Magnet Cinta Sang Penguasa
sepsionis menyambutnya dengan senyum ramah. "Se
saya belum punya reservasi. Apakah ada kam
a lalu menggelengkan kepalanya. "Maaf, Nona,
ain di sekitar sini yang mungkin masih menye
i. Itu kamar pengantin baru yang seharusnya ditempati malam ini, tetapi tamu itu memb
harganya mahal. Ia menatap resepsionis dan berkata, "
okumen-dokumen. "Baik, Nyonya. Kami akan menyi
angi interior hotel yang elegan dan merasa sedikit lebih tenang. Beberapa
elamat beristirahat, Nona," katanya sopan s
tin baru itu ternyata sangat mewah. Begitu masuk, Evelyn melihat ranjang besar dengan dekorasi roman
dak ideal, setidaknya ia punya tempat untuk beristirahat. Setelah beberapa sa
epsionis lagi. "Halo, saya ingin memesan
ang Anda inginkan?" jawa
ingin salmon panggang dengan
da akan diantar
epon dan merasa se
amnya sambil menikmati pemandangan kota. Setelah makan, ia merasa sangat lelah da
iksa desain pakaiannya sebagai persiapan untuk pameran. "Evelyn, fokus saja pada pekerjaanmu," katanya pada dirinya sendiri sambil mengabaikan suara air di kamar mandi. Ia mengeluarkan beberapa buku, catatan, dan makanan ringan dari kopernya. Tempat tidur yang tadinya tampak elegan dan romantis dengan bunga-bunga kini penuh dengan kertas dan peralatan kerja. Evelyn terkekeh melihat keadaan kamar yang berantakan. "Astaga, kamar pengantin yang indah ini jadi seperti ini gara-gara aku," kata Evelyn sambil tersenyum. Ia berusaha menenangkan diri den
emejamkan mata. Malam itu, Evelyn tidur dengan tenang, tida
nggur merah ke dalam gelas-gelas kristal, memperhatikan setiap gerakan cairan merah itu saat mengalir dengan lilin-lilin yang berkilauan di sekita
pada dirinya sendiri dengan senyum puas, mengh
"tetapi apakah ini semua yang kauinginkan, Alexander? Hidup sendir
ermukaan air bak mandi. "Mungkin tidak," jawabnya pelan.
bak mandi, mengambil sebuah buku. Dia membukanya dan mulai membaca d
anya sambil tersenyum, membayangkan bagaimana suatu hari nanti dia ak
kan menemukan seseorang yang cocok untukmu, Alexander? Di dunia yang luas ini,
lam benaknya. Kemudian, dengan tekad yang kuat, ia menjawab, "mengapa aku berpiki
am itu. Ia memejamkan mata, membiarkan aroma anggur dan suasana yang tenang merasuki
-lilin perlahan padam, Alexander bangkit dari b
an tubuhnya dengan handuk lembut. "Tapi aku yakin jika aku tetap setia pada diriku sendiri
kamar mandi dia terkejut melihat seorang wanita di tempat tidurnya tidur dengan damai. A
empat tidurku?!" Alexander mulai bergera
gadis itu, dia segera membuka lemari yang ada di samping tempat tidur dia
marku?" Alexander terkejut melihat