Pembalasan Sang Istri Tertindas
gannya, yang disertai dengan sedikit kesombongan yang mulai ia hilangkan. Amara tidak peduli. Semua kata-kata ma
r begitu cepat, seolah setiap kalimat merupakan pukulan yang dia simpan bertahun-tahun, tak pernah diungkapkan, kini keluar begitu saja. "Aku tidak peduli
an, bukan cinta, hanya kebingungan-sebuah kebingungan yang seharusnya datang jauh lebih dulu, saat dia pertama kali mengkhianati dan mengecewakannya.
lebih rendah, hampir seperti permohonan. "Tolo
idak ada yang perlu kamu jelaskan. Aku sudah tahu semuanya. Kamu hanya menginginkan Isabella. Kam
mencoba memahami perubahan yang begitu drastis pada dirinya-perubahan yang seharusny
n yang pernah ditutupi dengan senyum dan janji-janji manis kini terbuka begitu saja di hadapannya. Ia merasa begitu bo
sedikit penyesalan yang terlihat di matanya, nam
amun tegas. "Jangan sebut namaku lagi, Rafael, karena ak
embawanya lebih dekat pada tujuannya. Amara tidak ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Rafael-tidak ada lagi alasan baginya untuk mengingat pria it
ma, ada perasaan kuat yang mulai tumbuh di dalam dirinya-sebuah tekad yang bahkan ia sendiri tidak bisa menghindari
i, dia tahu apa yang harus dilakukan. Ini adalah hidup baru
cil yang sepi. Dia duduk di bangku yang menghadap ke kolam dengan air ya
h suara menggang
ma
, pria yang selama ini selalu ada di sampingnya, namun yang selalu ia abaikan. Andre
Andre, langkahnya mendekat, berhe
uan yang sudah lama ia hindari, namun s
dikit keraguan dalam suaranya. "Aku hanya...
nyentuh atau mendekatkan diri. Ia tahu betul, Amara but
Amara, aku selalu ada untukmu. Apapun yang terjadi, a
alu melihat Andre sebagai teman, namun ada sesuatu dalam tatapan pria itu kali
an suara rendah. "Aku... aku
tahu bahwa dirinya masih jauh dari siap untuk membuka hatinya kembali. Semua yang t
Andre ada di dekatnya. Perasaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya-perasaan ya
tama yang harus ia ambil adalah melawan Rafael dan Isabella, buka
hanya perlu fokus pada