Belenggu Adik Ipar
s Juan menggantung. Seolah ia kini menjaga
karena aku belum makan apa pun sejak
lu berlebihan atas sakit yang dialami Rea, muntah dan mualnya barusan mungkin saja karena asa
mu minum obat ini ya!" Jelas Mas Juan sam
biji saja, Bahkan tidak ta
edua kakak beradik didepan ku ini. Ingin bertanya lebih banyak,
rti buah semangka, berharap bayiku bisa lebih te
uan kembali dengan sepiring nasi
hkah bila aku sebagai istrinya cemburu melihat Mas Juan begitu perhatian pada Rea, caranya menyuapi Rea
boleh menjadi istri yang baperan. Toh mereka bersaudara? Aku
Rea. Namun anehnya, ada keraguan yang tersirat dari mimik waja
demi kebaikan
Kak. Ak
ng ada didepannya sangat berat.
um obat ini atau kamu keh
berpengaruh besar pada masa depan Rea. Aku benar-benar
ak jika tidak bertanggung jawab dengan apa yang akan terjadi pada
gambil obat itu dan langsung melahap
ahat. Kalo udah baikan, kit
ampai lemas dan muntah-muntah begitu. Tidak mau memecah keheningan aku hanya bisa berdiam diri, menunggu Mas Ju
ara dia dan Rea. Bukankah aku juga berhak tau, apa yang sebenarnya terjadi pada Rea? Aku Kakak i
Mas Juan saat menoleh ke arah bel
mengingat kejadin yang membuatku sedikit
eh Papa maupun Mama ku. Jadi, saat ada orang yang bersikap
kan sudah menyur
" saat berbicara padaku, apakah harus semarah itu dia
hku untuk berkunjung setelah selesai cek
Toh Ibu juga
agi aku memang jarang berkunjung kesini sejak memasuki trimester ketiga."
salah aku sebagai Kakak Iparnya sekalian menj
h dijengukin sama mbak." Entah kenapa, dalam keadaan sakit pun Rea sanga
sopan padaku. Layaknya Rea yang selalu menghormati dirinya sebagai Kakak, padaku juga harus demikian. Ini malah tidak me
adi ya maklumi saja. Suatu saat pasti dia akan bersikap baik pad
k ingin mengambil pusing dan mungkin saja apa yang dikatakan Mas Juan asa benarnya. Tapi say
peduli dan pengen jengukin kamu, gak pa
" Tanyaku memastikan keberadaan Ibu. Karena tidak mungkin Ibu
mending mbak pulang aja, jang
narikku keluar dari kamar Rea, sedang Rea berbalik dari p