The Crimson Kimono of Michiko
rang, aku harus segera bangun karena ketukan konstan dari balik pintu. Aku m
ahku sambil mengus
tersenyum padaku. "Pagi ini saya yan
iapa yang datang. "Bukankah kau a
an surat itu kepada pelayan lain, yang menggantikan tugas saya. Saya beralasan ing
? memangnya ada acara apa lagi?" Aku kembali berjal
h besok hari pe
al
tu ikut bertanya den
pa?" tanyaku la
harus membeli gaun indah yang serasi den
" jawab
tempat tidurku. "Nyonya... tolong!"
tidak,
idak bersedia, saya akan langsung m
an?" Aku mengamati wajahnya. Gadis
tu menunduk, tak melanjutkannya.
ra pembantunya? Sampai-sampai gadis kecil
a. "Baiklah. Apakah kau sudah berpesan pada temanm
Dia diam sebentar sebelum berkata lagi, "Sudah pasti, Nyonya! Saya berkata seperti yan
Gadis itu bahkan rela memberikan uangnya? Pada
yang k
h bicara. Dia melihatku dengan canggung sebelum akhirnya menjawa
emua uang yang ada di
kan mengingkarinya. Lagi pula, itu juga salah saya. Karena bukan saya sendi
ahan darimu. Yang perlu disal
ony
erkata, "Diam saja. Menurut dan simpanlah. Lalu lupakan
ras. Gadis itu membuatku melongo. Tingkahnya begitu polos dan lugu, kurasa... aku
aku akan mempunyai dua adik perempuan. Sedangkan Jiro... lupakan pelayan muka
nnya." Chua memasukkan kantung uang itu ke d
ku akan mandi sendiri, kamu pergi siapkan sarapan
, Nyo
dalam bak mandi. Lalu menyiramkan sedikit wewangian yang juga ada di atas meja kecil dekat bak mandi. Rasanya, aku ingin sekali be
. Setelah dirasa bersih, aku pun bergegas meraih kain tebal yan
piring kecil berisi lauk dan sayur. Dia tersenyum lebar saat melihatku mendekat. "Nyonya, makanan sudah
dan halus seperti giok. Warna ungu ini sangat cocok dengan warna kulit Anda. Hanya tinggal mengoleskan sedikit riasan, dan menyanggul rambut ini. An
n wajah ini pula, aku haru
ku, lalu beralih memegang tan
saya berharap, Nyonya lekas pulih dari semua rasa sakit itu." Gadis i
eremas lembut tangannya dan
, dan menyanggulnya dengan rapi. Chua menyisipkan kanzashi, semaca
yonya. Sekarang wak
iri, lalu pergi duduk di depan me
Nyonya." Gadis itu membungk
nganku, di sini!" Pintaku padan
aaf, Nyonya. Saya hanya bawahan, tidak
rintahkannya,
n makan. Tetapi, se
a duduk berdua dan makan bersama." Aku mengge
ajah memelas. "Nyonya... tolong
sama. Aku tidak bisa m
itu pasrah, berjalan
kami pun makan berdua dengan khidmat. Masakan dari dapur kediaman Josef terasa le
anan, pintu kamarku diketuk pelan. Chua bergegas membukakan pi
tanya seseorang di balik pint
ng membungkuk hormat. Rupany
pergi menghampiri Anda," jawab ga
ngg
n angkuh. Tangannya ditautkan di belakang, sedangkan matanya meneliti seluruh ruangan sebelum berakhir melihatku
yang lama." Pria itu mendekat kepadaku. "Berdir
anannya. Tangan itu masih dibalut kain p
nggantinya," ucap pria itu lag
at ataupun berbicara padanya. Namun dem
ngan Anda yang lai
rutinya juga. Pria itu mengulurkan tangan kirinya d
tapi saya takut akan menyakitinya, karena harus menarik tubuh sa
a. Pria itu menatapku dengan tatapan menilai. "Apa
ar akan jinak dengan sendirinya. Jika kucing it
yang kusiapkan
id
ijinakkan?" tanyanya la
unjukku membelai rahangnya perlahan sebelum berhenti tepat di bibirnya. Ku tah
menatapnya sayu sambil menggigi
engkram pinggangku agar bi
ini memang
rgi?" tanyaku berusaha
arus menunda kemesraan kita saat ini." P
engan canggung dengan wajah memerah. Aku yakin, gadis itu bingung
angannya kepadaku. "Mari, k
rima uluran tangannya. Dan mengangguk dengan anggun. Aku berjalan mengikuti tarikan lembut dari pria
an berbinar, lalu memohon seperti anak
aneh seperti itu. Kemana sikapnya yang kejam dan pem
ersama kita." Aku menoleh ke arah Chua yang
akut. "Bu-bukankah lebih baik, Nyo
harus lebih banyak menghabiskan wa
isa habis dilecehkan dirinya. Aku ha
an saya juga ingin dia memberi pendapat tentang gaun saya nanti. Jika Anda tida
us menatapku dengan alis mengerut.