Perebutan Hati Kekuasaan
an dia tidak akan bisa melarikan diri lagi. Sebagai gadis yang selalu terbiasa dengan kebebasan dan hidup tanpa terlalu b
ana pun tak berani membuka mulut. Kata-kata Orion masih menggema di telingany
lupakan kata-kata itu, semakin kuat ia merasakannya di dalam hati. Milikku. Kalimat itu tida
asuk, menundukkan kepala, takut jika ia melihat langsung ke mata Zorian. Namun pria itu tidak membiarkan diam itu
i di sana?" suara Zorian terasa seperti desakan, menuntu
air mata yang sudah menggenang. "Aku... tidak tahu apa yang harus aku
rustrasi. "Dia sudah mengusikmu, Aeliana. A
rcekat. "Dia lebih berkuasa daripada yang kamu kira. Lebih kuat daripa
tatapan penuh konflik. Aeliana tahu Zorian mencintainya, namun ia juga tahu ad
n akhirnya, suaranya lebih rendah. "Dan aku tidak t
ama pria yang ia cintai. Namun kenyataannya, mereka terjebak dalam perang keluarga yang tidak mereka pilih. Semua y
eliana berbisik, matanya basah. "Aku takut jika aku memilih
yakitkan. "Kamu tidak akan kehilangan aku, Aeliana," katanya,
gitu banyak hal, tetapi kenyataannya berkata lain. Mereka terjebak dalam perma
rinya dan Orion. Setiap kali mereka bertemu, tatapan Orion penuh dengan ancaman, dan senyumnya yang penuh tipu daya hanya membuatnya sem
rnya, matanya terpejam namun pikirannya tidak bisa tenang. Pikirannya terus dihantui oleh pilihan-pil
gkit, berusaha menenangkan diri. Ia membuka pintu, dan di sana, di hadapannya, ber
tanya Aeliana, mencoba menahan ra
ana," kata Orion, suaranya begitu tenang namun penuh dengan ancaman terselubung. "Tapi per
utar. "Apa maksudmu?" tanyan
lumnya. "Zorian mungkin menganggap dirinya pelindungmu," katanya, mendekatkan wajahn
"Kamu akan menjadi milikku, Aeliana," bisiknya, suara rendah yang menyusup hingga ke tulang belulangnya. "Kare
dikelilingi oleh dua pria yang memiliki kekuasaan yang tak bisa ia lawan. Dan
yang telah lama ia harapkan, atau