mengenakan baju tidur katun, rambutku disa
Tapi sehar
bilang "pergi sana." Seharusnya aku bilang "ca
ol
tasiku, dan harga diriku pada sebu
ntuk menggosok gigi, memakai lipstik lagi, dan mengganti
ny
sut, dasi longgar, senyum seseorang yang tahu aku
a malu, menatapku seolah-olah ak
seseorang yang ingin memuku
itu saja, dengan wajah seperti
pinggangku. Aroma tubuhnya memen
kan bibirnya ke leherku. Rapat, perjalanan, k
eharusnya aku berteriak, "Pembohong!" Ta
nior, yang percaya diri, telah tiada. H
elaparan. Seolah aku penyelamatnya. Dan mungkin
tu lenyap, begitu
ya, segelas anggur di satu tangan, ponselku di tangan lainnya. Dia membelai
aku berpura-pura tidak tahu. "Aku meri
u sinis. "Jadi ken
mata. Dia melepaskan alasan
keluargaku, semuanya. Aku tidak ingin melibatkanmu d
-hal baik. Terjemahannya: Aku sampah, tapi aku akan member
s. Lebih buruk la
a. Dia punya bakat itu: dia bicara dengan cara yang
ngangkat gelasku, b
ta harus memb
. Terlalu tampan un
gacara, apa kau lupa? K
a serak yang mem
klausul p
otol Cabernet, vintage istimewa. Klausul kedua: jik
ncium jari-jariku. Dia menjawab
u akan langsung
an ludah. Karena hanya itu satu-satuny
ang tak masuk akal, dia bilang dia harus p
nya dari lantai, aku
ggal
u simpanannya, bukan istri
pun. Rasanya hampir seperti "hati-hati," hampir seperti "sampai jumpa la
mu, telanjang, terbungkus selimut. Aku menatap sofa y
diriku sendiri. Tapi aku hanya bisa meng
ndirian atas keb
hingga kulitku terbakar. Uapnya mengembun di cermin. A
ngat gadis yang belajar, bekerja, dan mendominasi kantor yang penuh dengan pria arogan. A
yang k
rinya adalah kebetulan ya
: "Apakah dia akan
simpul yang lebi
Aku membuka WhatsApp. WhatsApp-nya sedang online.
ah merin
luh kali. Jantungku berdebar ken
usnya lagi. Akhirnya, aku hanya mengirim 'ya'. Sebuah hati merah tepat setelahnya. Kony
akan mengirimiku pesan selamat pagi. Dia menjanjikan sesuatu yang baru. Di
ia berbohong. Masalahnya
purna, dengan kehidupan yang sempurna. Aku bertanya-tanya apakah d
a-pura. Mungkin inilah cinta: sebuah kontrak besar d
bisa keluar dari ini sekarang. Aku bisa sa
ukannya. Karena aromanya
nduanku sud
ques, yang selalu me
hidup dengan