A Love Betrayal
ang ibu rumah tangga dengan seorang anak perempuan yang ca
adi. Namun, kini aku memilih menjadi seorang ibu rumah tangga karena tak ingin keluargaku
besar yang gajinya lumayan cukup untuk kebutuhan sehari-hari keluarga kami. Ya, meski tak lebih besar dari penghasilanku
sebentar lagi mau ada acara denga
i berkata, "Kamu di rumah aja. Soalnya acaranya sam
t keterpaksaan di dalamnya. Namun, apa boleh buat? Bukankah kita sebagai se
ndi. Suara gemericik air, terdengar dari balik pintu
yang pantas untuk suamiku. Setelah itu, aku meninggalkan kamar itu
ndikan Delisha, suamiku jug
angkat d
di jalan. Kalau bisa jangan
u dirinya terpaksa untuk tersenyum. Ia langsung
*
skipun langit masih gelap, terdengar ayam berkokok pertanda saat
umam ku sembari terus melihat ke arah jendel
nit. Terdengar suara mesin mobil memasuki pelataran rumah. Aku segera
pak segar. Dan bisa kulihat rambutnya masih basah seperti baru saja mandi. A
u kepada suamiku yang baru
um tidur, Zhy?"
taan suamiku yang memanggi
belum tidur, Yang?" ucapnya
amu. Khawatir kamu kenapa-k
berjalan lebih dulu melewati diriku
a itu lewat di depanku. Aku hafal aroma sampo yang ad
s?" tanyaku pada suamiku yang
Karena badan kotor semua dan gerah, jadi mandi aja sekalian," ucapnya e
alaku, mencoba memahami mes
l pada pakaiannya. Dan juga, kenapa harus k
iku yang sangat lama berganti pakaian. T
ar mandi, suamiku keluar dari ruangan i
idak-tidak, aku memilih menuruti keinginan sua
Seperti malam-malam biasanya, ka
etapi aku harus beristirahat meski hanya beberapa jam agar tub
nyentuh leher belakangku. Siapa lagi kalau bukan ulah suamiku. Aku tak bergem
arena tak mendapat balasan dariku. Dia kemudian beran
ia marah?" gu
i ranjang yang sebelumnya ia tempat
i biasanya,
ngka yang sering ia gunakan bahkan menggu
menggunakan kombinasi
k membuka kunci benda pipih itu, sebuah
kan kalau orang yang mengirim pesan itu adalah seorang wanita. Melihat foto profil ya
rumah ya?" aku membaca isi pesan yang tamp
i, menampilkan sebuah pesa
pipih itu kini sudah beralih ke tanga
n kamu?!"
a karena memegang ponse
ini privasi aku, jangan sekali-kali kamu menyentuh
enyangka dengan ucapannya
r di kedua pipiku. Air mata itu lo
t. Kulihat wajahnya memerah dengan d
uamiku yang ia lontarkan barusan. Apakah itu
membac